Ekonomi Swiss Mulai Ketar Ketir, Bank Credit Suisse akan PHK Ribuan Pegawai

Baca Juga

MATA INDONESIA, JENEWA – Krisis global yang berdampak kepada resesi ekonomi di Negara Eropa juga mulai melanda Swiss. Negara yang selama ini menjadi patron negara paling stabil di dunia ini perekonomiannya sekarang ketar ketir. Beberapa perusahaan di Swiss memilih memberhentikan pegawainya karena situasi keuangan yang semakin turun.

Salah satunya bank terbesar kedua di Swiss, Credit Suisse. Perusahaan ini  sedang mempertimbangkan untuk melakukan PHK pada sekitar lima ribu pegawainya sebagai bagian dari upaya mengurangi biaya operasional.

Kabar tersebut bocor ke media. Besarnya jumlah orang yang bakal kena PHK di Credit Suisse, menggaris bawahi tantangan yang sedang dihadapi bank tersebut, di tengah upaya CEO Credit Suisse Ulrich Koerner untuk membuat bank tersebut kembali stabil setelah serangkaian skandal.

Credit Suisse menolak berkomentar perihal ini. Bank itu meyakinkan laporan apa pun sifatnya spekulatif dan Credit Suisse hanya akan memberikan perkembangan soal strateginya dalam meraih pendapatan pada kuartal ketiga 2022.

Credit Suisse menyebut 2022 sebagai tahun transisi dengan perubahan pada bidang pengawasan, restrukturisasi demi mengurangi resiko investasi perbankan dan meningkatkan managemen kekayaan bank.

Credit Suisse yang berkantor pusat di Zurich menepis spekulasi kalau bank itu akan dibeli atau dibubarkan.

Rencana PHK ini telah menjadi perbincangan hangat dan sumber mengatakan angka yang bakal kena PHK pun bisa saja berubah. Surat kabar di Swiss, Blick mewartakan lebih dari 3 ribu orang di Credit Suisse bakal kena PHK.

Sebelumnya, Credit Suisse pernah mengatakan akan memangkas biaya pengeluaran menjadi di bawah 15,5 miliar Swiss francs (Rp 234 triliun) dalam jangka menengah. Namun rencana PHK belum tercetus sama sekali.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Transformasi Ekonomi Indonesia: Swasembada Pangan dan Energi Jadi Prioritas Strategis

Di tengah kompleksitas situasi geopolitik dunia yang terus berkembang, Indonesia memposisikan program kemandirian pangan dan energi sebagai prioritas strategisnasional. Pemerintah menunjukkan keseriusan dalam memperkuat sektor pertanian dan energi terbarukan, sebagai bagian dari transformasi ekonomi menuju kemandirian dan penciptaan lapangan kerja berkelanjutan. Transformasi ekonomi Indonesia melalui program swasembada pangan dan energimerupakan wujud nyata dari cita-cita kemandirian bangsa yang telah lama didambakansejak era kemerdekaan. Program strategis ini tidak hanya bertujuan mengurangiketergantungan impor, tetapi juga menghidupkan kembali semangat berdikari yang menjadi fondasi kedaulatan nasional Indonesia.  Dalam konteks kemandirian bangsa, swasembada pangan dan energi menjadi pilar utama yang menentukan kemampuan Indonesia untuk berdiri tegak di tengah dinamikaglobal yang penuh ketidakpastian.  Swasembada bukan tujuan jangka pendek, tetapi fondasi kemandirian nasional. Pemerintah terus membangun visi jangka panjang yang mencakup ketahanan logistik, kedaulatan ekonomi, dan stabilitas nasional. Perspektif ini menegaskan bahwa program swasembada harus dipahami sebagai investasi strategis untuk generasi mendatang. Peter Abdullah, Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Segara Research Institute, memberikan perspektif mendalam mengenai pentingnya transformasi struktural ini bagimasa depan bangsa Indonesia. Menurut Peter Abdullah, upaya pemerintah untuk mewujudkan kemandirian bangsamelalui swasembada pangan dan energi merupakan langkah strategis dalammemperkuat ketahanan nasional, baik dalam situasi damai maupun krisis global. Pandangan ini menegaskan bahwa program swasembada bukan sekadar target produksi, melainkan investasi jangka panjang untuk stabilitas negara.  Ketahanan pangan dan energi bukan semata isu ekonomi, melainkan bagian daripertahanan negara. Dalam konteks ini, pemerintah mendorong penguatan sektordomestik agar Indonesia tidak bergantung pada impor dalam kondisi darurat. Strategi ini menjadi semakin relevan mengingat berbagai gejolak geopolitik yang kerapmempengaruhi rantai pasokan global. Peter Abdullah melihat upaya ini sebagaimomentum penting untuk mengubah paradigma pembangunan yang selama ini terlalubergantung pada sektor ekstraktif dan impor. Fokus pada transformasi ekonomi ini tidak hanya bertujuan mencapai swasembada, tetapi juga menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih resilient dan inklusif. Denganmemperkuat fondasi domestik, Indonesia diharapkan dapat mengurangi kerentananterhadap fluktuasi harga komoditas global dan shock ekonomi eksternal. Peningkatan produktivitas menjadi fokus utama dalam roadmap swasembada nasional. Pemerintah mulai membenahi sistem insentif agar petani memperoleh keuntungan yang layak, sekaligus menarik generasi muda kembali ke sektor pertanian. Langkah inidipandang krusial mengingat tantangan regenerasi yang dihadapi sektor pertanianIndonesia. Pemerintah mengedepankan keseimbangan antara harga yang terjangkau bagikonsumen dan pendapatan yang memadai bagi petani. Strategi ini diharapkan dapatmeningkatkan daya beli masyarakat perdesaan dan mendorong pertumbuhan ekonominasional yang lebih merata. Dukungan terhadap komoditas unggulan seperti beras terus diperkuat dalam program swasembada nasional. Pemerintah melihat potensi besar untuk mencapai swasembada, mengingat kapasitas panen Indonesia yang lebih tinggi dibanding negara-negara maju. Optimisme ini didukung oleh kondisi geografis dan iklim Indonesia yang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini