Mata Indonesia, Yogyakarta – Bertempat di kawasan Malioboro Kota Yogyakarta, lebih tepatnya dimulai dari Parkiran Abu Bakar Ali melakukan long march hingga Gedung Agung Yogyakarta berbagai elemen masyarakat menyuarakan kekecewaannya terhadap pemerintah. Mereka menilai kebijakan yang dikeluarkan hanya menguntungkan elit politik saja.
Ditemui disela-sela aksi Dani Eko Wiyono yang merupakan Koordinator Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) di Yogyakarta menyampaikan bahwa kehadiran KSBSI disini dalam rangka mewakili masyarakat menyuarakan kekecewaan atas berbagai kebijakan politik yang tidak pro rakyat.
“Indonesia saat ini sangat memprihatinkan karena rusaknya demokrasi dan konstistusi dengan menegakkan politik dinasti untuk melanggengkan segala kepentingannya”, ujar Dani.
Eks Aktivis 98 tersebut juga menyatakan bahwa menginginkan kepemimpinan Presiden saat ini segera dihentikan sebelum masa kepemimpinannya berakhir.
“Jokowi beserta para pengikutnya agar segera turun secepatnya tidak perlu menunggu masa jabatannya habis”, ucap Dani.
Sementara, jika segala bentuk aksi semua elemen masyarakat tersebut belum direspon dengan baik atas segala nepotisme dan kebohongan pemerintah maka revolusi adalah solusi.
“Jika tidak ada perubahan atas berbagai kebijakan yang ada maka kita akan terus bersuara dan melakukan gerakan revolusi”, tegas Dani.
Dalam aksi tersebut terdapat juga keterlibatan massa aksi dari Persaudaraan Mak-Mak Indonesia (PMMI) Di Yogyakarta yang turut serta ingin mengawal penegakan demokrasi di Indonesia.
Nur Aisiyah Haifani yang merupakan Ketua PMMI Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengungkapkan kehadiran kelompok ibu-ibu di Aksi Jogja Memanggil adalah turut mendukung kegiatan aksi tersebut dengan membantu menyediakan logistik untuk para peserta aksi dalam bentuk air minum dan snack.
“Kami mendukung adanya Aksi Jogja Memanggil dimana merespon atas kondisi Indonesia yang sangat memprihatinkan akibat pemimpin dan anggota DPR untuk melanggengkan kekuasaannya. Melihat aksi pertama Jogja Memanggil minim sekali dukungan logistik, sehingga kami hadir untuk mensupportnya”, ungkap Mak Ais sapaan akrabnya.
Dalam aksi tersebut terdapat sekitar 50 orang anggota PMMI yang hadir dengan tersebar di tujuh titik aksi untuk membagikan air minum. Meskipun PMMI memiliki maksud dan tujuan yang sama dengan para peserta aksi, namun tidak turut menyuarakan diatas panggung.
“PMMI tidak ingin mengambil alih panggung mahasiswa, biarkan mahasiswa yang mewakili suara PMMI dalam menyikapi kondisi bangsa yang sangat memprihatinkan. Pemerintahan negara sudah rusak karena adanya politik dinasti. Demokrasi sudah tercoreng termasuk dengan Anggota DPR yang ternyata tidak bersuara mewakili rakyat namun tunduk pada perintah dan kepentingan partai saja”, ujar Mak Ais.
Pihaknya juga menyatakan bahwa PMMI akan selalu mengawal politik demokrasi di Indonesia. Berharap pemimpin bangsa selanjutnya tidak megikuti cara kepemimpinan saat ini tetapi menegakkan demokrasi bukan sistem oligarki.