Tak Segera Dilamar Oleh Pasanganmu? 5 Hal Ini Menjadi Alasan Pria Menunda Lamaran

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sebelum memantapkan hati untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan, seorang laki-laki akan banyak mempertimbangkan persiapanya untuk menikahi wanita idamannya.

Menikah bukan hal yang mudah, kehidupan bersama pasangan akan dijalani seumur hidup. Tanggungjawab yang dipikul bukan hanya untuk diri sendiri, namun juga terhadap istri, anak dan juga keluarganya.

Utamanya pada seorang laki-laki, ia akan sangat mempersiapkan apa yang akan ia jalani kedepan bersama calon istrinya, karena ia tak mau jika istrinya kelak merasa kesusahan saat berumahtangga dengannya.

Kamu sebagai perempuan khawatir mengapa pasanganmu tak kunjung melamar? Berikut beberapa hal yang membuat laki-laki berfikir seribu kali untuk menjalin hubungan rumahtangga.

1. Kemapanan

Biasanya kemapanan pada lelaki terkait dengan finansial, karier, atau kemampuannya memenuhi kebutuhan dasar.

Ketika pasangan merasa mampu memenuhi kebutuhan untuk dirinya, maka biasanya ia akan merasa lebih mantap untuk meminang pasangannya. Namun sebaliknya, saat pasangan belum yakin terhadap urusan finansial, itu yang membuat ia ragu untuk mengajak pasangannya menikah.

2. Ingin membahagiakan orang tuanya terlebih dahulu

Seorang laki-laki memiliki tanggungjawab yang bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan dengan keluarganya. Biasanya ia akan memprioritaskan untuk membahagiakan kedua orangtua dulu sebelum membahagiakan pasangannya.

Jika kamu (perempuan) menemukan laki-laki seperti itu, maka bersabarkah, karena sudah terlihat jika ia adalah laki-laki yang penuh tanggungjawab. Orangtuanya saja diprioritaskan, apalagi kamu ketika sudah menjadi pasangannya.

3. Mempunyai cita-cita yang belum tercapai

Beberapa laki-laki berpikir bahwa pernikahan adalah hambatan untuk meraih mimpi-mimpinya. Karena prioritas dalam sebuah pernikahan adalah keluarga.

Seperti contohnya, ketia dia ingin membeli sepatu mahal, tapi harus mengutamakan kebutuhan keluarganya terlebih dahulu, akhirnya sepatu tersebut tidak terbeli. Kecuali, jika punya uang lebih dan bisa memenuhi keduanya (kebutuhan pribadi dan keluarga).

Atau ketika ia ingin fokus untuk mendapat gelar sarjana terlebih dahulu untuk menyetarakan dengan pendidikan pasangannya.

4. Masih ingin bebas mengeksplor ini itu

Seperti yang kita tahu, laki-laki sangat menyukai kebebasan. Sebuah pernikahan adalah komitmen, ia akan berfikir tidak bisa lagi bebas hang out dengan teman-temannya, tidak bisa lagi pergi kemana dia suka dan pulang kapanpun dia mau. Beberapa pria takut akan hal ini.

Apalagi sebuah pernikahan mengharuskan dia berbagi susah dan senang bersama, tinggal dengan orang yang sama selama puluhan tahun, dan harus bertanggung jawab untuk orang lain “istri dan anak” adalah hal yang menyeramkan.

Sebenarnya wajar saja para pria mempunyai alasan untuk menunda melamarmu, tapi jika kamu sudah terlalu lama di gantung dalam hal percintaan, maka mengapa tidak, kamu bisa mengatakan untuk segera memberi keputusan yang terbaik. Yakinkan bahwa kalian bisa melewati semuanya bersama-sama.

5. Restu dari orang tua

Restu dari keluarga besar sangat mempengaruhi kesiapan lelaki untuk melamar pasangannya. Misalnya saja dari orang tua yang tidak merestui, atau tidak boleh mendahulukan kakak yang belum menikah, Tentu saja ini menjadi lelaki tidak siap dan menghambat rencana lamaran.

Karena beberapa orang percara, jika sebuah adat dilanggar, maka takutnya akan ada sesuatu yang tidak diinginkan bisa terjadi. (Mila Arinda)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Wujudkan Data Statistik Berkualitas untuk Pembangunan, Pemkab Sleman Susun Roadmap Pembangunan Statistik Sektoral Tahun 2025-2045

Mata Indonesia, Sleman – Penyelenggaraan statistik sektoral di Kabupaten Sleman perlu diperkuat guna menghasilkan data statistik sektoral yang akurat, mutakhir, terintegrasi, akuntabel, mudah diakses dan berkelanjutan, sehingga perencanaan pembangunan dapat dilakukan secara lebih tepat, terukur, dan tepat sasaran. Dengan demikian, kebijakan dan strategi penyelenggaraan statistik sektoral secara terinci akan dapat mewujudkan hal tersebut.
- Advertisement -

Baca berita yang ini