Judi Online Picu Dampak Psikologis dan Ancaman bagi Generasi Muda

Baca Juga

Oleh: Fikri Hidayat Ramadhan

Judi online (judol) menjadi ancaman serius di Indonesia, dengan dampak yang meluasmulai dari aspek finansial hingga psikologis. Berdasarkan data terbaru yang disampaikan oleh Menkopolkam Budi Gunawan pada November 2024, tercatat 8,8 jutawarga Indonesia terlibat dalam aktivitas perjudian online. Angka ini mencerminkanbetapa masifnya penyebaran platform judi digital yang kini sangat mudah diakses olehberbagai kalangan, termasuk anak-anak. Hal ini menunjukkan bahwa judi online bukansekadar aktivitas ilegal, tetapi juga menjadi persoalan sosial yang mengkhawatirkan.

Kemudahan akses teknologi menjadi faktor utama yang mendorong berkembangnyajudi online. Melalui aplikasi ponsel dan situs web, platform ini mampu menjangkaupengguna dari berbagai usia, termasuk anak-anak di bawah 10 tahun. Data mencatatsekitar 80 ribu anak-anak Indonesia telah terjerat dalam aktivitas ini. Selain itu, terdapat97 ribu anggota TNI-Polri serta 1,9 juta pegawai swasta yang juga menjadi pemain judionline. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa fenomena ini dapat merusak moral, produktivitas, dan stabilitas sosial masyarakat Indonesia.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa dampak psikologis dari judi online tidak bolehdianggap remeh. Kecanduan berjudi dapat memicu gangguan mental seperti stres, kecemasan, dan depresi. Ketika seseorang terus-menerus kalah dalam perjudian, mereka cenderung merasa putus asa dan kehilangan kepercayaan diri.

Salah satu dampak paling mencolok dari judi online adalah kerugian finansial yang signifikan. Perputaran uang dalam aktivitas ini pada 2024 diperkirakan mencapai Rp900 triliun, dengan angka tersebut menunjukkan bagaimana judi online telah menjadiekosistem yang merugikan perekonomian negara. Pemerintah telah mengambillangkah, seperti pemblokiran rekening dan penyitaan aset senilai Rp 77 miliar, untukmengurangi dampak buruknya. Namun, upaya ini perlu didukung dengan kesadaranmasyarakat untuk menjauhi jeratan judi online.

Dampak psikologis juga menjadi isu utama dalam fenomena judi online. Banyak pemainmengalami tekanan emosional akibat kehilangan uang dalam jumlah besar, terjebakdalam lingkaran utang, dan kehilangan kendali atas kebiasaan berjudi. Kepala EksekutifOJK, Friderica Widyasari Dewi, menilai anak muda rentan terhadap pengaruh judionline karena gaya hidup yang tidak sehat, seperti kecenderungan FOMO (Fear of Missing Out), FOPO (Fear of Other People’s Opinions), dan YOLO (You Only Live Once).

FOMO, misalnya, membuat seseorang takut ketinggalan tren, sehingga terdorong untukikut-ikutan mencoba judi online meski tidak memahami risiko yang dihadapi. FOPO, di sisi lain, membuat individu terlalu memikirkan pendapat orang lain, yang pada akhirnyamemengaruhi keputusan keuangan mereka. Sedangkan prinsip YOLO seringdigunakan sebagai pembenaran untuk bersikap impulsif dan mengabaikan konsekuensijangka panjang.

Kondisi ini diperparah oleh rendahnya literasi keuangan di kalangan anak muda. Mereka cenderung mengambil keputusan finansial tanpa pertimbangan matang, yang membuka peluang bagi mereka untuk terjerat dalam jebakan keuangan seperti judionline dan pinjaman online (pinjol). Dalam hal ini, edukasi keuangan menjadi langkahyang sangat penting. OJK telah mendorong masyarakat untuk menggunakanpendekatan “Legal dan Logis” dalam mengambil keputusan finansial.

Selain itu, lingkungan sosial juga berperan besar dalam memperparah dampak judionline. Tekanan dari kelompok sebaya atau komunitas daring sering kali mendorongseseorang untuk terus terlibat dalam perjudian, meskipun mereka sudah menyadarikerugiannya. Rasa malu dan takut dihakimi sering membuat korban judi online engganmencari bantuan atau mengakui masalah mereka.

Judi online juga memiliki implikasi serius bagi hubungan sosial. Ketika seseorangterjebak dalam jeratan judi, mereka tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi jugakeluarga dan orang-orang di sekitarnya. Kehilangan uang akibat judi sering kali memicukonflik dalam rumah tangga, bahkan dalam beberapa kasus, menyebabkan kekerasanatau tindakan kriminal. Hal ini menunjukkan bahwa dampak judi online jauh lebihkompleks daripada sekadar persoalan hukum.

Upaya pemerintah untuk memberantas judi online perlu didukung oleh berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, dan komunitas. Peran orang tua sangat penting dalammemantau aktivitas anak-anak di dunia digital dan memberikan pemahaman tentangbahaya judi online. Selain itu, lembaga pendidikan dapat berkontribusi denganmemasukkan literasi keuangan ke dalam kurikulum agar generasi muda lebihmemahami cara mengelola keuangan secara bijak.

Sebagai masyarakat, kita juga harus lebih kritis terhadap tren yang berkembang di dunia digital. Memastikan bahwa kebutuhan lebih diutamakan daripada keinginan dapatmembantu menghindari jebakan keuangan yang merugikan. Langkah kecil sepertimenabung dan berinvestasi secara bertanggung jawab dapat menjadi cara efektif untukmelawan gaya hidup konsumtif yang sering menjadi pintu masuk ke dalam aktivitasperjudian.

Kesimpulannya, judi online adalah ancaman nyata yang tidak hanya berdampak padaekonomi tetapi juga kesehatan mental dan stabilitas sosial masyarakat Indonesia. Olehkarena itu, pemberantasan judi online harus menjadi prioritas bersama, denganpendekatan yang holistik dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Literasikeuangan, pengawasan ketat, serta kolaborasi antara pemerintah dan masyarakatadalah kunci untuk memutus rantai adiksi judi online yang terus menggerogoti masa depan bangsa.

*) Peneliti Masalah Sosial – Lembaga Kajian Sosial Nusantara

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pemerintah Tingkatkan Upaya Penutupan Situs Judi Online

Jakarta - Pemerintah terus meningkatkan upaya untuk memberantas konten judi online yang marak di berbagai platform digital. Berdasarkan data yang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini