Inilah Beberapa Fakta Pernikahan Deddy Corbuzier – Sabrina, Sudah Pacaran 9 Tahun Lho!

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Deddy Corbuzier akhirnya resmi melepas status dudanya dengan menikahi Sabrina Chairunnisa pada 6 Juni 2022. Mereka menikah di Fairmont Hotel, Jakarta Pusat.

Seorang pesulap sekaligus YouTuber ini membagikan video momen ijab kabulnya yang diunggah ke akun Instagram pribadinya.

Berikut beberapa fakta terkait pernikahan Deddy – Sabrina yang perlu kalian ketahui. Simak ulasannya di bawah ini!

Udah menjalin kasih selama 9 tahun

Kedua pasangan ini telah berpacaran selama sembilan tahun. Bahkan sudah bertunangan sejak empat tahun lalu lho.

Mahar dolar Singapura dan emas 66 gram

Ijab kabul dilaksanakan pada 9.30 WIB dan resepsinya pada pukul 17.30 WIB. Deddy Corbuzier telah menyiapkan mahar sebesar 2022 dolar Singapura atau setara dengan 21.184.494 Rupiah, serta seperangkat alat salat dan emas 66 gram.

Jaksa Agung dan Eks Kepala BIN Jadi Saksi

Selama ucapkan ijab kabul, diketahui ada saksi dalam pernikahan Deddy – Sabrina. Di antaranya ada AM Hendropriyono, Jaksa Agung Burhanuddin, dan Gus Miftah.

Azka bahagia ayahnya menikah dengan Sabrina

Anak Deddy Corbuzier, Azka Corbuzier, memperlihatkan potretnya mendampingi sang ayah dengan mengunggahnya melalui akun Instagram pribadinya. Ia menuliskan surat teruntuk ayahnya bahwa ia juga bahagia melihat ayahnya menikah dengan Sabrina.

“Semoga yang terbaik untuk mereka. Maksudku mereka sudah berkencan selama ini jadi tidak terlalu buruk, tapi serius aku sangat senang untuk mereka. Jadi ini bersulang untuk kehidupan yang baik dan bahagia bersama,” tulisnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

PKL Teras Malioboro 2: Suara Ketidakadilan di Tengah Penataan Kawasan

Mata Indonesia, Yogyakarta – Sejak relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) dari Malioboro ke Teras Malioboro 2, berbagai persoalan serius mencuat ke permukaan. Kebijakan relokasi yang bertujuan memperindah Malioboro sebagai warisan budaya UNESCO justru meninggalkan jejak keresahan di kalangan pedagang. Lokasi baru yang dinilai kurang layak, fasilitas yang bermasalah, dan pendapatan yang merosot tajam menjadi potret suram perjuangan PKL di tengah upaya mempertahankan hidup.
- Advertisement -

Baca berita yang ini