MATA INDONESIA, JAKARTA – Kepergian legenda bulutangkis Indonesia, Markis Kido masih menyimpan duka. Peraih medali emas Olimpiade Beijing 2008 untuk sektor ganda putra itu menutup mata pada Senin (14/6).
Rekan sesama legenda, Chandra Wijaya yang kebetulan sedang bermain bulutangkis bersama Kido di GOR Petrolin, Alam Sutera Tangerang menuturkan bahwa kondisi Kido baik-baik saja saat bermain.
Namun, ketika berpindah lapangan, Kido –yang mencapai puncak kejayaannya ketika berpasangan dengan Hendra Setiawan itu, tiba-tiba terjatuh dan kemudian tak sadarkan diri. Dikatakan Candra bahwa ia dan kawan-kawan sudah berupaya melakukan pertolongan pertama sambil menunggu ambulan.
Sayangnya, takdir berkata lain. Ketika Kido dilarikan ke Rumah Sakit Omni Alam Sutera, ia sudah tidak lagi bernyawa.
Dokter spesialis jantung dan pembuluh dari Universitas Padjajaran Bandung, Vito A. Damay mengatakan bahwa orang dengan riwayat hipertensi seperti Kido dapat dengan aman melakukan olahraga, khususnya bulutangkis apabila kondisi tubuhnya stabil normal dengan obat.
“Untuk hipertensi yang terkontrol sebenarnya tidak apa-apa, artinya terkontrol itu stabil normal dengan obat,” kata dr. Vito, melansir Antara, Kamis, 17 Juni 2021.
Akan tetapi, para penyandang hipertensi terkadang tidak menyadari bahwa penyakitnya dapat menyebabkan komplikasi seperti penebalan atau pembengkakan jantung. Dr. Vito yang tergabbung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiobaskular Indonesia (PERKI) mengimbau pentingnya pemeriksaan di organ target komplikasi hipertensi.
Ia menuturkan bahwa pemeriksaan tersebut di antaranya: Elektrokardiogram (EKG), foto x-ray atau echo, laboratorium fungsi ginjal, kolesterol, gula darah, serta pemeriksaan saraf mata.
Hal lain yang harus dilakukan para penyandang hipertensi adalah menjaga detak jantung maksimal agar memahami bahwa olahraga yang dilakukan memenuhi tujuan atau tidak terutama untuk meningkatkan kesehatan jantung.
Adapun cara menghitung detak jantung, kata dr. Vito, 220 dikurangi usia lalu dikali 60-70 persen untuk mendapat kisaran target detak jantung intensitas sedang. Dr. Vito menambahkan bahwa olahraga yang ideal untuk kesehatan jantung adalah 60-70 persen dari detak jantung maksimal menurut usia.
“Lain halnya kalau Anda seorang atlet atau ingin mencapai prestasi tertentu, karena itu perlu latihan bertahan dan di bawah pengawasan profesional,” katanya.
Berdasarkan sebuah studi, kerusakan otot jantung dari MRI jantung terjadi pada sebagian kecil orang yang melakukan olahraga ekstrem berat jangka panjang. Dr. Vito memberi saran, tidak banyak orang dapat melakukan olahraga ini dan batasan olahraga ekstrem jangka panjang tidak mudah untuk dicapai banyak orang.