Cara Atasi Trauma Akibat Pemerkosan atau Pelecehan Seksual

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Menjadi korban pemerkosaan atau pelecehan seksual merupakan pengalaman traumatik yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, bagi laki-laki dan perempuan.

Belum lama ini, penyanyi Lady Gaga mengaku jadi korban pemerkosaan saat usia 19 tahun. Teranyar, putri chef ternama, Holly Ramsay, juga menjadi korban pelecehan seksual di usia 18 tahun yang membuatnya mengalami gangguan stres pasca-trauma.

Selain dampak fisik, korban pemerkosaan dan pelecehan seksual juga mengalami dampak psikis. Menurut penelitian, hingga 94 persen wanita korban permerkosaan dan pelecehan seksual mengalami gangguan stres pasca trauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD).

Hal ini wajar, karena saat mengalami pemerkosaan atau pelecehan seksual korban merespons dengan rasa takut dan tidak terkendali. Parahnya, korban pemerkosaan dan pelecehan seksual akan menarik diri dan cenderung menjadi tertutup. Perubahan mood yang berlanjut dapat menyebabkan kecemasan, stres, dan depresi.

Namun cara korban pemerkosaan berdamai dengan trauma yang dialaminya berbeda-beda. Ada yang memilih diam sehingga kejadian itu tidak terasa signifikan dan bisa cepat dilupakan. Di sisi lain, ada yang dengan lantang bicara serta melaporkan apa yang terjadi padanya sebagai bagian dari caranya berdamai dengan trauma.

Berikut beberapa cara mengatasi trauma akibat pemerkosaan atau pelecehan seksual pada pria dan wanita.

1. Terbuka dengan apa yang dialami

Cara pertama ini saja mungkin sudah terasa sangat berat bagi korban pemerkosaan yang mengalami trauma. Tidak mudah membicarakan kejadian terburuk yang pernah terjadi pada diri sendiri, kepada siapa pun itu. Belum lagi ancaman dipandang sebelah mata oleh orang lain.

Meski demikian, tetap diam hanya bentuk pertahanan diri jangka pendek yang tidak membantu berdamai dengan trauma. Sebaliknya, terbuka dan bicara kepada seseorang bisa membantu mengatasi trauma. Pertama, tentukan dulu dengan siapa akan bicara tentang masalah ini.

Semengerikan apa yang dibayangkan, terbuka tentang kejadian pemerkosaan akan membuat korban merasa bebas. Pilih orang yang tenang, empati, dan suportif. Jika tidak ada orang terdekat yang dirasa tepat, selalu ada terapis yang bisa diajak berbicara secara langsung maupun online.

2. Tanamkan dalam diri bahwa ‘Saya Berharga’

Menjadi korban pemerkosaan atau pelecehan seksual memang membawa traumatis. Namun perlu diingat bahwa kehidupan kamu tetap harus berjalan dan semua akan baik-baik saja. Tanamkan dalam diri, bahwa kamu berharga dan memiliki harga diri.

Semangat terus ya untuk kamu. Ingat kamu nggak sendiri, masih banyak yang sayang dan peduli terhadap kamu.

3. Menenangkan diri saat flashback

Kejadian traumatis dapat tiba-tiba muncul kembali dalam ingatan pada situasi yang tak terduga. Ingatan ini dapat memunculkan kepanikan, kecemasan, dan ketakutan. Saat hal itu muncul, cobalah untuk menenangkan diri.

Menenangkan diri dapat dilakukan dengan menarik napas panjang secara perlahan. Pergi ke tempat lain juga dapat membuat perasaan lebih tenang. Menghubungi orang yang dipercaya juga dapat meringankan perasaan khawatir dan cemas.

4. Mengikuti kegiatan sosial

Jangan mencoba untuk menutup atau mengisolasi diri. Disarankan untuk selalu terhubung dengan lingkungan sosial. Misalnya, dengan berpartisipasi dalam kegiatan sosial seperti aktivitas relawan. Studi menunjukkan aktivitas relawan dapat meredakan stres dan rasa sakit.

Selain itu, dukungan dari orang terdekat juga penting untuk dapat bangkit kembali menjalani kehidupan. Kehadiran dan dukungan dari orang terdekat juga merupakan hal penting untuk membantu korban bangkit dan kembali melanjutkan hidup mereka. Dukungan yang dapat diberikan tidak hanya dengan hadir secara fisik, tetapi juga hadir untuk memberikan dukungan emosional bagi korban.

5. Berhenti menyalahkan diri sendiri

Penyintas atau korban pemerkosaan juga pasti punya kecenderungan menyalahkan diri sendiri ketika mengenang kembali kejadian nista itu. Entah itu menyalahkan mengapa harus melewati tempat itu, harus mengenal pelaku, atau tidak melawan saat kejadian. Ingatlah bahwa tubuh dan otak bisa membeku ketika mengalami hal yang sangat mengejutkan. Artinya, itu adalah bentuk pertahanan diri, bukan dengan sengaja membiarkan pemerkosaan terjadi.

Apapun kondisi yang membuat korban pemerkosaan menyalahkan dirinya, buang jauh-jauh pikiran itu. Seluruh beban dan tanggung jawab hanya layak dibebankan pada satu orang: Pelaku.

Reporter: Mala Komala

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Kemenkomdigi Lantik Pejabat Baru, Momentum Penting Perkuat Keamanan Ruang Digital dari Judi Online

Jakarta – Anggota Komisi I DPR RI, Okta Kumala Dewi berharap pelantikan pejabat baru di Kementerian Komunikasi dan Digital...
- Advertisement -

Baca berita yang ini