Apa itu Pandemi Fatigue? Simak Penjelasan dan Tips menjalaninya!

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA– Kafe-kafe dan warung makan di sekitar kawasan Pamulang, Tangerang Selatan penuh dan ramai oleh pengunjung. Mereka tak peduli dengan protokol kesehatan ataupun ancaman penyebaran covid-19 yang semakin meluas. ”Suntuk dan jenuh di rumah terus,” ujar Indrieanti (20), warga Pamulang, kepada Mata Indonesia, Sabtu malam 17 Januari 2021.

Bagi Indrie, pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama delapan bulan terakhir ini membuat ia stuck. Di rumah terus bosan, sedangkan keluar pun tak bisa kemana-mana. Awalnya, kawan-kawan kuliahnya mengajak nongkrong di beberapa cafe dadakan yang buka di kawasan Pamulang. ”Siang biasanya tidur, malam baru keluyuran dari satu cafe ke cafe, ketemu kawan baru, atau hanya sekadar ngobrol saja,” ujar mahasiswi salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta ini.

Ketatnya gencaran protokol kesehatan yang sudah berjalan selama 10 bulan ini tak hanya membuat Indrie dan sebagian masyarakat jenuh. Mereka sudah terkena gejala Pandemic Fatigue.

Pengertian Pandemic Fatigue dari Klik Dokter. Hal ini banyak menjadi alasan lalainya orang untuk mematuhi protokol kesehatan.

Pandemic Fatigue bisa normal, tetapi justru ini bisa berubah menjadi bahaya dan fatal. Tingkat penyebaran virus ini belum menurun, mengakibatkan jumlah kasus terus bertambah setiap harinya. Termasuk korban jiwa dari yang dikarenakan virus corona ini.

Hal tersebut disebabkan manusia yang memang terlahir sebagai makhluk sosial, harus berinteraksi demi kelangsungan hidupnya. Namun, jika melihat pertambahan kasus 14.224 Covid-19 di Indonesia pada 16 Januari 2021 lalu dengan total kasus 896.642, sangat mengkhawatirkan.

Menurut WDG Public Health, kelelahan karena pandemi memungkinkan banyak terjadi pada remaja dan dewasa muda yang dalam proses pertumbuhan dan emosional yang masih berubah-ubah. Kelelahan itu seringkali muncul dengan ciri perasaan gelisah, mudah tersinggung, kurang motivasi, dan kesulitan berkonsentrasi.

Pandemi Fatigue bisa terjadi kepaada siapapun. Apalagi melihat masa pandemi bukan sebulan dua bulan, namun sudah berlangsung selama 10 bulan di Indonesia,” ujar dr Natalia Widiasih selaku Kepala Divisi Psikiatri Forensik.

Natalia dalam talkshownya bersama Satuan Tugas (Satgas) penanganan Covid-19 menuturkan kembali, Pandemi Fatigue dapat terpengaruh dari cara sesorang dalam penyesuaian ketika terjadi situasi bencana. Seperti saat situasi pandemi Covid-19.

Pandangan seorang terhadap situasi yang sedang ia hadapi dapat memengaruhi kondisi orang tersebut baik secara mental maupun fisik. Dari pandangannya dalam suatu masalah, menyebabkan banyak orang yang mengalami Pandemi Fatigue atau keletihan secara mental.

Sisi lain akibat dari kehilangan pekerjaan, atau susahnya mencari penghasilan saat pandemi ini juga menjadi penyebab menurunkan kapasitas mental seseorang. Hal lainnya, tenaga kesehatan terus memperingatkan senantiasa bersabar dan menyatakan bahwa kita tidak bisa ‘lengah’ dan menolak hidup. Karena dapat mengancam kesehatan kita sendiri.

Nah, dr Natalia Widiasih memberikan tips untuk mengatasi gejala Pandemi Fatigue.

  1. Mengingatkan diri sendiri bahwa kita sedang menghadapi situasi yang tidak bisa dikontrol. Hanya dengan mengontrol diri sendiri dengan senantiasa memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak dalam kerumunan.
  2. Memahami kondisi diri. Pahami jika diri apa yang sedang menjadi kebutuhan serta yang bisa mengobati kejenuhan dalam pandemi ini.
  3. Menjalin hubungan secara online dengan kerabat ataupun seseorang ketika sedang jauh. Yang terpenting, komunikasi tidak lepas.
  4. Membagi cerita dengan orang-orang terdekat di dalam rumah. Saling menguatkan untuk tetap tegar menghadapi situasi ini.
  5. Menambah pengetahuan dengan membaca informasi terbaru terkait situasi sekarang, seberapa gentingnya situasi ini, dan orang-orang yang sama sedang berjuang agar pandemi ini segera membaik.

Reporter : Irania Zulia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

DBD dan Leptospirosis Ancam Warga Jogja di Musim Hujan, Dinkes Tekankan Hal Ini

Mata Indonesia, Yogyakarta - Menjelang musim hujan yang tiba pada Oktober 2024, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja mengimbau masyarakat agar waspada terhadap peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Leptospirosis. Hingga saat ini, sudah tercatat ratusan kasus DBD tersebar di hampir seluruh kelurahan di Jogja.
- Advertisement -

Baca berita yang ini