Ajarkan Bisnis Kreatif, KOZE dan Rhino Indonesia Ingin Cetak Generasi Pengusaha

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Perusahaan pakaian polos, KOZE, berkolaborasi dengan perusahaan sablon digital, Rhino Indonesia, untuk mengajarkan anak-anak yang tinggal di Rusunawa Pesakih Daan Mogot, Jakarta Barat, cara melakukan bisnis kreatif melalui sablon kaos digital. Melalui kegiatan ini, kedua perusahaan tersebut berharap dapat menumbuhkan kreatifitas dan jiwa entrepreneurship anak sehingga bisa menjadi pengusaha masa depan yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan di Indonesia.

“Tentunya kami ingin menanamkan semangat berwirausaha sejak dini, melalui industri kreatif sablon digital ini. Sebagai calon penerus bangsa, anak-anak perlu dibekali dengan kemampuan dan keterampilan sehingga ketika besar mampu bersaing dan bahkan menciptakan lapangan pekerjaan bagi banyak orang.” Ujar Head of Marketing Communications Rhino dan Koze, Hendry, di Jakarta pada Sabtu, 15 Februari 2020.

Edukasi kreatif ini tergabung dalam acara ‘Kami Cinta Anak Indonesia’ yang diselenggarakan oleh Yayasan Abang Mpok Sahabat Anak (YAMSA). Sejalan dengan visi YAMSA, kegiatan ini dilakukan untuk mewujudkan anak-anak generasi penerus bangsa Indonesia yang berkualitas, sehingga mampu berkembang menjadi generasi yang santun, setara, sejati, dan tangguh.

Terdapat setidaknya 56 orang anak yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Mereka semua memperoleh kesempatan mencoba secara langsung proses pembuatan kaos custom dengan metode sablon digital. Hasil dari praktik yang dilakukan kemudian akan dibagikan secara gratis kepada seluruh peserta.

Sebelumnya, anak-anak akan dikenalkan terlebih dahulu mengenai industri art & craft sablon digital di Indonesia. Mereka diberi pemahaman tentang apa itu cetak sablon, media apa saja yang dapat diterapkan, material dan bahan apa saja yang butuhkan, serta alat dan mesin apa saja yang digunakan.

Marketing Communications Rhino Indonesia, Karina Oktaviani Sugianto, mengatakan bahwa kegiatan ini ditujukan untuk memberikan referensi usaha bagi anak-anak di masa mendatang. Ia berharap industri kreatif sablon digital ini akan menjadi salah satu pilihan usaha mereka yang merasa cocok dan memiliki passion di bidang tersebut.

Tak hanya itu, Marketing Communication KOZE, Amadeo Adhyakusuma, juga mengatakan bahwa kegiatan edukasi itu dilakukan untuk menumbuhkan kreatifitas anak bangsa sehingga menghindarkan mereka dari pemikiran-pemikiran negatif yang dapat menjerumuskan mereka ke hal-hal yang menyimpang.

“Ini telah menjadi program sosial KOZE. Kami memberikan support kaos sebagai media kreatif untuk anak bangsa. KOZE ingin memberitahukan kepada anak-anak kalau kaos polos itu ternyata bisa di kreasikan. Melalui kaos tersebut mereka bisa menuangkan segala ekspresinya serta menghilangkan pikiran-pikiran negatif mereka,” ujar Amadeo.

Selain anak-anak, Karina juga mengaku bahwa kegiatan edukasi yang dilakukan oleh Rhino Indonesia telah merambah seluruh kalangan masyarakat mulai dari mahasiswa, pengusaha, ibu rumah tangga, pekerja kantor, dan lain-lain. Hal ini dilakukan secara konsisten untuk mendukung perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia.

Baik KOZE ataupun Rhino sepakat bahwa peluang bisnis industri pakaian tidak akan pernah mati dan akan terus meningkat di masa depan. Hal tersebut dapat dilihat dari peran pakaian sebagai salah satu kebutuhan primer bagi manusia.

“Hampir setiap hari orang menggunakan kaos dalam kebutuhan sehari-harinya. Selain untuk memenuhi kebutuhan primer, kaos juga menjadi salah satu mode fashion yang saat ini sedang hype-hypenya”, ujar Amadeo.

Selain itu, Karina juga mengatakan bahwa selalu ada mode fashion baru yang akan muncul setiap saatnya. Tak hanya itu, terkadang tren fashion zaman dulu juga bisa kembali terkenal lagi di masa sekarang sehingga membuat peluang bisnis di industri pakaian tak ada habisnya.

Karena itulah Amadeo mengatakan bahwa KOZE terus-menerus melakukan gebrakan untuk  menjadi industri kaos lokal di Indonesia yang membanggakan. (Marizke/R)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini