Waspada Narkolema! Narkotika Lewat Mata

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Narkolema merupakan singkatan dari Narkotika Lewat Mata atau kata lain dari pornografi. Pornografi adalah segala sesuatu yang kita lihat berupa gambar, alur cerita, foto maupun video yang melanggar norma-norma kesusilaan.

Menurut American Psychological (2005), terdapat 7 level atau derajat seseorang ketergantungan terhadap pornografi.

Pada level 1, dalam satu tahun terpapar 1-2 kali pornografi dengan paparan ringan. Seperti misalnya ketika seseorang sedang melakukan browsing lalu muncul lintasan iklan yang berbau pornografi, dan ia melihatnya.

Level 2, dalam satu tahun terpapar pornografi 2-6 kali dengan fantasi ringan. Di level 3, tiap bulan sudah terpapar pornografi dan muncul perasaan bersalah di dalam hati. Selanjutnya level 4, ketika pornografi sudah mengganggu pekerjaan sehari-hari. Seseorang yang terpapar pada level ini, biasanya dalam satu bulan mengakses situs pornografi beberapa kali.

Level 5, di tingkat ini, seseorang hampir tiap minggu terpapar pornografi dan sudah ada efek gejala penurunan fungsi PFC pada otak. Seseorang yang berada pada level ini biasanya sudah tifak logis, mudah marah saat diperingati, tidak sabaran, lebih suka menyendiri atau mengunci diri, turunnya daya ingat dan konsentrasi, serta kurang berempati.

Kemudian level 6, di mana menonton pornografi sudah menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari. Pornografi mulai menimbulkan masalah dalam kehidupannya. Gaya berbicara selalu dikaitkan oleh hal-hal pornografi.

Terakhir adalah level 7, seseorang pada level ini akan merasa putus asa jika tidak melihat pornografi atau konten-konten yang berbau pornografi.

Apa Bahaya dari Narkolema?

Dampak dari narkolema dapat merusak bagian otak terutama di bagian PFC (prefrontal cortex). Bagian otak yang berada di paling depan otak manusia, posisinya dekat dengan tulang dahi. Fungsi PFC bisa dianalogikan seperti bagian untuk memanajeri otak, di mana PFC merupakan pusat logika yang membandingkan hal baik dan buruk, mengontrol emosi, mengambil keputusan, konsentrasi, merencanakan masa depan, serta muncul empati kepada sesama. Bagian otak ini menjadi pembeda antara manusia dan binatang.

Jika seseorang penasaran dengan pornografi, saat mereka sedang stress, rasa ingin membuka situs pornografi akan muncul. Dari rasa penasaran tersebut pada akhirnya menimbulkan rasa kepuasan setelah menonton pornografi, kemudian sistem otak akan menghasilkan Dopamin atau suatu senyawa kimiawi di otak yang berperan untuk menyampaikan rangsangan ke seluruh tubuh.

Apabila hal ini dilakukan secara terus menerus sampai menimbulkan rasa ketagihan untuk menonton pornografi, Dopamin akan membanjiri jaringan otak PFC dan dapat menyebabkan jaringan ini mengkerut yang kemudian menyebabkan fungsinya terganggu.

Sehingga, orang tersebut akan merasa sendiri, mudah bosan, tempramental, mudah marah, sulit mengambil keputusan, dan sulit berkonsentrasi. Efek tersebut juga dapat menimbulkan fikiran-fikiran kotor pada otak yang berakibat pada pemicu tindakan kasus asusila oleh orang yang terkena Narkolema, seperti pelecehan seksual dan pencabulan.

Apa Bahaya dari Narkolema Terhadap Anak-Anak?

Sebuah penelitian yang dilakukan pada 2011 lalu menyatakan, dari 1.600 anak ternyata 90 persennya sudah terpapar pornografi. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel dari delapan provinsi anak-anak sekolah dasar kelas 3 sampai kelas 6 SD.

Di tahun 2016, anak-anak yang telah terpapar pornografi tersebut, dalam waktu dua bulan rata-rata mengakses 30 sampai 60 kali pornografi. Kemudian di tahun 2018, mereka diperiksa menggunakan MRI, hasil pemeriksaan menunjukan adanya kerusakan pada otak bagian PFC.

Dampak dari Narkolema pada anak-anak adalah penurunan prestasi akademik dan kemampuan belajar serta kurangnya pengambilan keputusan.

Apakah Narkolema dapat Disembuhkan?

Narkolema dapat disembuhkan jika ada keinginan dan kemamuan berubah menjadi lebih baik dari orang itu sendiri. Selain itu, beberapa cara juga dapat dilakukan seperti rehabilitasi atau psikoterapi, konseling keluarga, terapi psikodinamik, CBT dan Hipnoterapi.

Reporter: Sheila Pematasari

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Peningkatan Infrastruktur di Bali Bukti Komitmen Indonesia Siap Selenggarakan WWF 2024

World Water Forum Ke-10 di Bali pada 18-24 Mei 2024 diharapkan akan menghasilkan berbagai solusi masalah air termasuk sanitasi...
- Advertisement -

Baca berita yang ini