Warna Matahari Sebenarnya Bukan Kuning Lho, Ini Penjelasannya

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sudah melekat di ingatan, sedari kecil yang kita ketahui adalah matahari berwarna kuning. Namun ternyata tidak demikian, sebenarnya kuning bukanlah warna matahari.

Matahari terdiri dari banyak warna, seperti warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Jika kita melihatnya melalui prisma, maka warna-warna tersebut akan terlihat seperti pelangi. Dan pelangi adalah gambaran sinar matahari yang terlihat oleh mata ketika sinar tersebut melewati tetesan air di atmosfer. Tetesan air di atmosfer inilah yang bertindak seperti prisma kecil. Ketika warna-warna ini menjadi satu, maka akan menghasilkan sinar berwarna putih.

Setiap warna matahari memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda, sesuai dengan urutan. Mulai dari warna merah dengan panjang gelombang terpanjang, dan warna ungu dengan panjang gelombang terpendek. Cahaya bergerak bebas tanpa hambatan dan distorsi foton di luar angkasa. Oleh karenanya matahari memancarkan cahaya putih.

Namun, atmosfer bumi menghamburkan cahaya di wilayah gelombang pendek, seperti warna biru dan ungu, sehingga warna asli matahari berubah. Hamburan warna pada gelombang pendek oleh atmosfer bumi inilah yang menciptakan warna biru pada langit. Dan warna gelombang panjang yang tersisa, seperti warna merah, jingga, dan kuning akan berkumpul dan menjadi warna matahari yang kadang kala berubah-ubah menjadi kemerahan atau kekuningan. Namun akan cenderung terlihat kekuningan.

Matahari terlihat kuning, karena warna kuning merupakan warna yang berada di tengah spektrum. Seorang pengajar astronomi Universitas Republik di Uruguay, Gonzalo Tancredi, menyebutkan ketika gelombang pendek seperti warna biru hilang dari grafik, maka puncaknya akan berpindah ke warna kuning. Inilah sebabnya mengapa matahari terlihat seperti warna kuning.

Akan terlihat jingga atau kemerahan saat terbit dan terbenam. Karena kadar atmosfer lebih banyak dan tebal dari biasanya. Jadi, ketika sinar melalui lapisan atmosfer yang lebih banyak dan tebal, maka ia akan berwarna lebih jingga atau kemerahan.

Penyebutannya sebagai distorsi warna biru. Distorsi biru memungkinkan warna-warna di gelombang panjang seperti merah, jingga, dan kuning mendominasi penampilan matahari. Fenomena ini dinamai oleh seorang fisikawan Inggris abad ke-19, Lord Rayleigh, sebagai hamburan Rayleigh.

Reporter: Intan Nadhira Safitri

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Webinar Inspiratif Universitas Alma Ata: Peluang dan Tantangan Karir di Dunia UI/UX di Era Digital

Mata Indonesia, Yogyakarta - Menghadapi era digital, Universitas Alma Ata berkomitmen mendorong mahasiswanya untuk membangun karir di dunia UI/UX dengan menggelar webinar bertajuk “Membangun Karir di Dunia Desain UI/UX: Peluang dan Tantangan di Era Digital” pada Sabtu (21/12/2024).
- Advertisement -

Baca berita yang ini