MATA INDONESIA, PYONGYANG – Korea Utara mengumumkan bahwa mereka berhasil melakukan uji coba rudal jarak jauh. Rudal ini mampu menghancurkan sebagian wilayah Jepang.
Rudal jarak jauh ini dapat berbelok dan berputar saat terbang. Hal ini memungkinkan terjadinya penyerangan yang tidak terduga. Korea Utara hingga kini terus mencari cara agar dapat mengirimkan senjata nuklir yang lebih canggih dan beragam.
Kesuksesan dalam uji coba terbaru rudal jarak jauh ini melahirkan berbagai pertanyaan, salah satunya adalah mengapa Korea Utara melakukan hal ini? Mengapa ini prioritas bagi Korea Utara? Padahal sedang pandemi Covid-19.
Sejak musim semi tahun 2019, Korea Utara telah mengembangkan kapabilitas nuklir. Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, menyatakan bahwa bertekad untuk terus berinvestasi dalam membangun strategi pertahanan nasional melalui strategi nuklir. Hal tersebut ia ungkapkan sejak Kembali dari KTT yang gagal dengan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump di Hanoi, Vietnam pada Februari 2019 lalu.
Korea Utara memilih untuk melakukan ini meskipun sedang kesulitan akibat krisis ekonimi dan pangan karena dua alasan.
Alasan pertama adalah secara internal, uji coba ini dapat memperkuat moral dan narasi Kim Jong Un untuk membangun pertahanan nasional yang mandiri.
Kemudian, alasan kedua adalah secara praktis rudal jarak jauh akan mempersulit musuh dari Korea Utara sehingga dengan kemampuan terbaru ini musuh harus memperbaharui rencana-rencana yang telah mereka buat.
Rudah jelajah jarak jauh Korea Utara baru-baru ini memiliki kecepatan rendah dan lambat menuju target. Waktu yang diperlukan rudal ini untuk menempuh jarak sekitar 1.500 km adalah dua jam lebih.
Rudal jarak jauh ini memang tidak seperti rudal balistik yang mampu menjangkau jarak yang sama dalam waktu hanya beberapa menit saja.
Kemungkinan, alasan Korea Utara lebih meminati rudal jarak jauh ini adalah agar musuh-musuh dari negara tersebut akan kesulitan dalam mendeteksi waktu peluncuran dan pertahanan diri.
Uji coba ini juga menunukkan bahwa Kim Jong Un dapat mempertahankan tekad dan ambisinya untuk terus memajukan kemampuan nuklir Korea Utara. Meskipun secara gamblang negara tersebut sedang menangani keslitan negara, yaitu krisis ekonomi dan pangan.
Korea Utara melakukan uji coba ini kemungkinan besar tidak ada hubungannya dengan kebijakan pemerintahan Biden ataupun peringatan kedua pulih serangan 11 September di Amerika Serikat.
Rudal Jelajah
Rudal jarak jauh secara fungsi berbeda dengan rudal balistik yang juga Korea Utara pada selang waktu dua hari kemudian.
Sanksi Dewan Keamanan PBB melarang Korea Utara menguji rudal balistik. PBB beranggapan rudal balistik berbahaya karena memiliki muatan yang lebih besar dan kuat. Rudal ini mampu menempuh jarak yang lebih jauh dan dapat terbang lebih cepat.
Rudal jelajah jarak jauh dapat berbelok dan berbalik semasa ia terbang. Hal ini memungkinkan terjadinya penyerangan dari sudut yang tidak terduga.
Sangat jauh perbedaannya dari rudal balistik yang memiliki kemampuan terbatas untuk berbelok ataupun berbalik arah pada akhir penerbangannya.
Rudal jelajah jarak jauh sudah diuji bertahun-tahun lamanya oleh Korea Utara. Ini sebagai bentuk penyempurnaan rudal jelajah anti-kapal laut asal Uni Soviet. Rudal jelajah terbang pada ketinggian yang cukup rendah. Hal ini berarti sistem radar di darat hanya akan mendeteksi rudal ini pada tahap akhir penerbangan. Musuh akan sulit menghalau rudal ini karena terlambat.
Berdasarlam asesmen direktur jenderal Badan Energi Atom Internasional, Pyongyang baru-baru ini tengah melanjutkan operasi di reaktor gas-grafit di Kompleks Yongbyon. Artinya Korea Utara terindikasi mengaktifkan kembali produksi plutonium sebagai tenaga dalam senjata nuklir.
Reporter: Shafira Annisa