MATA INDONESIA, JAKARTA – Pondok Pesantren Al-Mukmin atau dikenal dengan Ponpes Ngruki, sebuah pesantren yang terletak di Ngruki, Desa Cemani, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Pascabom Bali I, ponpes yang didirikan oleh Abu Bakar Ba’asyir ini sering dikaitkan dengan paham radikalisme. Ponpes yang sekarang dipimpin oleh Ustaz KH Ibnu Chanifah sering dicap sebagai pesantren penghasil teroris.
Sistem pendidikan dan pengajaran yang dikembangkan di lembaga ini adalah perpaduan antara sistem pesantren tradisional dengan pendidikan modern yang berkembang saat ini. Terkait isu radikalisme yang dituduhkan, Humas Ponpes Al-Mukmin Ustaz Muchshon menepisnya.
Ia menegaskan ponpes ini sangat terbuka untuk siapa pun. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kunjungan anggota DPR, Kepolisian, TNI, BIN, Kementerian Agama serta sejumlah kalangan lainnya.
”Terkait isu radikalisme, tanggapannya biasa saja. Kita selalu sampaikan kepada santri, jawablah dengan prestasi. Masyarakat di sini juga sudah tidak mempermasalahkan, kalau ada isu miring mereka sudah tidak tertarik,” ujarnya.
Muchshon menjelaskan, pihaknya akan terbuka dengan siapa pun yang ingin berkunjung ke Ponpes Al-Mukmin. Ia bercerita sejumlah anggota DPR pernah mengunjungi pondok pesantren tempatnya yang berlokasi di daerah pegunungan ini.
Sejak awal berdiri, Muchson menegaskan ponpes ini milik umat dan seluruh lapisan masyarakat Islam. Terkait kurikulum yang diajarkan, ia menjelaskan bahwa hampir tidak ada perbedaan dengan sekolah pada umumnya. Ia juga membantah bahwa pesantren ini menerapkan ajaran radikalisme.
“Kita di sini lembaga pendidikan murni. Jadi tidak pernah berpikir sampai sejauh ini, entah itu kaitannya dengan ISIS atau pergerakan yang mana, kita fokus untuk pendidikan,” katanya.
Selain kurikulum yang setara dengan sekolah pada umumnya, Ponpes Al-Mukmin juga menambahkan pelajaran ekstrakurikuler sebagai bekal tambahan bagi santrinya, seperti sablon, kaligrafi, seni letter, menjahit, tata bogadan tata busana.
Reporter : Afif Ardiansyah