MATA INDONESIA, PYONGYANG – Cepat atau lambat kedudukan Kim Jong-un pasti akan tergantikan oleh nama nama baru. Terlebih, saat ini Korea Utara sedang dilanda masalah pangan dan ekonomi. Dan Kim Jong-un dikabarkan sakit-sakitan.
Dari ketiga anak dari Kim Jong-un yang ada rata-ratab mereka dianggap masih terlalu muda. Hal itu dapat dilihat dari usia yang paling tertua 10 tahun dan termuda berusia 3 tahun.
Meski masih muda, ketika Kim Jong-un dipersiapkan memegang kekuasaan, maka tradisi kuat di Korea Utara akan memberikan stempel istilah ‘Garis Darah Paektu untuk melegitimasi pemerintahannya.
Paektu adalah gunung suci dan mitologis di wilayah Korut dimana Kim Il-sung dikabarkan lahir ke bumi dan kemudian mengobarkan perang gerilya melawan Jepang.
Kim Jong-un selalu pergi ke sana ketika dia ingin menekankan keputusan kebijakan yang penting. Gunung yang lokasinya tidak jauh dari Pyongyang ini dikenal sebagai tempat tetirah para elite Partai Komunis Korea Utara dan pejabat-pejabat militer.
Adik Perempuan
Sejumlah analisa menyebut terdapat tiga Kim yang berpotensi untuk menggantikan posisi kepala negara saat ini. Yang pertama yaitu Kim Yo-jong, adik perempuan Kim Jong-un. Diketahui, bakat politiknya sudah muncul ketika dirinya masih sangat muda. Sikapnya juga efisien dan ringan, maka tak heran jika namanya paling difavoritkan.
Ia mulai dikenal luas saat menyerahkan pena kepada Kim Jong Un di pertemuan Donald Trump-Kim. Kemudian, kembali menjadi sorotan ketika hadir di pertemuan puncak di Hanoi. Bicara soal karier, ia merupakan anggota pengganti Politbiro serta wakil direktur Departemen Propaganda dan Agitasi (PAD) dari Partai Buruh Korea.
Namun sayangnya dia seorang perempuan dan ini membuatnya sulit membayangkan Kim Yo-jong duduk di posisi teratas di negara patriarkal. Terlebih, Korea Utara terkenal sebagai negara yang kuat secara militernya.
Yang kedua yaitu Kim Jong-chul, kakak laki laki Kim Jong-un. Berbeda halnya dengan Kim Yo-Jong, namanya tidak begitu favorit karena tidak ada rekam jejak di dunia politik.
Yang ketiga yaitu Kim Pyong-il, saudara tiri dari Kim Jong-il. Sebenarnya ada kemungkinan buat dia menjadi penerus Kim II-sung. Namun, dia gagal dan dikesampingkan oleh Kim Jong-il. Hebatnya, pada tahun 1979 dirinya berhasil dikirim ke Eropa untuk menjadi duta besar di berbagai negara. Itu artinya sangat tidak mungkin dia memiliki jaringan untuk menjadi penerus dalam politik elite di Pyongyang.
Selain ketiga nama tersebut, ada beberapa tokoh lain yang menjadi pusat perhatian dalam era Kim Jong-un, salah satunya adalah Choe Ryong-he. Sebenarnya, karirnya mengalami pasang surut di bawah naungan Kim Jong-un, tetapi saat ini dirinya mampu duduk di presidium politbiro dan menjadi wakil ketua pertama Komisi Urusan Negara. Pada tahun 2019, Choe Ryong-he menjadi pemimpin di lembaga Komisi Urusan Negara menggantikan Kim Yong-nam yang sudah tua.
Tidak sampai disitu, Choe Ryong-he juga memegang posisi tinggi di militer serta Departemen Organisasi dan Bimbingan (OGD) Partai Buruh Korea. Sejauh ini, ia diklaim sebagai orang paling kuat kedua di Korea Utara. Selain Choe Ryong-he, muncul juga nama Kim Yong-chol. Dia merupakan seorang jenderal yang berperan penting dalam pertemuan Donald Trump-Kim.
Jendera Kim Yong-chol juga dikenal dekat dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo. Kim Yong-Chol kini menjabat sebagai kepala Departemen Front Bersatu dan Biro Umum Pengintaian, dinas intelijen negara tersebut.
Lalu Jenderal Jong Kyong-taek, seseorang yang bertanggungjawab dalam Departemen Keamanan Negara serta menginvenstasi dan menghukum para pelaku kriminal politik. Lembagai itu juga secara fisik melindungi para pemimpin Korea Utara. Tidak ketinggalan juga Jenderal Hwang Pyong-so, salah satu pejabat yang memegang jabatan tertinggi militer serta memimpin Departemen Organisasi dan Bimbingan (OGD) pada era Kim Jong-un. Sama halnya dengan Choe Ryong-he, mereka sudah disingkirkan dan sekarang ditahan di rumah.
Terakhir datang dari sejumlah jenderal top Angkatan Darat Korea Utara. Mereka adalah Jenderal Kim Su-gil dan Jenderal Kim Won-hong, dua pria yang duduk di Biro Politik Umum Angkatan Darat.
Diantara nama elit diatas, siapa yang akan bentrok dan siapa yang akan bersekutu? Apakah akan ada faksi pro dan anti Kim Yo-jong? Apakah ketakutan akan ketidakstabilan dapat menghentikan persaingan?
Reporter : R Al Redho Radja S