Oleh : Andika Pratama )*
Penyalahgunaan narkoba di kalangan anak muda Indonesia menjadi perhatian serius pemerintah dan masyarakat, mengingat dampak buruknya terhadap masa depan generasi penerus bangsa. Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Marthinus Hukom, mengatakan 312 ribu remaja Indonesia terjerat penyalahgunaan narkoba, angka yang mengejutkan sekaligus menandakan betapa gentingnya situasi ini. Remaja dan mahasiswa, adalah sasaran utama para pengedar narkoba yang berusaha memanfaatkan masa pencarian identitas mereka dengan bujukan dan pergaulan yang tidak sehat. Mereka terjerat narkoba karena rasa ingin tahu dan bujukan dari teman-temannya.
Oleh karena itu, membangun komunikasi yang kuat dan edukasi yang berkesinambungan di dalam keluarga merupakan langkah awal yang efektif dalam mencegah penyalahgunaan narkoba. Peran keluarga dalam mencegah anak muda terjerat narkoba sangatlah krusial. Edukasi dini mengenai bahaya narkoba dapat dilakukan di lingkungan keluarga dengan komunikasi yang terbuka dan dukungan emosional yang baik.
Anggota DPRD Kutai Timur, Shabaruddin, menegaskan pentingnya peran orang tua untuk memastikan anak-anak mereka memiliki lingkungan bermain yang sehat dan aman. Orang tua juga perlu memperhatikan tanda-tanda awal perilaku yang mencurigakan dan memberikan pengawasan yang tidak menghakimi, sehingga anak merasa nyaman untuk berdiskusi apabila mengalami tekanan dari lingkungan atau rasa penasaran terhadap narkoba.
Selain itu, keluarga harus berperan aktif dalam memfilter lingkungan pergaulan anak, terutama dalam masa-masa rentan seperti usia remaja, di mana rasa penasaran dan pengaruh teman sebaya memiliki andil besar dalam pengambilan keputusan. Sekolah dan universitas juga memiliki peran besar sebagai lembaga yang dapat menyampaikan edukasi mengenai bahaya narkoba kepada anak didik.
Lingkungan pendidikan dapat menjadi wadah untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai dampak negatif dari narkoba terhadap fisik, mental, dan masa depan mereka. Sosialisasi yang dilakukan oleh Polri di kampus-kampus, seperti yang dilakukan di Universitas Pancasila, Jakarta, diharapkan mampu memberikan efek jera dan kesadaran kepada mahasiswa tentang risiko penyalahgunaan narkoba.
Rektor Universitas Pancasila, Marsudi Wahyu Kisworo, mendukung program sosialisasi Polri tentang risiko penyalahgunaan narkoba yang bertujuan membangun generasi muda bebas narkoba. Untuk mencetak pemimpin bangsa yang unggul, maka generasi muda harus dijauhkan dari pengaruh narkoba yang berpotensi merusak masa depan mereka.
Aparat Penegak Hukum (APH) juga berperan penting dalam menangani penyalahgunaan narkoba di kalangan anak muda. Langkah proaktif dengan sosialisasi dan pendekatan humanis yang dilakukan oleh Polri dan BNN dapat menanamkan kesadaran yang lebih kuat di kalangan anak muda. Selain itu, kegiatan patroli di daerah-daerah yang diduga sebagai tempat peredaran narkoba juga perlu ditingkatkan untuk mengurangi akses terhadap barang haram ini.
Bagi anak muda yang terjerat, pendekatan rehabilitasi yang berfokus pada pemulihan dan pengembangan diri harus diberikan sebagai solusi agar mereka dapat kembali menjalani kehidupan normal dan berkontribusi positif kepada masyarakat. Pendekatan hukum yang humanis ini memberikan anak muda kesempatan untuk memperbaiki diri dan menjadi individu yang lebih baik. Langkah ini menjadi esensial agar anak muda tidak merasa terasingkan atau dikucilkan ketika mengalami kesalahan, melainkan mendapat dukungan dari negara dan masyarakat untuk bangkit.
Masalah penyalahgunaan narkoba di kalangan anak muda bukanlah tantangan yang dapat diselesaikan oleh satu pihak saja, melainkan memerlukan sinergi dari seluruh elemen masyarakat. Pemerintah, aparat penegak hukum, institusi pendidikan, keluarga, dan masyarakat umum harus bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan positif anak muda. Kolaborasi ini mencakup edukasi, pendampingan, dan pengawasan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan.
Program Desa Bersinar dari BNN, misalnya, adalah salah satu upaya sinergis yang dapat diterapkan lebih luas, tidak hanya di desa tetapi juga di kota-kota besar, termasuk kampus dan lingkungan perkotaan lainnya yang rawan terhadap penyalahgunaan narkoba. Dengan adanya program seperti ini, anak muda dapat memperoleh pemahaman yang benar mengenai bahaya narkoba sejak dini dan memiliki komunitas yang mendukung mereka untuk tetap berada di jalur yang benar.
Di era digital ini, media sosial menjadi alat yang efektif untuk menjangkau anak muda. Pemerintah dan BNN dapat memanfaatkan media sosial untuk menjalankan kampanye kreatif dan edukatif mengenai bahaya narkoba, misalnya melalui video pendek, infografis, dan testimoni dari mantan pengguna yang berhasil pulih. Penggunaan media sosial untuk kampanye anti-narkoba juga memungkinkan pesan-pesan positif tersebar luas dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari generasi muda.
Melalui sinergi semua pihak, dari keluarga hingga pemerintah, serta pemanfaatan media sosial sebagai sarana edukasi yang kreatif, maka diharapkan generasi muda Indonesia mampu menjauhi jeratan narkoba dan tumbuh sebagai generasi yang produktif, sehat, dan siap membangun masa depan bangsa. Anak muda adalah aset penting bagi masa depan bangsa, dan langkah-langkah preventif yang kuat akan menjadi pondasi bagi keberhasilan pembangunan Indonesia yang lebih baik.
)* Penulis adalah kontributor Jabartrigger.com