MATA INDONESIA, JAKARTA – Pemerintah mengklaim pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berskala mikro efektif dilakukan.
Hal itu diungkapkan Juru Bicara Presiden Joko Widodo Fadjroel Rachman saat menanggapi lonjakan kasus Covid-19 saat ini. ”Sampai saat ini secara empiris pemerintah melihat PPKM mikro efektif untuk mengatasi pandemi Covid-19,” ujarnya Sabtu 18 Juni 2021.
Selama tiga hari terakhir, kasus positif dan kasus aktif Covid-19 tercatat terus mengalami kenaikan. Hal itu dilaporkan berdasarkan catatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19. Pada Jumat 18 Juni 2021, kasus positif harian Covid-19 tercatat sebanyak 12.990 kasus. Kasus aktif pun kembali naik, yakni sebesar 130.096 kasus. Sementara itu, lima perhimpunan profesi dokter juga mencatat data peningkatan kasus Covid-19 dalam beberapa waktu terakhir.
Jika dibandingkan dengan data 15 Mei 2021, telah terjadi peningkatan kasus sekitar 500 persen pada 17 Juni 2021.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengatakan, saat ini grafik penambahan kasus Covid-19 mengarah kepada potensi terjadinya gelombang kedua atau second wave pandemi. Sehingga perhimpunan lima profesi kedokteran mengingatkan agar pemerintah secepat mungkin melakukan antisipasi.
”Perawatan di rumah sakit (RS) bukan solusi utama. Yang terpenting adalah mencegah penularan dan transmisi Covid-19 di tengah masyarakat,” ujar Agus.
Pihaknya menyarankan adanya pemberlakuan PPKM mikro secara menyeluruh dan serentak. Tujuannya yakni menekan transmisi Covid-19 sehingga pasien yang dirawat di RS lebih sedikit dan kematian bisa ditekan seminimal mungkin.
Saat ini kasus Covid-19 tersebut naik drastis dalam kisaran 100 hingga 2000 persen di sejumlah daerah.
Tak hanya di Ibu kota Jakarta yang memang masih dalam zona merah sekaligus mencatat kenaikan kasus dalam kisaran 100 persen, namun juga terjadi di Bangkalan Jawa Timur, meningkat lebih dari 700 persen.
Selain itu peningkatan kasus tertinggi dengan jumlah 2.800 persen ada di Grobogan, Jawa Tengah.
Baru-baru ini masyarakat dihebohkan dengan kabar penuhnya pasien Covid-19 di UGD Wisma Atlet bahkan sebagian dari pasien harus rela duduk mengemper di lantai, Tingkat keterisian tempat tidur Wisma Atlet dilaporkan sudah melampaui 80 persen. Angka ini sudah jauh melewati standard Organisasi Kesehatan Dunia WHO, yakni sebesar 60 persen.
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Prof Budi Haryanto mengatakan pemerintah tak memiliki pilihan selain menarik rem darurat, di tengah situasi yang disebutnya “genting”. ”Kalau kita tetap seperti sekarang, tanpa ada upaya komprehensif, tegas, dan tanpa tindakan-tindakan yang revolusioner, kita tinggal melihat angka-angkanya setiap hari naik terus,” ujarnya.
Budi menyarankan sebaiknya pemerintah Indonesia harus berani kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti awal tahun 2020 lalu.
Terkait soal Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), Budi menyebut kegiatan ini tak lepas dari kendala. Seperti Isolasi mandiri yang cukup memiliki kesusahan bagi pasien yang memiliki rumah kecil hal ini menyebabkan sejumlah anggota keluarga yang tak terpapar virus harus rela keluar rumahnya untuk mengungsi ke tempat yang jauh lebih aman seperti rumah keluarga.
Reporter : Ananda Nuraini