Pertarungan Model Jam Tangan antara Quartz dan Digital

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pada 3 Januari 1957, jam tangan atau arloji elektrik pertama di dunia di perkenalkan di Lancaster, Pennyslvania, Amerika Serikat oleh Hamilton Watch Company.

Ini bukan sesuatu yang baru saat itu. Karena jam tangan bermesin elektrik ini ternyata sudah ada sejak 1946. Namun jam tangan elektrik Hamilton masih mengalami masalah dalam hal akurasinya. Kemunculan jam tangan ini lumayan mengusik keberadaan jam tangan bermesin mekanik. Hal inilah yang mempelopori perusahaan lain melakukan penelitian lebih dalam mengenai jam tangan.

Masalah mengenai akurasi pun akhirnya menjadi fokus sejumlah perusahaan jam. Di Amerika, beberapa perusahaan melakukan berbagai riset supaya bisa menghasilkan jam tangan yang akurat.

Salah satunya adalah Bulova.

Ini adalah salah satu perusahaan yang memproduksi jam tangan. Bulova mengeluarkan produk mereka bernama Accutron yang menggunakan mekanisme getaran garpu tala atau tuning fork. Teknologi yang mereka kembangkan untuk menjaga akurasi dari jam.

Swiss yang melihat akurasi jam tangan milik Bulova tertantang dan berinisiatif melakukan penelitian. Beberapa perusahaan jam tangan di Swiss fokus pada penciptaan jam tangan menggunakan Quartz yang biasa ada di jam yang lebih besar untuk pengatur akurasi jam. Pada tahun 1967, Swiss akhirnya berhasil menciptakan prototipe jam tangan quartz pertama mereka.

Namun selang dua tahun, tepatnya pada tahun 1969, perusahaan jam asal Jepang, Seiko, mengeluarkan produk mereka yang bernama “Seiko Astron 35SQ”. Sebuah jam tangan quartz pertama yang produksinya secara massal.

Jam Seiko ini juga menjadi cikal bakal teknologi quartz yang akhirnya menjadi standard produsen jam di seluruh dunia. Selain itu, jam tangan Seiko masuk dalam daftar tonggak sejarah perkembangan ilmu teknik elektro dunia oleh Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE).

Jam tangan quartzlah yang akhirnya menguasai pasar dan menjadi awal dari berubahnya industri jam global. Teknologi quartz yang lebih mudah dibuat dan akurasinya sudah terjamin membuat banyak perusahaan jam memproduksi dalam jumlah besar dan harga yang bersahabat. Sehingga sifat eksklusif jam tangan menghilang.

Namun ada yang menarik dari perusahaan Hamilton. Seperti sudah mengetahui bahwa jam tangan elektrik mereka kalah, maka pada tahun 1968, Hamilton pun merancang jam tangan digital. Jam tangan tersebut bahkan sempat dimunculkan dalam film yang berjudul “2001: A Space Odyssey”.

Pada tahun 1972, Hamilton memperkenalkan jam tangan digital pertama yang terbuat dari emas 18 karat bernama “Pulsar”. Harganya USD 2.100. Harga yang tidak murah, namun sampai tahun 1975 jam tangan model ini sangat populer saat itu.

Karena tidak menggunakan jarum jam dan angka seperti jam lainnya, untuk melihat waktu pengguna jam digital harus memencet tombol di sisi jam. Lalu LED berwarna merah akan menunjukan tampilan waktu dengan format digital. Menjadi penemuan yang fenomenal saat itu karena jam tangan digital ini sangat membantu di saat ingin melihat waktu di tempat yang gelap.

Sama seperti sebelumnya, Jepang yang tidak mau kalah pada awal tahun 80an mulai berkonsentrasi pada jam digital dan fokus mengembangkan lebih lanjut. Sampai akhirnya, Tadao Kashio berhasil membuat dan mengembangkan jam digital tersebut. Jam tersebut namanya sesuai dengan nama belakang Kashio, yaitu Casio. Jam tersebut memiliki fitur tambahan yaitu fitur kalender dan juga menambahkan zona waktu serta beberapa tombol unik lainnya.

Sampai sekarang jam tangan terus berkembang. Fitur-fitur di jam tangan juga semakin menarik. Seperti Smartwatch yang ada saat ini dengan fitur-fitur luar biasa seperti fitur GPS canggih, sebagai Fitness Tracker, asupan nutrisi harian, dan masih banyak lagi.

Reporter: Desmonth Redemptus Flores So

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini