MerekaMATA INDONESIA, LOS ANGELES – Wonder Woman bukan superhero wanita pertama. Dia punya pendahulu. Namanya Miss Fury, karakter pahlawan buatan June Tarpe Mills.
Ia adalah superhero wanita pertama yang dibuat oleh seorang wanita. Karyanya masih menginsipirasi walau sudah 80 tahun lebih. “Aku rasa kelahiran Miss Fury adalah mulainya era baru.” kata Maria Laura Sanapo seorang komikus.
June Tarpe Mills adalah seorang remaja dari seorang ibu tunggal di tahun 1912. Ia sebelumnya bekerja sebagai model dan illustrator fashion sebelum dia menjual strip komiknya sendiri tahun 1930an.
Dalam karier komikusnya, ia memilih untuk memakai nama Tarpe Mills agar terdengar lebih ‘netral’. “Orang akan kecewa kalau tahu pembuat karakter yang begitu jantan dan hebat itu cewek.” kata Mills. Dan tahu nggak, itu alasan JK Rowling 60 tahun setelahnya.
Tapi identitas Mills cuma bertahan sampai ia membuat karakter di komik Daredevil. Mills sebgaja membuat karakter yang mirip dengannya. Baik sifat gigihnya atau penampilannya. Komik ini terbit di koran hari Minggu. Nama di karakter komik itu adalah Finn.
Setelah itu Mills membuat Miss Furry. Ia membuat strip awal komik Miss Fury dengan cara meniru Batman. Komik ini menceritakan seorang perempuan sosialita bernama Marla Drake. Awalnya ia pergi ke pesta dengan gaun merah. Ternyata ada orang yang menggunakan gaun yang sama. Pelayannya bernama Francine menyarankan, ”Kenapa Anda tidak menggunakan pakaian kulit Leopard hitam yang diberikan Paman Anda?”.
Dari cerita itu ada kekeliruan Mills saat menceritakan adegan ini. Ia tak mengetahui bedanya Leopard, Panther dan kucing. Sehingga ada adegan kocak saat Mills menolak menggunakan pakaian itu karena sama dengan pakaian dukun afrika. Padahal pakaian yang dimaksud Francine adalah jumpsuit dengan kuping, buntut, dan cakar kucing. Ini terjadi jauh sebelum era Catwoman atau Black Panther.
Karena terpaksa, akhirnya Maria menggunakan pakaian pemberian pamannya itu. Ternyata pakaian ini punya kekuatan aneh. Maria tiba-tiba punya kekuatan besar dan punya indera yang tajam.
Sejak itulah Maria menjadi Miss Furry. Dengan pakaian pemberian pamannya, ia membantu banyak orang. Ia melawan kejahatan dan para penjahat takut dengan kehadiran wanita dengan busana kucing. Tak hanya itu Miss Furry juga punya 9 nyawa.
Cerita bertambah seru saat muncul Jenderal Bruno, seorang NAZI Jerman yang tak punya lengan. Ia menjadi musuh utama Miss Furry. Beruntung, Miss Furry mendapat bantuan seorang pria Brasil yang punya kekuatan besar.
”Rasanya semua bisa terjadi.” kata Mike Madrid, penulis ‘The Supergirls: Fashion, Feminism, Fantasy, and the History of Comic Book Heroines’.
“Di tahun 1940–an, komik biasanya untuk anak laki-laki atau perempuan. Mills mencampur genrenya agar tercipta komik campuran tentang superhero, romansa, petualangan, dunia barat, dan peperangan.”
Komik Modern
Miss Fury adalah karakter yang unik. “Dia nggak kuat secara fisik, jadi dia menggunakan kepintarannya untuk melawan.” kata Chelsea Stone, sutradara dokumenter tentang Mills. “Furry berpikir cepat. Juga punya angan-angan romansa dan cinta fashion. Kurasa banyak karakter wanita yang datar tapi Tarpe Mills tahu kalau wanita asli nggak seperti itu,” ujar Chelsea.
Dalam pengambaran karakternya, Marla ini orang yang modern. Ia juga seorang sosok superhero yang feminis. Maria seorang wanita cantik dan seksi sehingga banyak laki-laki yang mendekati dia. Supaya kelihatan modren, karakter Maria adalah seorang desainer baju. Tak hanya itu di serial komiknya, Maria juga menjadi ibu tunggal dari seorang anak adopsi. “Dia menjadi representasi semua wanita saat itu.” kata Chelsea.
Di komik ini diceritakan tak selamanya Maria menjadi superhero. Ia lebih memilih menjadi desainer pakaian. Ia seorang yang trendi dan fashionable. Terkadang dalam beberapa adegan, Milss mengambarkan Miss Furry menggunakan pakaian bagus dan berkelas.
Dengan sifatnya ini, tentu Marla sering berganti baju. Dia paling banyak memakai lingerie dan menikmati waktu berendam di apartemennya. Miss Fury menawarkan karakter yang lebih menggoda daripada Batman atau Wonder Woman.
Lembaga sensor nggak senang dengan hal ini. Mereka meminta Mills menutupi tubuh Marla saat menggunakan bikini. Tapi nyatanya, pembaca suka dengan karakter wanita seksi di komik ini. Tak heran Mills mengirim poster Miss Fury untuk prajurit Perang Dunia Ii dan karakter itu ada di hidung tiga pembom Amerika.
Walau komiknya disukai banyak orang, seri ini akhirnya berhenti setelah 10 tahun. Penyebabnya adalah kesehatan Mills yang menurun dan tidak bisa mengejar deadline. Tapi ada juga yang mengatakan berhentinya komik ini karena saat itu Amerika tidak butuh wanita yang mandiri dan bisa melakukan semua sendiri.
”Waktu itu sangat sulit untuk wanita yang mau jadi komikus.” kata Sanapo, “Mills butuh lebih banyak dukungan. Dia sangat maju tapi sangat direndahkan juga.”
Di akhir hidupnya, ia tinggal di apartment jelek di Brooklyn, mengerjakan novel bergambar yang belum selesai. Setelah kematiannya tahun 1988, Miss Fury terlupakan. ”Sebenarnya aku merasa ini karena dia bukan bagian dari semesta yang besar kayak Marvel atau DC.” kata seorang produser komik, Bechko. ”Komik ini Juga karena tenggelam oleh Catwoman, karakter yang sangat berbeda tapi sesekali terlihat mirip.”
Beberapa komikus dan produser komik mencoba menghidupkan lagi Miss Furry. Bechko dan Sanapo mencetak lagi karya Mills.
Di tahun 2019, Mills jadi bagian di Eisner Award Hall Of Fame industri komik Amerika – 13 tahun setelah William Moulton Marson, pencipta Wonder Woman, dan 23 tahun setelah Bob Kane, co-creator Batman.
Penulis: Deandra Alika Hefandia