Percayakah Dulu Antartika Dipenuhi Hutan Belantara?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Ada satu masa Antartika dipenuhi dengan hutan dan dinosaurus hidup dengan bebas. Tapi, bagaimana alam liar dengan gundukan es itu bisa mendukung kehidupan hewan purba, dinosaurus?

Antartika adalah wilayah tanpa es pada periode Cretaceous, yang terbentang dari 145 hingga 66 juta tahun lalu. Masa ini mungkin sangat asing tapi kita bisa mengetahuinya karena ini adalah periode terakhir dinosaurus sebelum asteroid jatuh ke Bumi dan memusnahkan mereka.

Di masa sekarang, ada hutan belantara di dua kutub Bumi. Fosil pepohonan dan reptil berdarah dingin yang ditemukan memungkinkan para peneliti membangun gambaran tentang bagaimana iklim waktu itu.

Reptil berdarah dingin memerlukan kehangatan untuk bertahan hidup. Sekarang, kita melihat mereka berjemur di panas matahari untuk menghangatkan diri di siang hari.

Di kutub, iklimnya harus cukup hangat sehingga memungkinkan mereka bertahan dalam kegelapan. Para ilmuwan juga menggunakan fosil binatang bercangkang yang hidup di laut bernama foraminifera untuk memahami iklim masa lalu.

Dengan menganalisis unsur kimia dalam cangkang, mereka bisa mendapatkan perkiraan suhu air laut dalam periode itu. Dr. Brian Huber dari Museum Sejarah Alam Smithsonian menyelidiki periode Cretaceous dengan fokus khusus pada sejumlah titik di laut dalam sekitar Antartika.

“Foraminifera memberikan data terbaik karena Anda bisa memiliki dua-duanya. Makhluk hidup yang tinggal di dasar laut, hidup di sedimen dan merekam suhu dasar laut dan kemudian Anda juga mendapatkan yang planktonik yang hidup di lima puluh meter teratas samudra yang merekam suhu atmosfer,” ucap Huber.

Suhu tinggi ini terjadi selama pertengahan Cretaceous yang dikenal sebagai ‘Cretaceous Hothouse’, efek rumah kaca panas yang disebabkan oleh peningkatan karbon dioksida di atmosfer. Tapi apa yang terjadi di periode Cretaceous sehingga tercipta pohon dan dinosaurus berkeliaran di Antartika tidak seperti ladang es tandus hari ini?

“Apa yang kita ketahui tentang Cretaceous pertengahan khususnya adalah bahwa kita memiliki tingkat penyebaran dasar laut yang jauh lebih cepat dan lebih banyak sumber vulkanik CO2,” kata Huber.

Sementara itu, dia dan rekannya masih menyelidiki apakah hal ini disebabkan oleh erupsi vulkanis dalam jumlah besar yang menghasilkan CO2 dan menciptakan selimut rumah kaca yang menghangatkan bumi.

Lalu muncul sebuah pertanyaan. Mungkinkah Antartika menjadi tempat tanpa es lagi? Menurut Huber, perubahan iklim sekarang benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya, baik dalam segi kecepatan dan dampak luasnya, dibandingkan dengan peristiwa geologis yang kita ketahui dari masa lalu.

“Kita melepas ratusan miliar ton CO2 ke atmosfer hanya dalam beberapa dekade. Gunung berapi tidak dapat menghasilkan jumlah CO2 dalam rentang waktu sesingkat itu bahkan jika itu adalah gunung berapi besar,” kata Huber.

Terkait masa depan, Huber berpikir apa yang akan kita lihat dalam beberapa dekade. Atau mungkin berabad-abad ke depan adalah apa yang disebut aliran es yang mulai mengalir lebih cepat dan bisa jadi Antartika Barat khususnya mulai mengalami degradasi.

Kita mungkin tidak memiliki dinosaurus yang berkeliaran di Antartika lagi. Tapi, kita tak pernah tahu, bisa saja Antartika akan bebas es di masa depan. Parahnya lagi, kita tak pernah tahu bagaimana rasanya kehidupan bumi tanpa adanya es.

Reporter: Muhammad Raja A.P.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Jaga Demokrasi Pilkada Papua, Pemerintah Antisipasi Gangguan OPM

PAPUA — Pemerintah dan aparat keamanan berkomitmen kuat untuk menjaga keamanan dan stabilitas demi kelancaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)...
- Advertisement -

Baca berita yang ini