MATA INDONESIA, JAKARTA – Sebagian orang masih ada saja yang mempercayai sebuah ramalan, terlebih tentang ramalan masa depan. Ramalan itu datang dari peramal, dukun, orang pintar atau orang bisa membaca masa depan. Padahal, sebuah ramalan bisa saja benar dan salah.
Melansir dari dalamislam.com, Di dalam Islam, ramalan dilarang, apalagi jika mempercayainya itu hukumnya haram. Hal ini sudah disampaikan dalam Al-Quran surat Jin ayat 8-10 yang berbunyi, “Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui rahasia langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan lontaran api. Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit untuk mendengarkan berita-beritanya. Tetapi barang siapa yang mendengarkan seperti itu tentu akan menjumpai lontaran api yang mengintai untuk membakarnya. dan sungguh dengan adanya penjagaan tersebut kami tidak mengetahui apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Rabb mereka menghendaki kebaikan mereka.”
Dalam ayat tersebut menjelaskan jin bisa mencuri informasi mengenai masa depan. Sehingga, banyak sekali peramal atau orang-orang yang merasa bisa membaca masa depan tanpa sadar karena mendapatkan bisikan dari setan atau jin.
Hal ini dapat mendekatkan diri dari kesyirikan, karena telah menggantungkan informasi dari jin atau setan. Dalam hal lain, ada juga yang merasa memiliki kemampuan membaca masa depan, namun ia hanya manusia yang memiliki keterbatasan. Hal ini juga disampaikan dalam hadis.
“Barang siapa yang mendatangi seorang paramal lalu menanyakan suatu ramalan, maka tidak akan diterima salatnya selama 40 malam.” (HR Muslim).
Ramalan yang diharamkan adalah meminta ramalan jodoh, rezeki, kematian, nasib di masa depan, pekerjaan yang akan didapatkan, zodiak, dan lainnya. Karena hal ini seharusnya bergantung pada doa dan ikhtiar manusia.
Cholil Nafis, Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga mengatakan ramalan adalah hal yang haram dalam Islam.
Ia mengatakan, ramalan tentu diharamkan karena tidak ada yang tahu mengenai masa depan kecuali Allah SWT. Tetapi, sebagai manusia pasti memiliki harapan, ekspetasi. Memiliki target yang diperlukan menjadikan hidup lebih efektif serta lebih terarah. Rasulullah pun melarang akan hal itu.
Ia juga menyarankan agar umat Islam memperkuat akidahnya dan mempercayai takdir yang sudah ditetapkan sejak masih berada di Lauhul Mahfuz. Takdir yang sudah tercatat adalah apa yang akan dijalani manusia yang masih bisa diubah melalui doa, ikhtiar, dan amal saleh.
Reporter: Laita Nur Azahra