Pengaruh Arab, Bangsa Chechnya Jadi Wilayah Mayoritas Muslim di Rusia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Chechnya merupakan wilayah mayoritas Muslim di negara federasi Rusia. Tradisi Islam Sunni di wilayah ini membuat negara yang terletak di pegunungan Kaukasus Utara ini penuh dengan tradisi dan budaya dari Timur Tengah khususnya jazirah Arab.

Lalu sejak kapan Islam masuk dan berkembang di negara yang pernah memproklamasikan kemerdekaan pasca runtuhnya Uni Soviet pada 1991?

Buku The Chechens: A Handbook menjelaskan hal itu. Penulis buku ini Amjad Jaimoukha melakukan riset mendalam soal perkembangan Islam di Chechnya. Ada banyak versi masuknya Islam ke Chechnya. Versi yang dominan menyebutkan, Islam masuk ke Chechnya dari Dagestan pada abad ke-17.

Mayoritas penduduk Chechen atau Chechnya menganut mahzab Syafi’i. Sebagian mengamalkan tasawuf, khususnya tarekat Qadiriyah, Naqsabandiyah, dan Syadziliyah.

Hal ini membuat Agama Islam cepat menyebar di wilayah ini. berangkulan mesra dengan tradisi setempat. Apalagi suku Vainakh atau Suku Chechen-Ingush yang merupakan penduduk asli Chechnya merupakan gabungan dari berbagai suku yang datang dan mediami wilayah tersebut.

Seorang penulis Persia Ibn Al-Faqih dan Al Baladorzi menulis bangsa Chechnya sebenarnya adalah sekelompok orang Kaukasia yang terdiri dari etnis Kist di Georgia Selatan dan orang-orang Ingush di Kaukasia Utara. Mereka telah ada di wilayah itu sejak abad ke-9 hingga ke-10.

Saat itu, orang Arab Muslim masuk ke wilayah Maghas, sebuah kerajaan abad pertengahan di Kaukasia Utara. Namun pada abad ke-13, Kerajaan Maghas yang berada di Chechnya, Kabardino-Balkaria atau Ossetia Utara, hancur oleh bangsa Mongol yang dipimpin oleh Batu Khan dan Jenghis Khan.

Meski dikuasai Mongol, Islam mulai menyebar di wilayah tersebut.  Beberapa desa suku Vainakh malah menggunakan bahasa dan tulisan Arab dalam kehidupan sehari-harinya.

Barulah pada abad ke-15 hingga 16, Kekaisaran Turki Ottoman menyerang wilayah ini. Karena menjadi bagian dari Ottoman, banyak sekali orang Islam berdatangan ke wilayah ini dan menetap. Mereka kemudian menikahi wanita-wanita Suku Vainakh.

Para pendatang dari berbagai wilayah Ottoman ini kemudian menjadi bagian dari Suku Chechnya. Kehidupan di wilayah ini tenteram hingga saat abad ke 18 Kekaisaran Rusia melakukan invasi ke wilayah ini.

Hal inilah yang membuat warga di wilayah ini punya semangat yang sama untuk bersatu dengan masyarakat Muslim lain di wilayah Kaukasus Utara dalam melawan Rusia. Hingga kini, Muslim yang tinggal di Chechnya masih menganggap kehadiran Rusia sebagai pendudukan atau kolonisasi atas tanah mereka.

Pada tahun 1918 saat Perang Dunia I,  Kekaisaran Rusia jatuh di tangan komunis bolshevik hingga berganti nama menjadi Uni Soviet. Saat itu pimpinan komunis Bolshevik juga mengincar wilayah Chcehnya. Hingga di tahun 1936, Chechnya menjadi negara bagian Rusia dengan nama ‘Republik Sosialis Otonom Chechnya-Ingush’.

Sejak deklarasi itu digaungkan, negara Chechnya menjadi tempat para imigran Ukraina yang melarikan diri dari Genosida. Meskipun mendapat ancaman dari pemerintah Uni Soviet untuk tidak menerima para pengungsi dari Ukraina, namun bangsa Chechnya menentang dan tidak ikut campur atas hak serta wewenang dari negara federasi rusia tersebut.

Di tahun 1940-an, Jerman mulai menginvasi wilayah Uni Soviet termasuk ke wilayah Chechnya. Kedatangan Jerman mendapat sambutan dari bangsa Chechnya yang sudah muak dengan Rusia. Dan ini berdampak sangat panjang. Usai perang, Uni Sovyet kemudian banyak mendeportasi penduduk ini ke wilayah dingin di Siberia. Akibatnya banyak penduduk yang tidak dapat bertahan di tengah perjalanan musim dingin, mati kelaparan, atau terkena penyakit. Akibatnya, penduduk Chechnya berkurang hampir sepertiga populasi.diinvasi oleh Jerman dan sekutunya yang menjadi titik awal pemberontakkan warga negara Chechnya hingga kemudian Uni Sovyet bubar dan menjadi negara Rusia.

Reporter: Azzura Tunisya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Survei Elektabilitas Bakal Calon Walkot Jogja yang Bertarung di Pilkada 2024, Sosok Ini Mendominasi

Mata Indonesia, Yogyakarta - Menjelang Pilkada 2024 di DIY, sejumlah lembaga survei sudah bergeliat menunjukkan elektabilitas para bakal calon Wali Kota dan juga Bupati. Termasuk lembaga riset Muda Bicara ID yang ikut menunjukkan hasil surveinya. Lembaga yang diinisiasi oleh kelompok muda ini mengungkap preferensi masyarakat Kota Jogja dalam pemilihan Wali Kota Jogja 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini