MATA INDONESIA, JAKARTA – Mesopotamia adalah tempat lahirnya peradaban. Sebelum ada kekaisaran atau kerajaan lain, mereka sudah berdiri.
Di Mesopotamia kuno, yang saat ini wilayahnya ada di Irak, sebagian Iran, Suriah, Kuwait, dan Turki, warganya sangat memuja seks dan cinta. Sehingga pemujaan ini berwujud kepada salah satu tuhan mereka, Dewi Ishtar dan suaminya Tammuz.
Ishtar, yang berasal dari bahasa Akkadia, sebenarnya adalah dewa yang terkait erat dengan cinta romantis dan cinta secara seksual. Namun, dewa ini aneh. Di balik kelembutannya ia ternyata adalah dewa prajurit yang ingin membalas dendam.
Hal ini membuat para sejarawan bingung.
Dewi ini dulu namanya Inanna. Tapi seiring waktu, namanya berubah menjadi Ishtar karena pengaruh orang Babylonia, Akasia, dan Assyria. Beberapa sejarawan percaya kalau Inanna dan Ishtar dulu adalah dua dewi yang berbeda tapi akhirnya menyatu.
Peran Ishtar sebagai dewi adalah yang paling sulit – mungkin karena dia tidak pernah memerintah satu wilayah sendirian. Dalam sejarah awalnya, dia adalah dewi gudang dan semua isinya (kurma, wol, daging, dan biji-bijian). Karena ayahnya adalah dewa langit An, dia juga menguasai langit, hujan, dan badai petir.
Ishtar segera berevolusi menjadi dewi kesuburan. Mengingat keterlibatan dewi dengan kesuburan. Beberapa sejarawan percaya bahwa kultus Ishtar sebagian besar melibatkan pelacuran suci dan pemujaan seks. Inanna, bentuk Sumerianya, juga menjadi terkait dengan individu yang terlibat dalam “kegiatan homoseksual.
Di luar hubungannya dengan kesuburan, Ishtar juga menjadi penguasa cinta. Namun, seperti halnya dewi cinta Yunani, Aphrodite, Ishtar juga memainkan perasaan orang-orang yang jatuh cinta. Nafsu, cinta, benci, marah malah sampai dendam. Ini menjelaskan mengapa Ishtar juga merupakan dewi perang dan keadilan, yang memberikan pembalasan setiap kali keseimbangan antara cinta dan benci terganggu. Dalam ilustrasi dia sering ditampilkan bersayap dan membawa lengan.
Ishtar adalah saudari dari Dewa Shamash. Ia dilambangkan dengan singa dan dikaitkan dengan Venus yang melahirkan nama Dewi pagi dan bintang sore oleh pemujanya.
Suami
Suami Dewi Ishtar adalah Tammuz alias Dumuzi. Namun dalam berbagai kisah, ia tewas terbunuh. Siapa yang membunuhnya masih simpang siur. Sejumlah sejarawan menyebut suami Istar tewas karena pembunuhan seorang perampok. Namun ada juga cerita bahwa suaminya mati karena terbunuh saat saudari Ishtar yaitu Ereshkigal turun dari neraka dan membunuh Ishtar. Saat itu Dumuzi diminta berkorban agar Ishtar bisa hidup kembali ke dunia.
Kisah tentang Ishtar yang terkenal juga berhubungan dengan Raja Gilgamesh. Judulnya ‘Epic of Gilgamesh’. Dari cerita itu Ishtar mencoba merayu Gilgamesh dengan berbagai cara. Gilgamesh yang kesal kemudian mengutuk Ishtar dengan menjadikan semua pasangannya bernasib buruk.
Ishtar marah dengan hal ini dan mengirim Banteng dari Surga untuk membunuh Gilgamesh. Namun upaya itu gagal.
Dewi Mesopotamia yang punya banyak ragam, Ishtar pun punya banyak peran. Dari cinta, perang, badai, dan berbagai aspek yang menyangkut kehidupan dan kematian.
Sebagai dewi yang bisa mengatur badai, ia berperan dalam berbagai aspek alam termasuk kelangsungan pertanian para rakyat Mesopotamia.
Ia juga pasangan yang pengertian dan akan menangis ketika suaminya meninggal. Belum lagi dengan gelar ‘penyelenggara keadilan’ untuknya.
Ada juga narasi yang menggambarkan Ishtar sebagai perusak dan berbeda jauh dengan perannya sebagai pelindung keadilan.
Pokoknya, Ishtar punya banyak wajah dan peran. Ia adalah dewi yang sangat kompleks dan nggak bisa terdeskripsikan dengan satu peran saja. Sifatnya yang beragam inilah yang menjadikannya sebagai Dewi terpenting di kepercayaan Mesopotamia.
Ratunya Surga
Ishtar adalah Dewi yang sangat menonjol. Ia ikut perang dengat tujuh anjingnya (atau singa, dalam catatan lain). Ia kuat, pemberani. Musuh takut saat Ishtar muncul di peperangan. Ia bisa menghancurkan gunung untuk memperlihatkan kemampuannya.
Karena ini, banyak narasi yang menggambarkan Ishtar sebagai Dewi yang licik dan pintar memanipulasi musuh. Ia bisa meminta banteng surga dari An untuk melawan Gilgamesh. Ishtar juga bisa meyakinkan Ea untuk membantunya keluar dari neraka.
Kemampuannya untuk melewati berbagai batas sosial nggak mengejutkan. Ia adalah Ratunya Surga. Pemujaan untuk Ishtar sangat luas dan raja Mesopotamia, Sargon adalah salah satu Raja yang sangat memujanya.
Ishtar malah mendapatkan posisi yang jauh lebih tinggi lagi di kultur Asyur. Saking berpengaruhnya, gerbang masuk kota milik Raja Nebuchadnezzar terdedikasikan untuk Ishtar.
Dia bukan hanya dewi fertilitas, cinta dan perang. Ia juga pendeta untuk pernikahan. Kekuasannya sangat penting sampai Raja Hammurabi memanggil Ishtar agar musuhmya mati saat perang.
Peran Sampingan Ishtar
Oke, pengaruh Ishtar sangat luas. Nggak cuma perang dan cinta tapi juga di masyarakat umum. Untuk keadilan, Raja Hammurabi memuja Ishtar untuk menghukum para kriminal. Pokoknya, dia punya power yang kuat.
Pengikutnya terkenal dengan melawan nilai-nilai sosial di masyarakat. Gender? Peran secara kultur? Batas? Pengikut Ishtar bisa melewati berbagai aturan tersebut. Gala, paea pendeta pria Ishtar juga disebut ‘non-binary’ pada masanya. Mereka boleh berpakaian seperti wanita dan boleh mempraktikkan homoseksualitas.
Tapi masyarakat memang bergantung kepada Ishtar. Dewi ini mengatur makanan dan agrikultur. Masyarakat berdoa kepada Ishtar untuk kebaikan alam dan hujan demi pertanian mereka.
Bukan hanya itu, dunia politik pun nggak luput dari kekuatan Ishtar. Pandangan hibgga struktur, semua bergantung kepada Ishtar. Pokoknya, kehidupan juga kematian—Ishtar punya hak atas hal tersebut. Ia menjadi pujaan dan sesembahan utama selama 3000 tahun lamanya.
Dewi Ishtar, Astarte, dan Aphrodite
Keberadaan Ishtar menginspirasi keberadaan Dewi di kepercayaan lain. Contohnya Astarte, Dewi seksualitas dan perang. Berbagai aspek Ishtar ada di Astarte. Politik, perang, seksualitas, kekuatan, bahkan sebutan ‘Ratunya Surga’ yang disematkan untuk Ishtar. Sampai ke simbol singa dan venusnya.
Pemujaan Astarte tersebar di Timur oleh bangsa Syria, bangsa Fenisia, orang Kanaan, dan Mesir.
Selain Astart, ada juga Aphrodite. Dewi cinta dari Yunani. Perannya mirip dengan Ishtar dan terkenal dengan pasangannya yang banyak. Walau nggak menjadi pujaan sebagai dewi perang, ia masih menjadi Dewi Prajurit di berbagai kota di Yunani.
Pengaruh Ishtar hancur dengan berdirinya kekaisaran Persia. Namun, ia akan tetap menjadi Dewi cinta yang sangat berpengaruh dalam berbagai agama dan budaya kuno selama berabad-abad.
Ishtar adalah dewi cinta yang menakutkan di medan perang. Kecantikannya adalah subjek puisi cinta, dan amarahnya menjadi badai yang merusak. Tetapi dalam kapasitasnya untuk membentuk takdir dan keberuntungan, mereka adalah dua sisi dari mata uang yang sama.
Pada tahun 2300 SM, seorang pendeta wanita Dewa Bulan dan putri Sargon dari Akkad menulis puisi pertama untuk Ishtar. Dalam karyanya, Enheduanna mengungkapkan keragaman Ishtar, termasuk kapasitas superlatifnya dalam konflik bersenjata dan kemampuannya untuk membawa perubahan mendadak dalam status dan kekayaan.
Pada medan perang, kemampuan dewi mampu menentukan nasib kemenangan. Sementara itu, dalam sihir cinta, kekuatan Ishtar dapat mengubah menjadi nasib yang romantis. Pengaruh dewi kerap kali untuk menenangkan, atau memenangkan hati kekasih.
Sedangkan dalam puisi cinta Ishtar menjadi gambaran wanita muda yang cantik. Tammuz juga memuji atas keindahan matanya. Dalam puisi cinta yang menceritakan masa pacaran mereka, keduanya memiliki hubungan yang sangat mesra. Tapi seperti banyak kisah cinta yang hebat, persatuan mereka berakhir dengan tragis.
Selain itu, Ishtar suka berdandan agar penampilannya maksimal. Ketika bertemu kekasih, bahkan sebelum melakukan pertempuran. Layaknya laki-laki yang memakai pelat dada sebelum bertarung, Ishtar melapisi matanya dengan maskara.
Ishtar juga memiliki kekuatan balas dendam, tak terkecuali pada pasangannya. Sehingga dia memiliki peran pada kematian suaminya karena seakan tidak peduli pada kematian Ishtar. Hal ini membuat sang dewi mendapatkan reputasi yang berubah-ubah. Namun, Ishtar dan keturunannya sebagai sosok yang memiliki kesetiaan luar biasa, di samping sifat pendendamnya.
Cinta dan perang adalah kekuatan yang berpotensi menciptakan kekacauan dan kebingungan. Meski begitu, cinta di Mesopotamia bisa bertahan dari kematian. Bahkan bagi Tammuz, cinta adalah keselamatan dan perlindungan, yang dia dapat dari saudara perempuannya, Geshtinanna.
Selain Ishtar, wanita dan pembalasan terbukti merupakan kombinasi populer dalam mitos Yunani kuno dan Roma, di mana wanita kuat seperti Electra, Clytemnestra, dan Medea membawa konsekuensi yang mengerikan bagi orang yang mereka anggap telah berbuat salah.
Penulis: Deandra Alika Hefandia