Otaku dan Wibu Sudah Lama Menyerap di Kalangan Anak Muda

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Budaya populer Jepang selama 20 tahun terakhir ini sangat meresap di kalangan anak muda di Indonesia. Malah sejak tahun 90 an, saat film kartun Jepang dan komik manga mengalihkan hobi anak-anak dari bermain di luar menjadi betah di rumah.

Budaya populer Jepang termasuk makanannya akhirnya berakulturasi dengan budaya di Indonesia. Anime, Musik, Manga, hingga Game berhasil mencuri perhatian orang-orang Indonesia.

Bagi kalian yang memang menyukai dan menggemari Jepang pasti mengenal istilah Otaku dan Wibu. Biasanya frasa ini sebagai julukan bagi seseorang yang menyukai anime dan budaya Jepang.

Kata otaku muncul pada pertengahan tahun ’90-an. Di Jepang, ini adalah istilah bagi orang yang menekuni suatu hal secara mendalam.
Otaku lebih mengacu kepada seseorang yang fanatik terhadap suatu hal seperti anime, manga, atau game. Mirip dengan sebutan geek. Jadi kalau seorang otaku menyukai anime, dia akan menontonnya secara rutin, mengikuti setiap informasi terbaru, membeli merchandise, atau melakukan permainan kostum (cosplay).
Obsesi seorang otaku cenderung menjadi sebuah passion, alih-alih addiction (ketagihan). Walau sangat menyukai suatu hal, dia nggak akan membiarkan minatnya tersebut mengganggu hidupnya secara negatif.
Pertama kali yang memperkenalkan istilah ini adalah seorang kolumnis, Nakamori Akio. Ia menulis artikel “Otaku no Kenkyo” di majalah Manga Burikko pada tahun 1983. Artikel ini bersambung dari bulan Juni sampai Desember dan menggunakan istilah Otaku untuk menyebut orang-orang yang menjadi penggemar berat subkultur seperti anime dan manga.
Istilah Otaku semakin terkenal sejak radio Nippon Broadcasting System membahas istilah tersebut di salah satu segmen acara Young Paradise. Seiring perkembangan zaman, istilah Otaku ini mengalami pelebaran makna. Otaku akhirnya menjadi istilah orang-orang yang menggemari video game, idol, robot, dan komputer pribadi.
Sementara wibu berasal dari serapan bahasa Inggris, weeaboo, yang berarti orang non-Jepang dengan obsesi berlebihan terhadap kebudayaan dari Negara Sakura tersebut. Tak hanya itu. Mereka juga akan bergaya seperti karakter anime favoritnya dan menggunakan bahasa Jepang dalam percakapan sehari-hari.
Beberapa wibu bisa menjadi terlalu menyukai suatu anime, menjadikannya sebagai pelarian, sampai sulit membedakan mana yang fiksi dan realita.
Reporter: Desmonth Redemptus Flores So

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Apresiasi Profesionalitas Aparat dan Partisipasi Masyarakat Sukseskan Pilkada Papua Damai

Jayapura – Kapolda Papua, Irjen Patrige R Renwarin menyampaikan jajarannya sedang dalam proses menunggu rekomendasi dari Badan Pengawas Pemilu...
- Advertisement -

Baca berita yang ini