Mitos Mahluk Menyeramkan di Indonesia, Sebagian Ternyata Ada

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Makhluk mitologi merupakan makhluk yang keberadaannya ada dalam kisah-kisah, legenda ataupun cerita fabel. Sebetulnya makhluk ini belum jelas keberadaan aslinya. Biasanya mahluk ini memiliki bentuk dan kekuatan yang luar biasa.

Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki beberapa hewan mitologi. Salah satunya hewan Garuda yang menjadi lambang negara.

Menurut legenda, Garuda memiliki tubuh yang sangat besar sehingga badan dan sayapnya dapat menutupi matahari dan langit. Tetapi kebanyakan orang menggambarkan tubuhnya yang tertutup bulu emas, berwajah putih, dan sayap merah.

Selain Garuda, ternyata banyak mahluk mitologis bertebaran di Indonesia. Sebagian munculnya kepercayaan karena ada yang menemukannya. Namun sebagian lagi menganggap bahwa itu hanyalah khayalan saja. Nah, ini beberapa hewan mitologi khas Indonesia lainnya yang cukup populer. Beberapa kabarnya hidup berdampingan dengan manusia.

  1. Ahool

Hewan ini merupakan kelelawar yang memiliki ukuran tubuh anak berusia satu tahun. Ia memiliki sayap raksasa berukuran sekitar 3,5 meter.

Beberapa peneliti memperkirakan Ahool merupakan jenis reptile yang terbang di masa dinosaurus dan masih bertahan hingga sekarang. Hancurnya hutan membuat populasinya menyusut. Permasalahannya hingga sekarang belum ada yang menemukan keberadaannya.

Seorang peneliti Dr Ernest Bartels menemukan hewan misterius saat berkunjung ke Gunung Salak, Bogor, tahun 1927 silam. Ernest mendeskripsikan hewan ini memiliki badan berbentuk kelelawar. Namun kepalanya serupa dengan primata macam kera. Hewan ini mengeluarkan suara “ahuu ahuu”, yang menjadi dasar pemberian nama mahkluk tersebut.

Tidak hanya itu, ukurannya terbilang besar untuk seekor kelelawar. Yakni sekitar 4 meter. Mahkluk misterius ini kerap hidup di goa layaknya kelelawar, dan muncul ketika malam tiba.

Ivan Terence Sanderson, seorang Cryptozoologist yang tertarik dengan hewan ini mengungkapkan banyak spekulasi mengenai Ahool. Salah satunya adalah menyamakan Ahool sebagai keturunan reptil terbang Pteranodon.

Sanderson tertarik akan hal ini karena pernah melihat makhluk sejenis, tetapi bukan di Pulau Jawa, melainkan di Pegunungan Assumbo Kamerun, di barat Afrika. Sanderson berpikir bahwa Ahool bisa jadi sama dengan makhluk di Afrika tersebut.

Selain di Gunung Salak, Ahool menempati pulau-pulau tropis yang tersebar di Pulau Jawa. Mahluk ini sering terbang menyerupai kelelawar namun berbentuk raksasa. Wujudnya berbentuk kepala mirip kera, mata yang besar hitam, cakar besar. Pada lengan tubuhnya penuh bulu berwarna abu-abu. Binatang ini mempunyai sayap panjang dengan bentangan mencapai 3 meter.

Ahool sering terlihat jongkok di hutan. Dengan sayap tertutup rapat. Hewan ini adalah makhluk nokturnal, yang sering menghabiskan harinya bersembunyi di gua-gua yang terletak di belakang atau di bawah air terjun. Saat malam makhluk terbang misterius ini biasanya baru keluar dari gua. Dan mulai menelusuri sungai-sungai besar untuk mencari ikan sebagai makanannya.

  1. Cindaku

Di Provinsi Jambi, tepatnya di daerah Kerinci, terdapat mitos kuno yang berkaitan dengan kepercayaan makhluk berwujud setengah manusia dan setengah harimau. Namanya Cindaku. Menurut legenda, Cindaku adalah kekuatan seseorang yang memiliki ilmu magis. Dan merupakan warisan dari nenek moyang.

Sosok asli dari Cindaku adalah seorang manusia bernama Tingkas. Tingkas adalah orang-orang yang memiliki ikatan batin sangat dekat dengan harimau. Sedemikian dekatnya hingga membuat dirinya dapat berubah menjadi siluman harimau. Masyarakat Kerinci menyakini bahwa Tingkas adalah nenek moyang mereka.

Mahluk ini pada masanya sangat berjasa bagi masyarakat Kerinci. Serta membantu desa tersebut untuk melestarikan hutan. Keterhubungan Tingkas dan Cindaku berasal dari ikatan batin kuat serta mantra. Tingkas bisa berubah menjadi Cindaku jika meletakkan dada di tanah kelahirannya, yaitu Kerinci.

Mitos Cindaku inilah yang membuat manusia Kerinci sangat menghormati harimau dan habitat hidupnya. Termasuk, beberapa pantangan yang tidak boleh dilanggar saat berada di dalam hutan. Di antaranya, harus berperilaku sopan di dalam rimba. Mengikat rambut panjang bagi perempuan. Dan tidak boleh menggunakan periuk saat mengambil air.

Mereka juga tidak boleh mematahkan ranting pohon dengan lutut. Serta tidak boleh bekerja sia-sia atau berlebihan. Untuk orang yang pertama kali memasuki hutan rimba, sebaiknya memakai daun paku di telinga. Dan membawa tongkat dari ranting pohon yang mati.

  1. Orang Bati

Legenda Orang Bati masih berkembang di masyarakat Maluku. Urban legend yang satu ini sangat populer karena makhluk misterius tersebut membawa ancaman mengerikan pada penduduk. Pamali jika menyebut namanya.

Penggambaran Orang Bati sebagai makhluk mitologi berbentuk mirip gabungan monyet dan kelelawar serta memiliki kesaktian. Dalam salah satu laporan resmi Universitas Kristen Satya Wacana berjudul ‘Esuriun Orang Bati’, orang Maluku yang mendiami negeri-negeri adat di Ambon, Lease, Buru, Seram, dan lainnya, memiliki kepercayaan untuk tidak boleh menyebut kata ‘Orang Bati’.

Anggapan lain Orang Bati sering sama dengan Alifuru Seram yang berkonotasi negatif. Kemudian, Orang Bati juga bukan manusia maupun suku bangsa.

Stigma buruk tentang Orang Bati semakin kuat dengan beberapa kasus negatif yang dikait-kaitkan dengan Orang Bati. Seperti kasus anak kecil hilang, perempuan hilang, pencurian barang berharga milik penduduk, penculikan, dan sejenisnya.

  1. Leak

Mahluk ini berasal dari sosok makhluk gaib bernama Calonarang yang merupakan penguasa tertinggi dari perliakan atau ilmu Leak dalam bahasa Bali.

Alkisah, ada sebuah kerajaan bernama Daha yang dipimpin oleh Raja Airlangga. Nah di satu wilayah kerajaan itu terdapat rumah milik seorang janda tua bernama Ki Rangda. Ia menguasai Ilmu Leak dan merupakan pengikut dari Betari Durga, sang Dewi Kesesatan.

Ki Rangda menguasai ilmu hitam tersebut akibat sakit hati usai kematian suaminya. Ia melampiaskan amarahnya dengan berbuat jahat sesuka hatinya. Akan tetapi di sisi lain, ia memiliki putri yang sangat cantik jelita dan memiliki tabiat baik yang bernama Ratna Manggali.

Putrinya tersebut sebenarnya menjadi primadona, namun masyarakat setempat sangat takut dengan Ki Rangda. Akibatnya Ratna Manggali tak kunjung juga dipersunting walau telah memasuki usia layak menikah.

Hingga pada akhirnya suatu waktu, datang seorang pemuda yang hendak mempersunting putrinya. Pemuda tersebut bernama Widiasta, yang sesungguhnya memiliki tabiat buruk dan ia memiliki motif untuk berguru ilmu hitam kepada Ki Rangda.

Suatu hari, Widiasta melakukan tindakan tidak terpuji yang menyebabkan ia dipersekusi oleh warga desa dan dibuang ke desa lain. Seiring berjalannya waktu, Ki Rangda yang mengetahui kejadian tersebut menjadi sangat murka.

Ia memutuskan untuk mempelajari ilmu Leak hingga tingkat tertinggi untuk membalas dendam dengan menyebarkan wabah penyakit di seluruh penjuru kerajaan, membuat Raja Airlangga gelisah karena prajurit terbaiknya sekalipun tidak mampu mengalahkannya.

Kekuatan Ki Rangda sangat besar, hingga akhirnya kerajaan memanggil seorang bernama Empu Baradah yang mengetahui cara mengalahkannya yakni dengan mengambil hati Ki Rangda dan menikahi putrinya. Empu Baradah kemudian mengutus Bahula, seorang muridnya untuk melaksanakan misi tersebut.

Singkat cerita, misi berhasil. Ki Rangda luluh oleh sikap Bahula, dan murid Empu Baradah tersebut hidup bahagia bersama Ratna. Wabah penyakit hilang, situasi perlahan membaik. Ratna pun berusaha untuk mengembalikan Ibunda nya ke jalan yang benar dengan meminta Ki Rangda melepaskan Ilmu Leak yang dimilikinya. Ki Rangda berkenan, namun ternyata makhluk yang mendiami jasadnya yakni Calonarang menolak untuk disucikan.

Akhirnya Ki Rangda berubah menjadi sosok ‘Leak’ yang menyeramkan, yakni sosok raksasa dengan mata besar, bergigi taring dengan perawakan yang tinggi besar, serta berbulu dengan lidah menjulur panjang.

Kisah tersebut kemudian diabadikan menjadi pertunjukan kesenian yang sering ditampilkan dalam pertunjukan kebudayaan seperti Festival Galungan. Selain itu, pertunjukan tersebut juga kerap dilakukan sebagai sebuah ritual ketika terjadi wabah penyakit di suatu desa di Bali.

Reporter: Azzura Tunisya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Tokoh Agama Ajak Masyarakat Jaga Ketenangan Pasca Penetapan Hasil Pilkada

Jakarta - Menyusul penetapan hasil Pilkada Serentak 2024, para tokoh agama di Indonesia mengajak masyarakat untuk menjaga ketenangan dan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini