Mengerikan, Sepanjang Jalan di Rio de Janeiro Bermunculan Ular dan Buaya

Baca Juga

MATA INDONESIA, RIO DE JANEIRO  – Kejadian mengerikan ini sudah lama. Pada 29 Maret 2022 lalu, tepat pukul 05:40 pagi, belasan pejalan kaki berdesakan di ujung jembatan penyeberangan salah satu terminal bus di kota Rio de Janeiro, Brasil. Mereka mengarahkan kamera ponsel masing-masing ke satu titik yang sama.

”Awas, binatang ganas,” teriak seorang pria menyuruh kerumunan untuk mundur.

Makhluk itu – seekor buaya dengan panjang sekitar 2,5 meter dan bobot 40 kilogram – merayap naik turun secara perlahan. Berusaha mencari jalan keluar dari cerukan sempit itu. Orang-orang berteriak dan berlarian ketika buaya itu membuat gerakan mengejutkan ke arah kerumunan.

Namun saat diperhatikan, reptil itu justru tampak ketakutan.

Peristiwa di pagi hari ini menyebar setelah foto-foto dari kamera ponsel bertebaran di sosial media. Seorang asisten rumah tangga bernama Fernando Queiroz, 24 tahun, adalah orang pertama yang mencuit tentang hewan ini di Twitter.

”Saya balik arah setelah tiba di jembatan terminal bus. Alasannya: ada seekor aligator yang ukurannya lebih besar dari saya,” tulisnya di akun twitter miliknya.

“Hewan itu sangat besar.”

“Saya sampai di sana sekitar jam lima pagi, suasana masih gelap. Ada dua orang laki-laki berdiri di arah masuk jembatan, meminta kami untuk balik arah. Mereka khawatir ada yang tidak melihat binatang itu dan bertabrakan dengannya.”

Menurut Departemen Pertahanan Sipil Kota Rio, hewan ini “kemungkinan besar” berasal dari sebuah laguna yang terletak 1 km dari terminal bus tersebut.

Setelah operasi penyelamatan yang berlangsung selama sekitar satu jam, hewan bermoncong lebar ini berhasil dikurung di dalam kandang dan dibawa ke area perairan terdekat oleh petugas.

Baik para pejalan kaki maupun binatang tersebut, tidak ada yang terluka. “Saat hari hujan, berjalan di tempat-tempat gelap seperti itu sudah seram, apalagi sampai harus bertemu buaya,” kata Fernando.

Kekhawatirannya beralasan. Pasalnya, buaya yang kesasar hingga ke terminal itu bukan satu-satunya kasus di Rio.

Kota yang padat

Rio merupakan rumah bagi sekitar 6,7 juta orang dan salah satu destinasi wisata utama Brasil, tak heran jika pembangunan rumah dan tempat tinggal meningkat setiap tahunnya. Inilah alasan pertama yang membuat kehidupan liar di sekitar kota tertekan. Pendapat ini keluar dari ahli biologi Ricardo Freitas, pemilik gelar doktor di bidang ekologi yang telah mempelajari perilaku aligator di kota tersebut di dua dekade terakhir.

Tak hanya itu beberapa ahli biologi mengatakan hewan-hewan terpaksa pindah ke area yang lebih sibuk. Mereka melarikan diri dari predator, mencari makanan, atau sekadar menemukan tempat untuk istirahat.

Populasi aligator di Rio diperkirakan mencapai 5.000 ekor. Sebagai predator, reptil ini adalah bagian penting dari rantai makanan yang menyumbangkan keseimbangan sehat pada area alam. Akan tetapi, populasi ini terus menurun

Hal ini juga karena adanya ancaman polusi.

Polusi merupakan alasan lain mengapa binatang-binatang terusir dari habitat alami mereka. Selain itu, kebiasaan orang-orang yang memberi makan binatang liar dengan produk-produk manusia juga memberi dampak pada perilaku hewan.

Ini semakin mendorong mereka mencari makan ke area urban. Perubahan iklim pun juga menjadi pengaruh mengapa parah reptil – reptil tersebut “bergentayangan” ke jalan – jalan di Rio.

Para penelitian yang baru-baru ini diterbitkan oleh Carbon Brief, sebuah majalah yang khusus membahas penelitian tentang perubahan iklim. Brasil adalah negara keempat terbesar di dunia soal emisi karbon – di belakang AS, Cina, dan Rusia.

Reporter : BBC/Adinda Catelina Fadjrin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Jelang Hari Buruh Sedunia, Polda DIY Serahkan Bantuan Sembako

Mata Indonesia, Yogyakarta – Memperingati Hari Buruh Sedunia, Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan, S.I.K., M.H., menyerahkan bantuan sembako kepada Koperasi Konsumen Persatuan Buruh DIY di Gedung Pertemuan Bumi Putera Yogyakarta, Pakualaman, Kota Yogyakarta, Selasa (30/4/2024).
- Advertisement -

Baca berita yang ini