MATA INDONESIA, JAKARTA – Pada 6 Juni 1949, seorang novelis George Orwell menerbitkan buku yang kemudian mengegerkan dunia, Nineteen Eighty-Four (disingkat 1984).
George Orwell adalah novelis yang terkenal dengan sejumlah karya, seperti fabelnya yang berjudul Animal Farm (1945). Ia seorang yang resah dengan keadaan sekitar sehingga novel yang ia tulis lebih banyak menceritakan keresahannya.
Lahir dengan nama Eric Arthur Blair dalam sebuah keluarga bangsawan yang miskin, di Kota Motihari, Negara Bagian Bengal, India, pada 25 Juni 1903. Ayahnya seorang pejabat kecil dari Kerajaan Inggris di kedinasan sipil di India. Ibunya keturunan keluarga Prancis yang gagal berbisnis kayu jati di Burma (sekarang Myanmar).
Saat kembali ke Inggris, Orwell mulai bersekolah tahun 1911 dan meraih beasiswa sekolah persiapan elit Eton. Ia bergabung dengan teman-teman dari keluarga berstatus sosial tinggi dan kaya. Beruntung Orwell bisa dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan kaya.
Setelah menyelesaikan studinya, ia bertugas sebagai polisi pengawas di Burma. Di sinilah Orwell melihat kekejaman negaranya saat menjajah negara lain. Ia mulai tidak suka dengan negaranya yang memaksa warga Burma untuk tunduk sebagai budak. Orwell pun merasa malu menjadi bagian pemerintah kolonial. Ia mencurahkan kegalauannya dengan menulis.
Dari hasil kegalauannya ini, Orwell berhasil membuat tiga buku. Sebuah novel berjudul Burmese Days, otobiografi berjudul Shooting an Elephant dan prosa eksposisi klasik bertajuk A Hanging.
Rasa bersalah dalam dirinya terus bergejolak hingga saat cuti di Inggris, dia enggan kembali ke Burma, mengundurkan diri, lalu menjajal bentuk kehidupan yang lain.
Orwell pergi ke East End, London, mengenakan pakaian compang-camping, menyewa penginapan murah. Berusaha berbaur dengan pengemis dan masyarakat ekonomi lemah lainnya. Dia bekerja sebagai pencuci piring di restoran ala Prancis. Melakukan pekerjaan kasar di pertambangan Kentish Hopfields. Orwell mencoba masuk menjadi kelompok masyarakat golongan rendah.
Hasilnya, pengalaman-pengalaman itu ia tuangkan dalam sebuah karya fiksi berjudul Down and Out di Paris dan London pada 1933. Dunia tercengang dengan karya ini. Orwell mendapat pengakuan sebagai seorang sastrawan.
Tak berhenti di situ. Orwell juga membuat Novel Animal Farm yang menceritakan sejumlah hewan cerdas menggulingkan kekuasaan sang pemilik. Novel ini berlanjut karena konflik-konflik lanjutannya. Novel ini laku keras dan membuat Orwell terkenal.
Namun puncak kesuksesan Orwell adalah novel 1984. Novel itu lahir dari perenungannya di masa tua atas praktik Nazi yang memerintah Jerman dan Joseph Stalin yang menguasai Rusia.
Tokoh utama novel itu adalah Winston Smith yang merupakan pegawai Departemen Catatan, Kementrian Kebenaran, Negara Oceania, dengan pemerintahan yang terus menghantui rakyatnya.
Pemerintahan itu menggunakan speaker tersembunyi, kamera pengawas, bahkan terdapat Polisi yang bisa membaca pikiran rakyat yang tidak setuju dengan keputusan pemerintah.
Orwell menggambarkan polisi yang terus berupaya mendeteksi tanda-tanda ketidaksetujuan dari orang-orang tertentu yang akan mereka tangkap. Di novel ini ada sosok Big Brother sebagai sosok ikon pemerintah dan penguasa. Ia juga terus memantau dan mengawasi rakyatnya.
Yang menarik Orwell menulis lembar-lembar terakhir novel ini 1984 di pulau Jura Hebridean. Ia menulis dalam kondisi sakit karena serangan tuberkulosis di tubuhnya. Dia meninggal di sebuah rumah sakit London pada Januari 1950, setelah novel itu selesai.
1984 adalah novel distopia atau satire anti-utopia. Novel ini, menggambarkan kisah masa depan atau suatu kondisi yang akan datang. Orwell punya pengalaman dan pandangan politik yang pahit. Apalagi, novel ini terbit sekitar empat tahun setelah perang dunia kedua dan tepat pada permulaan perang dingin. Sebagai seorang sosialis, Orwell kecewa dengan negara utopis sosialis yaitu Uni Sovyet. Sehingga novelnya ini lebih banyak menyindir kekuasaan Partai Komunis Rusia dengan Joseph Stalin sebagai penguasanya.
Reporter: Azzura Tunisya