Makan Sayur Lodeh untuk Pengusir Wabah

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sering makan Sayur Lodeh? Nah sayur ini ternyata di Yogyarkarta sering disebut sebagai makanan pengusir wabah. Entah darimana kepercayaan ini berasal. Namun pada 1931, Sultan Hamengkubuwono VIII menyuruh para warga untuk berdiam diri di dalam rumah selama 49 hari dan memasak sayur lodeh sebagai solidaritas sosial.

Menurut Sejarawan Jawa Revianto Budi Santoso, dalam kepercayaan orang Jawa, sayur lodeh dibuat dan dimakan dengan tujuan mengusir bala.

Makanan di Jawa memang punya ritual dan kepercayaanya masing-masing. Nasi Tumpeng misalnya. Makanan ini mencerminkan tatanan dunia. Terdiri dari campuran daging dan sayuran yang mengelilingi nasi dan digambarkan sebagai kehidupan di dunia. Nasinya dibuat dalam bentuk kerucut menjulang tinggi menggambarkan Maha Kuasa.

Sementara sayur lodeh ternyata memiliki makna dari masing-masing tujuh bahan utamanya, seperti melinjo, daun melinjo, labu siam, kacang panjang, terung, nangka, dan tempe.

Terung yang bahasa jawanya Wungu, berarti ‘terbangun’, sedangkan kacang panjang yang juga dikenal dengan kacang Lanjar berarti ‘berkah’.

Antropolog Clifford Geertz mengatakan, sayur lodeh merupakan selametan atau ritual komunal masyarakat Jawa dan juga penanda ciri khas budaya Jawa. Salah satu ciri selametan adalah kepasrahan. Sayur ini dibuat dengan banyak harapan ini sebagai penentu berhasil atau tidaknya dalam mengusir bala.

Dahulu kala, bahan-bahannya konon katanya diambil dari tumbuhan yang tumbuh disekitar makam Nabi Muhammad SAW sehingga pasti susah untuk mendapatkan bahan-bahan tersebut. Sekarang, bahan-bahannya dengan mudah dimiliki di setiap rumah di desa.

Para ahli percaya bahwa pembuatan sayur ini sudah ada sejak masa kejayaan peradaban Jawa Tengah pada abad ke 10, yaitu di tahun 1006. Saat itu sayur lodeh membantu masyarakat untuk melewati masa-masa sulit selama letusan Gunung Merapi.

Sejarawan Kuliner Fadly Rahman memperkirakan pembuatan sayur ini dilakukan pada abad ke 16 saat bangsa Spanyol dan Portugis memperkenalkan kacang panjang ke orang Jawa. Namun, beberapa sejarawan yakin makanan ini muncul kembali di akhir abad 19 saat Yogyakarta menjadi jantung Kebangkitan Nasional Indonesia. Sedangkan pada abad 20, makanan ini diperkenalkan oleh Sultan Hamengkubuwono VIII, ketika Jawa harus berurusan dengan wabah pada 1931.

Lambat laun, sayur lodeh mulai dikenal masyarakat luas karena evolusinya yang memukau sejak abad 10. Akan semakin sulit bila mencari alasan mengapa dan bagaimana hidangan ini berkembang.

”Makanan ini bisa saja berasal lebih dari satu tempat. Misalnya, Komunitas Peranakan Tionghoa di Singapura menyajikan sayur lodeh sebagai semur sayur berkuah kuning yang dimakan dengan lontong. Sementara orang-orang Jawa di Singapura memasak lodeh tanpa kunyit,” kata Sejawaran Khir Johari.

Transformasi makanan ini menyebar melalui budaya Indonesia, salah satunya masakan tradisional. Lahan pertanian yang tumbuh subur di sekeliling Kota Yogyakarta membuat penduduknya dapat bertahan hidup dari wabah yang menyerang dan erupsi gunung Merapi. Namun, di pesisir kota juga terdapat Pelabuhan Maritim Utara. Bisa jadi, para pelautlah yang mempopulerkan sayur lodeh di luar Yogyakarta. Bagi pelaut, sayur lodeh sangat praktis dimasak saat terjebak di kapal.

Di Asia Tenggara, sayur lodeh dijadikan sebagai makanan kesehatan. Bahkan, seperti masa sekarang, sayur lodeh menjadi hidangan bagi kelas menengah ke atas dengan kaya akan warna yang cocok untuk perhatian publik.

Pemilik Kedai Suwe Ora Jamu di M Bloc, Nova Dewi Setianbudi mengatakan bahwa orang Indonesia mulai menyadari manfaat kesehatan dari masakan tradisional, contohnya seperti Lodeh yang berisikan manfaat obat dari bahan-bahan, seperti daun salam, serai, dan lengkuas.

Meski maknanya hilang di dalam Yogyakarta, namun saat di luar Kota Gudeg, sayur lodeh dikenal dengan masakan yang bersahaja.

”Lodeh adalah makanan yang bersahaja. Kuncinya terletak pada bahan-bahan yang segar,” kata Nova.

Saat pandemi menyerang Indonesia, sempat ada isu melalui pesan berantai di whatsapp yang diklaim berasal dari Sultan Yogyakarta. Isinya menyuruh memasak sayur lodeh untuk mengusir penyakit seperti Covid-19.

Entah benar atau tidak isu perintah itu, namun warga Yogya yakin kalau sayur lodeh memang dibuat dan dimakan untuk mengusir wabah.

Reporter : Rama Kresna Pryawan

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Serentak Diharapkan Jadi Pendorong Inovasi dalam Pemerintahan

Jakarta - Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 27 November 2024, diharapkan dapat mendorong inovasi serta memperkuat sinkronisasi...
- Advertisement -

Baca berita yang ini