Lima Spesies Baru Indonesia dengan Nama Unik, Ada Nama Ahok

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA- Sedikit orang yang tahu bahwa ada spesies baru Indonesia yang namanya diambil dari pejabat maupun orang penting di Indonesia, misalnya cicak batu Cnemaspis Purnamai untuk mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama, dan Burung Myzomela Irianawidodae untuk istri Presiden RI, Joko Widodo.

Keduanya merupakan bagian dari 25 spesies flora dan fauna yang baru ditemukan di Indonesia. Hal itu diungkapkan langsung oleh Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI Hari Sutrisno yang hasil temuannya dipublikasikan dalam buku lembaga tersebut. Kini, para peneliti sedang mengeskplorasi spesies baru terutama di wilayah timur Indonesia dan bukan tidak mungkin akan ada nama nama unik lainnya.

Lalu, mengapa spesies spesies baru itu diberi nama yang unik? Menurut Hari Sutrisno, pemberian nama unik itu merupakan hak para penemunya dan kebanyakan dari mereka menentukan nama temuannya atas dasar pertimbangan subjektif. “Misalnya, ada yang diberi nama unik itu dari asal usul spesiesnya. Seperti orang utan Pongo Tapanuliensis yang berasal dari Tapanuli. Kemudian ada juga yang diberikan kepada seseorang, misalnya ibu iriana karena dianggap sebagai orang yang concern terhadap konservasi burung,” kata Hari Sutrisno.

Bahkan, ada beberapa orang yang memberi nama spesies baru untuk didedikasikan kepada istri, teman, atau orang yang dianggap paling berjasa.

  1. Burung Mungil dari Rote

Pada akhir tahun 2017, Presiden Joko WIdodo dengan senang hati memberi izin penggunaan nama ibu negara untuk burung yang saat itu baru ditemukan di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT). Nama burung ini adalah Myzomela Irianawidodoae yang langsung dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Treubia Volume 44, edisi Desember 2017.

Menurut Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) LIPI yang bernama Enny Sudarmonowati, pemberian nama itu merupakan yang pertama kali di Indonesia. Hal itu sebagai bentuk penghargaan kepada ibu Iriana yang sampe saat ini sangat memperhatikan kehidupan burung. Selain itu, guna dijadikan teladan bagi semua orang untuk menyelamatkan lingkungan. Lalu, bagaimana ciri cirinya?

Diketahui, burung mungil itu panjangnya 11,8 cm dan bobotnya hanya 32 gram. Paruhnya berwarna hitam dan matanya berwarna cokelat gelap. Kemudian, bulu dibagian kepala hingga dadanya memiliki kombinasi warna yang terdiri merah darah, warna kekang hitam dan garis hitam tipis di sekeliling mata. Untuk habitatnya, burung ini dapat ditemukan di hutan, semak semak, kebun, dan pohon yang berbunga. Terakhir, burung itu makanan utamanya adalah nektar pada bunga atau pohon jati.

  1. Cicak Batu dari Pulau Laskar

Pemberian nama ini bermula dari kunjungan singkat dua peneliti LIPI, yaitu Amir Hamidy dan Irvan Sidik bersama kolega mereka ke Desa Burong Mandi di Belitung Timur. Menariknya, mereka berdua terkagum kagum dengan cicak batu yang ada di kawasan tersebut. Sekembalinya ke kekantor, mereka berdiskusi dengan Awal Riyanto, peneliti LIPI yang berkonsentrasi pada Taksonomi Family Gekkoniadae (kelompok cicak). Alhasil, mereka langsung menyimpulkan bahwa cicak batu tersebut merupakan spesies baru.

Merujuk pada spesies tersebut, cicak batu memiliki ukuran sedang dari moncong hingga kloaka mencapai  5 cm. Diketahui, spesies ini dapat dibedakan berdasar kombinasi karakter morfologinya yang meliputi lima sisik postmental, sisik besar submetakarpal pada jari pertama tungkai depan, sisik besar submetatarsal pada jari pertama tungkai bawah dan sisik perut berlunas. Oleh para peneliti, cicak baru tersebut diberi nama Cnemaspis Purnamai yang diambil dari tokoh nasional kelahiran Belitung Timur, Basuki Tjahaja Purnama.

  1. Angrek dari Pengunungan Aceh

Di belantara Aceh yang tingginya mencapai 1500-1600 meter dpl, para peneliti menemukan satu spesies baru dari angrek kantung, Paphiopedilum bungebelangi. Destario Metusala, peneliti LIPI dari Balai Konservasi Tumbuhan (BKT) Kebun Raya Purwodadi mengatakan tumbuhan itu dipublikasikan dalam Edinburgh Journal of Botany pada pertengahan bulan Maret 2017.

Diketahui, nama spesies itu diambil dari bahasa Gayo di Aceh Tengah yakni “bunge” artinya bunga dan “belangi” artinya cantik atau indah. Untuk ukurannya, anggrek kantung jenis baru ini memiliki tinggi mencapai 9 cm dan lebar bentangan 7-7,5 cm. Kemudian, kelopak dorsalnya berwarna putih dan mahkota bunganya bewarna hijau muda kekuningan. Terakhir bibir bunganya berbentuk kantung yang berwarna coklat hingga merah marun.

  1. Angrek Hantu dari Jawa

Pada Agustus 2017, peneliti Universitas Indonesia Jatna Supriatna mempublikasikan spesies baru dari kelompok anggrek hantu (holomikotropik) dengan nama Gastrodia bambu. Diketahui, nama spesies itu berasal dari kata Bahasa Indonesia “bambu” yang merujuk pada habibatnya di sekitar rumpun rumpun bambu.

Berdasarkan catatan, spesies ini merupakan anggrek endemik yang hanya ada di Pulau Jawa, khsusunya Jawa Barat dan Yogyakarta. Sayangnya, populasi mereka sangat terbatas. Destario Mastusala mengatakan bahwa spesies itu disebut sebagai hantu karena seringkali tak terduga keberadaanya. “Terlebih anggrek ini menyukai habitat yang gelap, lembab, dan selalu berdekatan dengan rumpun bambu lebat yang sudah tua. Tidak mengherankan apabila spesies ini memiliki kesan konotasi yang angker,”kata Destario Mastusala.

  1. Orangutan dari Tapanuli

Berbeda dengan saudaranya yang dinamai dengan nama ilmiah dari bahasa latin, nama spesies orangutan ini berasal dari wilayah habitatnya di perbukitan Batang Toru, Tapanuli. Anton Cahyono, Profesor bioantropologi di Australia National University mengatakan penemuan ini diawali dari penelitian populasi orangutan Sumatera pada habitat terisolasi yaitu Ekosistem Batang Toru, Tapanuli.

“Baru awal tahun ini setelah kawan kawan melihat secara genetik mereka sangat berbeda dengan orang utan dari Sumatera dan Kalimantan, mereka ingin tahu apakah secara morfologi juga berbeda. Setelah kita telusuri, mayoritas karakter mereka lebih kecil dibandingkan orangutan yang berasal dari Sumatera,” kata Anton Cahyono. Sayangnya, habitat mereka kini terancam oleh pembangunan industri dan pertanian.

Reporter : R Al Redho Radja S

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pendekatan Holistik Penting Sebagai Strategi Pencegahan Narkoba Sejak Dini

Oleh : Andika Pratama )* Penyalahgunaan narkoba terus menjadi ancaman besar yang merusak masa depan generasi muda dan stabilitas sosial bangsa. Dalam upaya...
- Advertisement -

Baca berita yang ini