Lagu Panon Hideung Berasal dari Lagu Rakyat Ukraina

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTAPanon hideung
Pipi koneng
Irung mancung
Putri Bandung
Putri saha
Di mana bumina

Sepenggal lirik lagu Panon Hideung (Mata Hitam) ciptaan Ismail Marzuki. Lagu ini cukup populer di Tanah Parahyangan. Namun lagu tersebut bukanlah asli milik Indonesia. Ismail Marzuki mengadaptasi lagu ini dari lagu rakyat Ukraina berjudul Ochi Chernye (Dark Eyes).

Mengutip buku sejarah musik indonesia (2008), lagu ini terciptasaat Ismail Marzuki mendapat tugas memimpin Studio Orkes NIROM II Bandung di Tegallega. Ia berkolaborasi dengan musisi Jan Snijders serta sederetan penyanyi Miss Lee, Miss Netty, Miss Annie Landauw, Miss Nining dan juga Miss Eulis.

Ismail Mazuki jatuh cinta pada Miss Euis hingga ia menikahinya pada 1940. Penyanyi yang punya nama lengkap Eulis Zouraida, ini adalah mojang Priangan berdarah Sunda-Arab. Ismail Marzuki yang tergila-gila dengan matanya Euis akhirnya membuat lagu dari lagu rakyat Ukraina dengan menggunakan lirik bahasa Sunda.

Lagu rakyat ini aslinya ditulis oleh seorang penyair dan penulis Ukraina bernama Yevhen Hrebinka. Muncul pertama kali di Gazeta pada 17 Januari 1843. Awalnya banyak yang menyangka bahwa ini adalah lagu Gypsy Rusia.

Hrenbika menulis lirik ini dibantu seorang komposer Jerman, Hermann Florian. Militer Rusia kemudian menjadikan lagu ini sebagai lagu kebangsaan tentara Rusia.

Seniman Betawi

Ismail Marzuki merupakan seorang komponis legendaris Indonesia yang namanya menjadi pusat seni Taman Ismail Marzuki di kawasan Cikini, Jakarta. Seorang lelaki Betawi lahir dan besar di Jakarta sejak 11 Mei 1914. Ia dilahirkan di Kampung Kwitang, kecamatan Senen, wilayah Jakarta Pusat.

Nama sebenarnya adalah Ismail, sedangkan ayahnya bernama Marzuki, sehingga nama lengkapnya menjadi Ismail bin Marzuki. Namun, kebanyakan orang memanggil nama lengkapnya Ismail Marzuki, bahkan di lingkungan teman-temannya kerap dipanggil Mail, Maing, atau Bang Maing.

Ia kehilangan ibunya di usia tiga bulan, Ismail tinggal bersama sang ayah dan seorang kakaknya, Hamidah yang umurnya leih tua 12 tahun dari Ismail.

Saat kecil, ayahnya menyekolahkan Ismail Marzuki di sekolah Kristen HIS Idenburg, Menteng. Ia mendapatkan nama panggilan Benjamin/Benyamin semasa sekolah. Namun ayahnya memiliki kekhawatiran jika anaknya akan bersifat kebelanda–belandaan. Akhirnya, Ismail Marzuki pindah ke Madrasah Unwabul–Salah di Kwitang untuk melanjutkan pendidikannya.

Di usia 17 tahun ia memulai debutnya di bidang musik, karya yang pertama kali berhasil adalah lagu “O Sarinah” pada tahun 1931 lagu ini menggambarkan kondisi bangsa tertindas. Ismail sangat tertarik di bidang seni. Tahun 1936, ia masuk ke perkumpilan orkes musik Lief Java sebagai pemain gitar, saxophone dan harmonium pompa.

Empat tahun kemudian tepatnya pada 1940 Ismail Marzuki menikahi seorang primadona dari klub musik Bandung, Eulis Zuraidah. Kemudian mereka mengadopsi seorang anak bernama Rachmi, yang sebenarnya masih keponakan Eulis.

Sempat aktif dalam orkestra radio pada Honzo Kanri Kekyu Radio Militer Jepang di masa penjajahan. Ketika masa kependudukan Jepang berakhir, Ismail tetap meneruskan siaran musiknya di RRI.

Ketika RRI kembali dikuasai Belanda pada tahun 1947, Ismail Marzuki yang tidak mau bekerja sama dengan Belanda memutuskan untuk keluar dari RRI. Ismail Marzuki baru kembali bekerja di radio setelah RRI berhasil diambil alih.

Ia kemudian mendapat kehormatan menjadi pemimpin Orkes Studio Jakarta. Pada saat itu ia menciptakan lagu Pemilihan Umum dan pertama kali diperdengarkan pada Pemilu 1955.

Komponis legendaris ini di akhir hayatnya mengidap sakit paru-paru. Ia meninggal masih dalam usia muda di usia 44 tahun pada 25 Mei 1958 di Kampung Bali, Jakarta Pusat. Pada tahun 2004, pemerintah memberi penghargaan Pahlawan Nasional kepada Ismail Marzuki.

Reporter : Alyaa

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Semua Pihak Perlu Bersinergi Wujudkan Pilkada Damai

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan momen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Pilkada tidak hanya sekadar agenda politik,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini