MATA INDONESIA, PYONGYANG – Korea Utara mengeksekusi setidaknya tujuh orang dalam satu dekade terakhir karena menonton dan mendistribusikan video asal Korea Selatan, K-Pop.
Sebagaimana diketahui, kegiatan tersebut dianggap Pyongyang sebagai hal yang ilegal dan bisa dihukum mati. Sang pemimpin, Kim Jong-un bahkan menyebutnya sebagai kanker ganas yang berarti harus dimusnahkan.
Sejak mengambil alih kekuasaan satu dekade lalu, Kim mengharamkan dunia hiburan Korea Selatan, baik lagu, film, maupun drama. Menurutnya hal tersebut merusak pikiran warga Korea Utara.
Di bawah undang-undang yang diadopsi pada Desember lalu, warga yang ketahuan mendistribusikan hiburan Korea Selatan menghadapi hukuman mati. Salah satu praktek keras Kim adalah menciptakan suasana teror dengan mengeksekusi secara terbuka warga yang terbukti bersalah menonton atau mengedarkan konten yang diharamkan.
Mustahil untuk menemukan skala sebenarnya dari eksekusi publik di negara totaliter yang terisolasi itu. Tetapi Kelompok Kerja Keadilan Transisi berfokus pada eksekusi yang telah terjadi sejak Kim naik takhta dan pada eksekusi yang terjadi di Hyesan, sebuah kota Korea Utara dan pusat perdagangan utama di perbatasan dengan Cina.
Hyesan, kota berpenduduk 200 ribu jiwa ini merupakan pintu gerbang utama untuk informasi luar, termasuk hiburan Korea Selatan yang disimpan di memory stick komputer dan dibajak melintasi perbatasan dari Cina. Dengan demikian, Hyesan telah menjadi fokus dalam upaya Kim untuk menghentikan infiltrasi K-pop.
Warga dimobilisasi untuk menonton adegan mengerikan – eksekusi tujuh warga yang menonton dan mendistribusikan video K-Pop, di mana para pejabat menyebut kejahatan sosial yang dikutuk sebelum mereka masing-masing dihukum mati dengan total sembilan tembakan yang ditembakkan oleh tiga tentara.
“Keluarga dari mereka yang dieksekusi seringkali dipaksa untuk menyaksikan eksekusi tersebut,” kata laporan itu, melansir Seattle Times, 16 Desember 2021.
Kim memerintah Korea Utara dengan bantuan kultus kepribadian dan mesin propaganda negara yang mengendalikan hampir setiap aspek kehidupan di Utara. Semua radio dan televisi diatur hanya untuk menerima siaran pemerintah.
Warga diblokir dari menggunakan internet global. Tetapi beberapa orang Korea Utara masih bisa diam-diam menonton film dan drama Korea Selatan. Ketika ekonomi Korea Utara mengalami kesulitan di tengah pandemi dan sanksi internasional, pembelotan ke Selatan terus berlanjut.
Tetapi Daily NK, sebuah situs web berbasis di Seoul yang mengumpulkan berita dari sumber-sumber rahasia di Utara, melaporkan bahwa seorang penduduk desa dan perwira militer dieksekusi secara terbuka tahun karena mendistribusikan atau memiliki hiburan dari Korea Selatan.
Dan beberapa kliping video persidangan dan eksekusi publik yang difilmkan secara diam-diam telah diselundupkan keluar dari Korea Utara. Dalam cuplikan yang ditayangkan di stasiun TV Korea Selatan Channel A tahun lalu, seorang mahasiswa Korea Utara dibawa ke hadapan banyak orang, termasuk sesama mahasiswa, dan dikutuk karena memiliki stik USB yang berisi sebuah film dan 75 lagu dari Korea Selatan.
Di tengah meningkatnya pengawasan internasional terhadap pelanggaran hak asasi manusia Korea Utara, pemerintah tampaknya telah mengambil sederet langkah untuk mencegah bocornya informasi tentang eksekusi publiknya ke dunia luar.
Kim juga mencoba menciptakan citra publik sebagai pemimpin yang baik hati dengan sesekali mengampuni orang yang dihukum mati, terutama ketika jumlah massa yang berkumpul di pengadilan publik besar. Tapi K-pop tampaknya menjadi musuh yang tidak bisa diabaikan Kim.