Kasidah di Indonesia Berawal dari Puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Kasidah adalah sebuah seni bernyanyi yang berasal dari Arab.  Ini adalah bentuk syair kesusastraan Arab. Penyanyi Kasidah biasanya menyanyikan lirik berisi puji-pujian untuk kesejahteraan Umat Muslim.

Kasidah adalah seni suara yang bernapaskan Islam, dimana lagu-lagunya banyak mengandung unsur-unsur dakwah Islam dan nasihat-nasihat baik sesuai ajaran Islam.

Di Indonesia, awal kesenian musik tradisi Melayu sebenarnya berakar dari kasidah. Musik itu berasal dari kedatangan para pedagang Arab, Gujarat dan Persia yang menyebarkan Agama Islam di Nusantara pada tahun 635 – 1600.

Pembacaan syair keagamaan untuk pertama kalinya ditampilkan oleh kaum Anshar (penolong Nabi Muhammad SAW) dan sahabat-sahabatnya dari Madinah kepada kaum pendatang yaitu Muhajirin saat Nabi Muhammad SAW memerintahkan umat Islam hijrah dari Makkah ke Madinah.

Puncaknya, pada saat Nabi MUhammad dan sahabatnya Abu Bakar RA tiba di Madinah. Mereka disambut oleh lagu-lagu pujian dari kaum Anshar diiringi dengan lantunan musik rebana. Sejak saat itu, lagu-lagu pujian pun menjadi shalawat yang mendoakan keselamatan dan kesejahteraan Nabi Muhammad SAW.

Ya Nabi, keselamatan untukmu
Ya Rasul, keselamatan untukmu
Ya Kekasih, keselamatan untukmu
Engkaulah matahari, engkaulah rembulan
Engkau cahaya di atas cahaya
Engkau penerang kegelapan
Engkau pelita penerang hati

Lagu lagu pujian saat itu pun melegenda hingga hari ini sebagai lagu klasik dan masih dapat dinikmati hingga sekarang.

Lagu-lagu inipun tersebar ke seluruh dunia, seiring dengan penyebaran Agama Islam termasuk ke Indonesia. Beberapa liriknya pun diubah dan kemudian akhirnya menjadi seni Kasidah.

Biasanya lagu-lagu itu dinyanyikan dengan irama penuh kegembiraan dengan diiringi rebana, yaitu sejenis alat tradisional yang terbuat dari kayu, dibuat dalam bentuk lingkaran yang dilobangi pada bagian tengahnya kemudian di tempat yang dilobangi itu di tempel kulit binatang yang telah dibersihkan bulu-bulunya.

Awalnya rebana berfungsi sebagai instrumen dalam menyanyikan lagu-lagu keagamaan. Oleh karena itulah ia disebut rebana yang berasal dari kata rabbana, artinya wahai Tuhan kami (suatu doa dan pujian terhadap Tuhan).

Di Indonesia, penyebaran musik ini terjadi di masa Portugis menjajah Malaka. Banyak orang Malaka yang kemudian pindah ke Sumatera dan kemudian membawa tradisi musiknya.

Pada perkembangannya belakangan ini, kesenian kasidah terbagi menjadi dua bagian menurut daerah asalnya. Yaitu Kasidah Mashri yang berasal dari Mesir dan kasidah Makkawi yang berasal dari Tanah Suci Makkah.

Reporter: Muhammad Raja A.P.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Serentak Diharapkan Jadi Pendorong Inovasi dalam Pemerintahan

Jakarta - Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 27 November 2024, diharapkan dapat mendorong inovasi serta memperkuat sinkronisasi...
- Advertisement -

Baca berita yang ini