MATA INDONESIA, JAKARTA – Setiap tahun, 6,5 triliun batang rokok diperjualbelikan di seluruh dunia. 89 persen pangsa pasarnya ternyata dikuasai oleh 10 perusahaan rokok dari ratusan produsen sigaret yang ada.
Kampanye Hari Tanpa Tembakau yang gencar dilakukan WHO belum sepenuhnya efektif untuk mengajak masyarakat menghentikan kebiasaan merokok. Di masa pandemi ini, produksi rokok semakin besar dan penyebarannya juga semakin banyak.
Mengutip tobaconis.com, Euromonitor International tahun 2017 menyebutkan China National Tobacco Company menguasai lebih dari 40 persen pasar sigaret global. Hal ini tentu saja berbeda jauh dengan Phillip Morris Internasional dan British American Tobacco yang masing-masing hanya memiliki persentase 14 persen dan 12 persen.
Perusahaan rokok ini menjadi penyumbang terbesar devisa di masing-masing negaranya. Hal ini cukup ironis karena kampanye antirokok juga gencar dilakukan oleh negara-negara tempat perusahaan rokok itu berada.
Berikut 10 perusahaan rokok terbesar di dunia, dua diantaranya ada di Indonesia
1. China National Tobacco Company
China National Tobacco Company (CNTC) adalah pabrik rokok yang dimiliki oleh pemerintah Tiongkok dan berdiri pada tahun 1982. Perusahaan ini menguasai 42,6 persen pasar sigaret global pada tahun 2017 dan merupakan produsen rokok terbesar di dunia.
CNTC mendominasi pasar sigaret domestik dengan persentase pasar sejumlah 97 persen pada tahun 2018. Hasilnya, perusahaan yang berkantor pusat di Beijing ini menyumbang 6 persen dari total 2,7 triliun dolar pendapatan pemerintah Tiongkok.
Kurang lebih ada 30 merek rokok yang diproduksi oleh CNTC, tapi yang paling laris adalah Hongtashan. Selain itu, mereka juga menjual merek premium, salah satunya adalah Chunghwa.
Perusahaan ini terus berusaha untuk menaikkan penjualan mereka dengan memasarkan merek-merek seperti RDG, Dubliss, dan Harmony di pasar global, termasuk wilayah Eropa, Amerika Latin, Afrika, dan Asia.
2. Phillip Morris International
Phillip Morris International (PMI) adalah perusahaan rokok terbesar kedua di dunia yang berpusat di Lausanne, Swiss. Perusahaan ini bermula dari usaha bisnis tembakau dan rokok yang dirintis oleh Phillip Morris pada tahun 1847 di London, Inggris.
Leopold Morris, anak dari Phillip, secara resmi mendirikan Phillip Morris & Company and Grunebaum Ltd dengan Joseph Grunebaum pada tahun 1881. Sayang, kerjasama Leopold dengan Joseph hanya bertahan selama 4 tahun dan pada tahun 1885 usaha ini berganti nama menjadi Phillip Morris & Co. Ltd.
William Curtis Thompson dan keluarga kemudian mengambil alih kontrol Phillip Morris & Co. Ltd. pada tahun 1894. Mereka mulai mengekspor rokok ke Amerika Serikat pada tahun 1872 dan meresmikan kantornya di New York pada tahun 1902.
Produk-produk sigaret dari PMI dijual ke lebih dari 180 negara. Dipimpin oleh Marlboro yang diperkenalkan pertama kali tahun 1908, merek sigaret lainnya yang tidak kalah populer serta laris di pasaran adalah L&M, Chesterfield, Phillip Morris, Parliament, dan Bond Street.
Marlboro menjadi merek rokok paling laris di dunia sejak tahun 1972 dan mewakili 34 persen dari seluruh penjualan produk PMI. Meskipun begitu, secara keseluruhan mereka hanya menguasai 14,1 persen pasar sigaret global dan masih kalah dengan CNTC.
Setelah berpisah dari perusahaan induknya, Altria, pada tahun 2008, PMI hanya menjual hasil produk tembakaunya di luar Amerika Serikat. Selain itu, perusahaan ini juga memperluas pasar untuk alat pemanas tembakau mereka, IQOS. Alat ini banyak diminati di negara Jepang dan Korea Selatan.
3. British American Tobacco
British American Tobacco (BAT) merupakan perusahaan rokok dan produk tembakau yang berpusat di London, Inggris. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1902 ketika Imperial Tobacco dari Inggris dan American Tobacco dari Amerika Serikat sepakat untuk membentuk joint venture.
James Buchanan Duke diangkat menjadi pemimpin pertama BAT dan melakukan perluasan pasar di berbagai negara, seperti Kanada, Tiongkok, dan Australia. Produksi rokok BAT paling banyak dilakukan di negara Tiongkok sejak tahun 1919 sebelum pabriknya ditutup pada tahun 1949 akibat gerakan pendirian negara komunis.
Sejak tahun 1976, BAT mulai mengakuisisi beberapa perusahaan rokok dari berbagai negara, seperti American Tobacco Company, Rothmans International, Ente Tabacchi Italiani (ETI), Bentoel Investama, dan masih banyak lagi. Tidak heran kalau BAT menguasai 12 persen pasar sigaret global pada tahun 2017 dan menjadi perusahaan rokok terbesar ketiga di dunia.
Merek-merek rokok yang paling laris dari BAT adalah Pall Mall, Rothmans, Kent, Dunhill, dan Lucky Strike. Bahkan, penjualan kelima produk sigaret tersebut mewakili setengah dari total penjualan rokok perusahaan ini.
4. Japan Tobacco Inc
Sejarah pendirian Japan Tobacco Inc bermula dari didirikannya biro monopoli dalam Kementrian Keuangan untuk mengelola produksi hasil olahan tembakau di Jepang pada tahun 1898. Biro yang juga mengelola monopoli garam ini diberi nama resmi Japan Tobacco and Salt Public Corporation (JTS) pada tahun 1949.
Pada tahun 1985, JTS berubah nama menjadi Japan Tobacco Inc (JT) dan menghentikan monopoli garamnya. Selain itu, kepemilikan saham perusahaan ini juga dibuka untuk publik walaupun 50 persen dari total sahamnya masih dipegang oleh Kementerian Keuangan hingga tahun 2013.
Pasar sigaret yang awalnya dimonopoli oleh pemerintah akhirnya menjadi lebih terbuka dan mempermudah masuknya merek-merek rokok impor. Meskipun begitu, JT masih menguasai mayoritas pasar rokok di Jepang dengan produknya yang paling laris, Mevius, beserta merek-merek lainnya, seperti Cabin, Caster, Seven Stars, dan Peace.
Pada tahun 1999, divisi perusahaan JT untuk pasar skala global resmi didirikan dengan nama Japan Tobacco International (JTI). Perusahaan ini berkantor pusat di Jenewa, Swiss dan menjadi produsen serta distributor resmi internasional untuk merek-merek rokok dari R.J. Reynolds, seperti Camel, Salem, dan Winston.
Penjualan sigaret internasional menyumbang 60% pendapatan dari seluruh total keuntungan JT. Dengan produk-produk yang terjual di 130 negara, JT menjadi perusahaan rokok terbesar keempat di dunia pada tahun 2017 dan mampu menguasai 8,4% pasar rokok global.
5. Imperial Brands
Imperial Brands adalah perusahaan produsen rokok dan hasil olahan tembakau yang berpusat di Bristol, Inggris. Sebelumnya, mereka dikenal dengan nama Imperial Tobacco Group PLC.
Imperial Brands didirikan pada tahun 1901 dari penggabungan 13 perusahaan rokok dan tembakau yang ada di Inggris. Pada tahun 1902, grup perusahaan ini bekerja sama dengan American Tobacco yang kemudian menjadi awal mula dari terbentuknya British American Tobacco (BAT).
Pada tahun 1980, BAT melepaskan diri dari Imperial Brands. Meskipun begitu, beberapa trademark atau merek dagang yang dimiliki Imperial Brands di Inggris masih menjadi properti BAT di luar Eropa.
Sejak tahun 1997, Imperial Brands mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri rokok. Beberapa di antaranya adalah Rizla yang merupakan produsen rolling paper terbaik di dunia, The Baelen Group yang terkenal dengan produk roll-your-own tembakau, dan perusahaan hasil olahan tembakau dari Jerman, Reemtsma Cigarettenfabriken GmbH.
Produk-produk Imperial Brands, seperti West, Davidoff, dan Golden Virginia dijual di 160 negara. Tercatat pada tahun 2017, perusahaan ini menguasai 3,7% pasar sigaret global dan menjadi produsen rokok terbesar kelima di dunia.
6. Altria Group Inc
Altria Group sebelumnya dikenal sebagai Phillip Morris Companies yang bermarkas di New York, Amerika Serikat. Rebranding yang dilakukan perusahaan ini terjadi pada tahun 2003 dengan mengambil nama Altria dari kata altus yang berarti tinggi dalam bahasa Latin.
Tak lama setelah rebranding, Phillip Morris International dan Phillip Morris USA mengalami perpecahan. Maka dari itu, manajemen dan pengelolaan Phillip Morris USA berada di bawah kontrol Altria Group.
Selain Phillip Morris USA, usaha-usaha lainnya yang dimiliki Altria Group di antaranya adalah John Middleton, produsen pipa tembakau serta cerutu dan U.S Smokeless Tobacco Company yang terkenal dengan produk tembakau kunyah. Grup perusahaan ini juga memegang 35 persen saham di JUUL Labs, salah satu produsen rokok elektrik ternama di dunia dan 45 persen saham di Cronos Group.
Altria menjadi salah satu perusahaan rokok terbesar di dunia dengan menguasai 2 persen pasar sigaret global pada tahun 2017. Keuntungan pendapatan perusahaan ini diperkirakan sebesar 10,208 miliar dolar pada tahun yang sama.
7. Gudang Garam Tbk
Perusahaan rokok terbesar di dunia selanjutnya adalah Gudang Garam Tbk yang berpusat di Kota Kediri, Jawa Timur. Pada tahun 2017, perusahaan ini menguasai kurang lebih 1 persen pasar sigaret internasional dan 21,4 persen di pasar nasional.
Gudang Garam didirikan oleh Tjoa Jien Hwie atau juga sering dikenal Surya Wonowidjojo pada tanggal 26 Juni 1958. Awalnya, pabrik ini bernama Inghwie dan fokus memproduksi Sigaret Kretek Klobot-Linting (SKL) dan Sigaret Kretek Tangan (SKT).
Pada tahun 1960, nama Inghwie kemudian diganti menjadi Gudang Garam dan mulai memperbanyak jumlah produksi akibat permintaan pasar yang saat itu terus meningkat. Perusahaan ini semakin berkembang setelah anak kedua Surya, Susilo Wonowidjojo, mengusulkan produksi Sigaret Kretek Mesin (SKM) serta rokok rendah nikotin dan tar.
Gudang Garam memiliki tiga produk brand family andalan, yakni Gudang Garam, Surya, dan GG. Selain itu, mereka juga masih memproduksi rokok kretek pertama yang dibungkus dengan daun jagung kering atau yang juga disebut sebagai klobot.
8. KT&G Corp
KT&G awalnya didirikan sebagai perusahaan yang memonopoli produk hasil olahan tembakau di Korea Selatan pada tahun 1987. Kepemilikan pabrik ini kemudian berpindah tangan dari pemerintah ke swasta pada tahun 2002.
Awalnya, kepanjangan singkatan dari KT&G adalah Korea Tobacco and Ginseng sesuai dengan dua sektor bisnis yang dilakukan perusahaan ini, yakni tembakau dan ginseng. Lalu pada tahun 2002, nama resmi dari salah satu perusahaan rokok terbesar di dunia ini diganti menjadi Korea Tomorrow and Global.
Beberapa merek rokok dari KT&G yang terkenal di Negeri Ginseng adalah The One, Indigo, Raison, This, dan Esse. Selain pasar domestik, Esse juga merupakan salah satu merek sigaret yang laris di Indonesia, Rusia, negara-negara di Timur Tengah, dan negara-negara lainnya.
Menurut Euromonitor, KT&G menguasai pasar sigaret global dengan perkiraan angka sebesar 1% pada tahun 2017. Hasil ini didapatkan dari pemasaran produk-produk KT&G di berbagai negara, seperti Asia Tenggara, Eropa, Amerika, dan Afrika.
9. Eastern Co SAE
Salah satu perusahaan rokok terbesar di dunia selanjutnya berasa dari negara Mesir, Eastern Co SAE. Anak perusahaan dari Chemical Industry Holding Company ini memproduksi dan memperjualbelikan berbagai hasil olahan tembakau, termasuk rokok, cerutu, pipa tembakau, dan molasses.
Eastern Co SAE menjual produknya untuk dua segmen pasar, internasional dan domestik. Di skala global, merek-merek yang diperjualbelikan adalah Cleopatra, Taba, Golden West, President, dan Delta. Sementara itu, untuk pasar domestik ada Cleopatra, Mondial, Corona, dan Jose Bartolo.
Bukan hanya itu saja, Eastern Co SAE juga memproduksi sigaret untuk Phillip Morris dan British American Tobacco untuk wilayah pemasaran Mesir dan sekitarnya. Pada tahun 2017, perusahaan ini memiliki pangsa pasar rokok global sebesar 1%.
10. ITC Limited
ITC Limited adalah perusahaan multinasional yang berpusat di Kolkata, Bengali Barat, India. Sejak didirikan pada tahun 1910, mereka mengalami beberapa kali perubahan nama, dari Imperial Tobacco Company of India Limited, India Tobacco Company Limited, I.T.C Limited, hingga nama resmi yang digunakan sekarang.
Pabrik rokok pertama yang dibangun oleh ITC Limited berada di Bangalore pada tahun 1913. Selama 60 tahun sejak pendiriannya, mereka fokus pada bisnis hasil olahan tembakau sebelum akhirnya merambah di sektor-sektor lain, seperti hotel, alat tulis, dan makanan.
ITC Limited menjual rokok dan beedi (rokok khas India berukuran kecil yang dibungkus dengan daun tendu). Beberapa merek sigaret terkenal dari perusahaan ini adalah Wills Navy Cut, Gold Flake Kings, 555, dan India Kings.
Pada tahun 2017, diperkirakan pasar sigaret global yang dikuasai oleh ITC Limited berada di angka 1 persen. Sementara itu, perusahaan ini sendiri berhasil menjual 81 persen hasil olahan tembakaunya di Asia pada tahun 2018.
Reporter : Ananda Nuraini