Hanya di Desa Ini, Pasangan yang akan Bercerai Dipenjara Bersama

Baca Juga

MATA INDONESIA, BUDAPEST – Jangan sekali-kali bercerai jika kalian pasutri (pasangan suami istri) dan tinggal di pedalaman Rumania. Desa Biertan, salah satu desa yang berada di pelosok Rumania adalah desa anticerai yang punya penjara bagi pasangan yang akan bercerai.

Desa ini merupakan salah satu dari tujuh desa Saxon yang terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO. Desa ini punya gaya konseling pernikahan yang ternyata sangat efektif.

Selama lebih dari 300 tahun, pasangan yang bercerai telah tinggal di antara kompleks gereja yang dibentengi dengan bangunan kecil dan sempit yang tidak lebih dari dapur. Dikurung selama enam minggu oleh seorang uskup setempat, berharap untuk menyelesaikan masalah dan mencegah perceraian.

Ini mungkin terdengar seperti mimpi buruk, tetapi catatan menunjukkan bahwa “penjara pernikahan” ini berhasil. ”Terima kasih atas bangunan yang penuh berkat ini, dalam 300 tahun ketiika Biertan memiliki uskup, kita hanya mencatat satu perceraian,” kata Ulf Ziegler, pendeta Biertan saat ini.

Saat ini, sebuah penjara kecil yang gelap telah diubah menjadi museum yang penuh dengan manekin yang tampak menderita.

Ketika pasangan mencoba untuk memperbaiki pernikahan mereka di ruang kecil, mereka harus berbagi segalanya mulai dari tempat tidur, hingga satu-satunya meja. Lutheranisme, agama Saxon Transylvania, mempengaruhi sebagian besar aspek kehidupan dan walaupun perceraian diperbolehkan dalam keadaan tertentu – seperti perzinahan – mereka menganjurkan pasangan untuk berusaha menyelamatkan pernikahan mereka dulu.

Jadi, pasangan yang ingin bercerai secara sukarela pergi ke uskup dan mengirim mereka ke penjara pernikahan untuk memastikan mereka menyelesaikan perbedaan mereka sebelum mereka benar-benar berpisah.

Kehidupan di desa ini juga tidak berubah meski sudah masuk zaman modren. Kereta kuda masih menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Warga lokal masih berkumpul untuk menjual produk kerajinannya di alun-alun yang berdinding batu. Di jantung desa, menara-menara gereja abad ke 15 menjulang tinggi menyesaki bangunan sekitarnya dan berdiri kokoh di puncak bukit.

”Penjara adalah alat untuk menjaga masyarakat dalam tatanan Kristen lama,” ujar pendeta Zielger. Ia mencatat konsep penjara ini sebenarnya untuk melindungi wanita dan anak-anak. Jika terjadi perceraian, suami harus membayar sebagian dari penghasilannya kepada mantan istrinya. Tapi jika dia menikah lagi dan bercerai lagi, istri kedua tidak berhak mendapat apa-apa.

Diundang Raja Hongaria

Desa ini awalnya dibangun oleh Raja Hongaria Geza II pada abab-12. Ia mengundang orang-orang Saxon – yang berasal dari daerah Prancis, Belgia, Luksemburg dan Jerman –  untuk menghuni wilayah Transylvania (Rumania) dan melindunginya dari ancaman orang Tatar dan Ottoman. Geza II juga ingin mengembangkan wilayah tersebut secara ekonomis. Orang-orang Saxon di Transylvania adalah pengrajin yang tekun; tak heran Biertan menjadi kota perdagangan dan pusat kebudayaan yang penting dengan populasi 5.000 orang pada tahun 1510.

Situasi ini tak berubah hingga sekarang. Berjalan menyusuri jalan-jalan di Desa Biertan saat matahari mulai tenggelam di balik perbukitan, beberapa penduduk setempat duduk di luar minum bir. Seorang petani memindahkan peti-peti jerami. Tak lama kemudian lonceng gereja berbunyi menandakan waktu akan berubah menjadi malam. Kemegahan gereja dengan sembilan menara benteng sekitarnya, diterangi oleh lampu seperti menjelaskan beginilah suasana saat desa ini dihuni oleh pemukim Saxon.

Banyak penduduk saat ini mengolah tanah mereka dengan menggunakan teknik pertanian usang, dan menggunakan sistem barter untuk hidup. Para pengembala tampak di perbukitan hijau sekitarnya menggiring domba – pemandangan yang mungkin tidak banyak berubah selama beberapa abad terakhir ini.

Reporter: Ananda Nuraini 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini