Gerakan Khilafatul Muslimin Muncul ke Permukaan, Siapa Tokohnya?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Aksi Khilafatul Muslimin beberapa waktu lalu dengan melakukan konvoi di sejumlah wilayah membuat masyarakat khawatir. Pasalnya mereka berkonvoi untuk mengkampanyekan tegaknya sistem Khilafah sebagai solusi semua umat.

Ternyata, visi dan ideologi Khilafatul Muslimin serupa dengan milik Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang sudah bubar. HTI merupakan gerakan transnasional dan sedang memperjuangkan sistem khilafah di berbagai negara.

Tentunya berbeda dengan Khilafatul Muslimin yang mengatakan sudah mendirikan khilafah dengan adanya khalifah yang terpilih. Bahkan sebagian besar tokoh kunci dari gerakan ini ialah mantan kelompok NII.

Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) RI, Brigjen Ahmad Nurwakhid mengatakan, genealogi Khilafatul Muslimin tidak bisa lepas dari Negara Islam Indonesia (NII).

Salah tokoh pendiri sekaligus pemimpinnya adalah Abdul Qadir Hasan Baraja. Ia merupakan mantan anggota NII. Ia juga salah satu pendiri Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki. Ia ikut ambil bagian dalam Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) tahun 2000.

Lantas, apakah Khilafatul Muslimin memiliki kaitannya dengan kelompok radikal terorisme? Menurut Ahmad Nurwakhid ada beberapa parameter yang ada di Khilafatul Muslimin.

Dari aspek ideologi, kelompok ini sangat berbahaya. Karena mereka memiliki cinta ideologi khilafah di Indonesia seperti HTI, JI, JAD maupun jaringan terorisme lainnya. Walaupun tidak bertentangan dengan Pancasila, namun ideologi mereka mengkafirkan sistem yang tidak sesuai dengan pandangannya.

Secara historis, pendiri gerakan ini sangat dekat dengan kelompok radikal seperti NII, MMI yang memiliki rekam jejak dalam kasus terorisme. Terbukti Abdul Qadir Hasan Baraja telah mengalami 2 kali penahanan yang berhubungan dengan Teror Warman dan kasus bom di Jawa Timur serta Borobudur tahun 1985.

Lalu, dampak ideologis gerakan ini memiliki visi dan ideologi yang rentan berubah menjadi gerakan teror. Bisa terlihat pada kasus penangkapan NAS, yang merupakan tersangka teroris. Dan saat penangkapan terdapat  kardus berisi Khilafatul Muslimin dan logo bordir Khilafatul Muslimin.

Gerakan ini juga mudah berafiliasi dengan jaringan kelompok teror seperti ISIS. Bahkan pada masa kejayaan ISIS pada tahun 2015, Rohan Gunaratna Peneliti Terorisme dari Singapura menggolongkan Khilafatul Muslimin telah berbaiat kepada ISIS.

Reporter: Azzura Tunisya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini