Gairah dan Energi Jazz Indonesia di Tahun 2000-an

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Tahun 2000an bisa dikatakan sebagai era yang luar biasa di dunia musik Indonesia. Semua aliran musik berkembang pesat pada era ini, tak terkecuali musik Jazz.

Stigma musik jazz untuk kalangan menengah ke atas perlahan-lahan mulai luntur. Beberapa daerah menggelar festival musik Jazz. Cianjur, Tasikmalaya, Bandar Lampung, tiba-tiba saja punya komunitas musik jazz. Dominasi Jazz goes to kampus seperti Universitas Indonesia dan ITB pun mulai bergeser ke kampus-kampus swasta seperti Universitas Gunadarma Jakarta, Universitas Atmajaya, Universitas Pasundan Bandung, Universitas Islam Bandung.

Maraknya festival ini membantu menaikkan pamor musik jazz secara keseluruhan. Jika dulu musisi jazz kebanyakan bermain piano dan full band lengkap, maka kehadiran musik fusion yang dipadukan dengan rock, funk, ataupun pop mulai digemari anak-anak muda. Dari situ, musisi jazz tidak hanya diisi orang itu-itu aja, muncul pula anak muda yang energik dengan nuansa musik jazz yang berbeda dan segar.

The Groove, Andien, Maliq & D’ Essentials, Raisa, sampai Tulus, sukses memberi warna baru di dunia musik Jazz Indonesia era 2000an. Beruntung, musisi – musisi Jazz 2000an juga disokong oleh maraknya perhelatan festival musik pada saat itu. Untuk Jazz, mereka mengekspansi nama mereka dengan tampil di festival – festival musik besar di Indonesia seperti JakJazz dan Java Jazz.

Banyak yang berkonstribusi dalam membesarkan nama Jazz Indonesia di tahun 2000an. Tidak hanya banyak musisi baru yang hadir, tapi juga acara – acara konser seperti festival, juga ikut berkontribusi. Sebut saja Ngayogjazz, festival yang berlangsung di kampung Yogyakarta ini mampu mengubah stereotype masyarakat akan musik Jazz yang identik dengan kaum borjuis. Hal itu terjadi karena tujuan festival ini adalah membawa Jazz untuk sampai ke semua kalangan.

Musik Jazz yang dibawakan oleh musisi – musisi era 2000an juga salah satu bentuk evolusi musik Jazz Indonesia. Mereka membawakan musik Jazz yang fokus pada bagaimana musik di genre ini bisa dinikmati oleh semua usia dan kalangan.

Selepas dekade tersebut, musik jazz di Indonesia tak mengalami penurunan. Sebaliknya tongkat estafet dilanjutkan kepada musisi muda berikutnya. Kunto Aji dan Ardhito Pramono menggeser pandangan pada musik jazz.

Kedua musisi muda ini mengantarkan musik jazz dari sekadar “mainstream” ke sisi indie. Sebuah sisi yang saat ini khususnya digemari penggemar musik generasi muda.

Reporter: Fahmi Juniyanto 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

DBD dan Leptospirosis Ancam Warga Jogja di Musim Hujan, Dinkes Tekankan Hal Ini

Mata Indonesia, Yogyakarta - Menjelang musim hujan yang tiba pada Oktober 2024, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja mengimbau masyarakat agar waspada terhadap peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Leptospirosis. Hingga saat ini, sudah tercatat ratusan kasus DBD tersebar di hampir seluruh kelurahan di Jogja.
- Advertisement -

Baca berita yang ini