Fenomena Mudik Tahun Ini, Emosi Sesaat, Menyesal dan Minta Maaf

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Belakangan ini di sosial media muncul sejumlah rekaman video yang diposting berbagai akun terkait perilaku pemudik yang ditegur polisi. Mulai dari warga yang mengaku staf pimpinan Ketua PSSI, seorang ibu berhijab yang melontarkan kata kasar kepada polisi dan seorang wanita yang bicara kasar dan tidak sopan ketika ditegur baik-baik oleh polisi.

Sosiolog Universitas Gajah Mada Sunyoto Usman menilai aksi emosi ini karena dipicu hasrat pulang kampung yang sangat tinggi imbas larangan mudik Lebaran. Selama ini warga mengalami kejenuhan akibat banyak pembatasan aktivitas termasuk larangan mudik. Oleh karena itu, warga pun memilih nekat mudik demi menghilangkan rasa jenuh.”Bagian dari kejenuhan berada di kota,” ujar Usman, Senin 17 Mei 2021.

Sosiolog Universitas Andalas Indradin melihat fenomena nekat mudik didasari motif ingin mengaktualisasi diri dan janji sosial. Padahal sehari-hari, kecil kemungkinan warga berani melawan petugas. ”Mereka kesehariannya tidak berani melawan petugas, tapi karena ada janji sosial maka keinginan mereka terhalang petugas,” katanya.

Psikolog Klinis Meity Arianty mengatakan kualitas individu seseorang juga memengaruhi tingkat emosi orang tersebut. ”Knowledge, skill, attitude atau sikap mental menjadi penyebab individu-individu melakukan palanggaran,” ujarnya.

Pada dasarnya seseorang yang sedang ingin meluapkan keamarahnya sering kali ia berteriak. Teriakan mereka adalah cerminan dari ketidak stabilan emosional. Warga yang emosi ini sedang kewalahan oleh pikiran, perasaan, dan emosi.

Biasanya setelah emosi, mereka baru sadar dan menyadari kesalahannya. ”Saya percaya pelaku-pelaku yang melakukan hal tersebut tentu saat melakukan bisa jadi tidak sadar apa yang dilakukannya akan berdampak buruk dan mempermalukan dirinya sendiri,” katanya.

Pengacara Hotman Paris Hutapea meminta aparat keamanan untuk menindak dan memproses hukum warga yang emosi dan melawan petugas. ”Supaya ada efek jera,” katanya.

Selama ini, warga yang emosi, hanya disuruh tampil di depan media untuk meminta maaf dan kasusnya selesai. ”Harus ada penegakan hukum dan ini memberikan contoh kepada masyarakat,” ujarnya.

Permintaan maaf memang menjadi andalan warga yang memaki dan berkata kasar kepada aparat. Terakhir, seorang wanita bernama Gustuti Rohmawati yang memaki-maki petugas karena tak terima diputar balik saat hendak ke Anyer berujung permintaan maaf.

Polisi sempat memburu Gustuti dan pasangannya. Keduanya ditangkap pada Minggu 16 Mei 2021 malam di Carita, Pandeglang. Usai ditangkap, Gustuti menyadari perbuatannya salah. Dia mengaku menyesal dan meminta maaf.

Gustuti meminta maaf atas perbuatannya saat diminta putar balik karena tak diizinkan melintas ke jalur wisata Anyer. Dia mengakui pada saat itu emosi hingga memaki petugas.

Menurut Gustuti,  awalnya ia berangkat dari rumahnya di Serang hendak ke Carita, Pandeglang. Dari Serang, dia bersama suaminya mengambil jalur alternatif ke Jalan Palima-Cinangka. Namun di jalan tersebut, dia disekat dan diminta berputar balik oleh petugas.

Wanita tersebut kemudian kembali ke Serang dan mengarah ke Cilegon hendak melewati Anyer. Namun, di pos penyekatan JLS, dirinya terkena penyekatan dan diminta berputar balik.

Reporter : Ananda Nuraini

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Peran Sentral Santri Perangi Judol di Era Pemerintahan Prabowo-Gibran

Jakarta - Kalangan santri dianggap menjadi salah satu elemen bangsa yang mampu terlibat aktif dalam pemberantasan Judi Online yang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini