MATA INDONESIA,LONDON – Sepanjang sejarah, Kerajaan Inggris mengalami tekanan dari negara-negara lain dan para aktivis untuk memulangkan benda-benda yang diduga dicuri oleh Kerajaan Inggris.
Melansir dari Insider, “kekaisaran itu sendiri adalah fenomena yang sangat paradoks yang mengklaim membawa apa yang disebut peradaban kepada orang-orang terjajah, tetapi pada saat yang sama mendirikan institusi yang bertentangan dengan modernitas,” kata Chika Okeke-Agulu, sejarawan seni dan profesor di Universitas Princeton.
Banyak artefak budaya yang sekarang dipajang di museum-museum Inggris dijarah orang-orang terjajah. British museum yang menampung 8 juta artefak seperti Benin Bronsez dan Parthenon Marbles, memiliki paling banyak barang curian.
Museum ini didirikan di zaman kekaisaran sebagai ruang pamer dimana memamerkan koleksi mereka dari kepemilikan kekaisaran.
Berikut contoh 4 artefak budaya yang diambil Inggris dari tanah asalnya:
Benin Bronzes

Kerajaan Benin, sekarang Nigeria modern, memiliki beberapa ribu patung yang menghiasi istana kerajaan, yang berasal dari abad ke-13. Tetapi pada tahun 1897, Kerajaan Inggris mengirim pasukan dalam ekspedisi hukuman untuk menghukum pemberontak Benin yang membalas kekuasaan kekaisaran. Tentara Inggris memecat dan menjarah kota, serta mengakhiri kerajaan Benin.
Parthenon Marbles

The Parthenon Marbles adalah sumber perdebatan sengit tentang repatriasi untuk museum Inggris. Artefak ini menggambarkan pengunjung festival yang merayakan ulang tahun dewi Athena dan Lapith yang terlibat dalam pertempuran. Parthenon Marbles diambil dari Yunani antara thun 1801-1805.
Rosseta Stone

Batu itu awalnya diambil dari Mesir oleh Napoleon Bonaparte, yang secara luas dikreditkan karena membuka negara itu ke seluruh Eropa dan memicu “Egyptomania” pada abad ke-19. Inggris kemudian mengambil Rosetta Stone setelah mereka mengalahkan Prancis pada tahun 1815.
Koh-i-Nor

Memliki makna “Gunung Cahaya”, permata itu awalnya menghiasi Tahta Merak Mughal. Permata tersebut berpindah beberapa kali di antara kelompok-kelompok yang bertikai sampai akhirnya diserahkan kepada Ratu Victoria setelah Aneksasi Inggris atas India pada tahun 1984.
Karena sejarah berdarahnya melibatkan banyak pertempuran antara laki-laki, Koh-i-Noor telah menjadi tahayul bahwa itu adalah kutukan bagi laki-laki dan hanya diteruskan ke perempuan di keluarga Kerajaan Inggris.