MATA INDONESIA, JAKARTA – Meski berasal dari negeri Jiran, teh tarik bukanlah minuman lokal buatan Malaysia. Teh ini tercipta dari perpaduan pengaruh bangsa India, Cina, dan Inggris yang kala itu ada di Malaysia.
Adapun pembuatannya dengan cara ditarik. Ya, sesuai dengan namanya. Ramuan teh itu dituangkan dari satu gelas ke gelas lainnya dengan jarak tuangan yang tinggi (ditarik) untuk menghasilkan buih-buih busa, yang menjadi ciri khas dari minuman ini.
Tarikan inilah yang menentukan kualitas dari minuman teh tarik. Kedai teh tarik yang mampu menghasilkan buih yang berkualitas akan menjadi “idola” para konsumen.
Dan umumnya, para penjual teh tarik di kedai-kedai di Malaysia ini memiliki resep rahasia yang tak akan ia bagi dengan orang lain. Mereka sengaja menjaga resepnya agar tidak membuat orang lain bisa menirunya. Dan ini menjadi sebuah pembeda antara kedainya dengan kedai lain.
Adapun bahan-bahannya, minuman teh berbuih ini dibuat dari bahan yang sederhana, seperti teh hitam kental yang dicampurkan dengan susu kental dan gula.
Rasanya memang enak dan manis. Namun bukan perkara rasa yang membuatnya populer, melainkan makna budaya yang terkandung di dalamnya. Ya, teh tarik menjadi sebuah lambang toleransi yang kuat atas keragaman suku budaya bangsa yang di Malaysia.
Menurut penuturan Salma Nasution Khoo, seorang penulis sekaligus aktivis sosial dari Penang, masyarakat Malaysia sudah terbiasa hidup berdampingan dengan masyarakat multikultur.
Masyarakat Malaysia memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya menghormati perbedaan. Hal ini menjadi sebuah keharusan karena Malaysia adalah negara yang menjadi tempat percampuran budaya.
Asal Muasal Teh Tarik
Untuk pertama kalinya, orang Cina memperkenalkan teh hitam pada tahun 1830-an. Sementara “tarikan” teh muncul setelah tahun 1850 oleh juru masak jalanan asal India Selatan. Sedangkan susu dan gula baru ada pada tahun 1867 – 1957, yakni selama masa akhir kolonialisme Inggris.
Banyaknya budaya negara yang turut andil dalam penciptaan teh tarik membuat masyarakat Malaysia dari berbagai etnis merasa terikat pada teh berbuih ini. Sehingga mereka juga akan saling terhubung satu sama lain meskipun berbeda etnis.
Kala itu, di tahun 1511, bangsa Portugis mulai menaklukan wilayah kota pesisir Malaka. Menyusul Belanda pada tahun 1641, dan Inggris pada tahun 1824. Selain menaklukan warga setempat, mereka juga membawa budaya mereka. Sehingga terciptalah budaya Malaysia dari hasil percampuran budaya-budaya asing.
Namun menariknya, asal-usul penemuan teh tarik ini berakar dari industri karet. Kala itu di tahun 1877, Henry Nicholas Ridley, direktur Singapore Botanic Garden mengimpor pohon karet pertama dari Brasil.
Para tenaga kerja dari India Selatan dan Cina kemudian mengelola pohon tersebut. Hingga akhirnya berkembang dengan cepat. Bahkan mencapai puluhan ribu pohon, dan membuat Malaysia menjadi produsen karet terbesar di dunia,
Tenaga kerja dari Inda Selatan ini mayoritas berasal dari Chennai, India. Mereka datang ke Malaysia juga tidak dengan tangan kosong, melainkan mengajak serta perusahaan yang ramai menjual minuman chai yang dibuat dengan cara ditarik, yang pada saat itu dibuat dari teh hitam Cina yang disajikan tanpa susu.
Di masa itu, minuman chai sangat populer di kalangan pekerja perkebunan karet. Walaupun di masa itu perkembangan teh tarik sudah mulai muncul, namun perlu beberapa waktu lagi untuk benar-benar menghasilkan sejarah teh tarik.
Sekitar lima puluh tahun kemudian, Archibald Russell seorang pengusaha kelahiran Inggris menemukan potensi dataran tinggi Malaysia yang cocok untuk ditanami teh.
Di akhir 1920-an, ia pun mengimpor tanaman dari Cina dan membuat perkebunan teh khas Melayu pertama, yang kian lama kian berkembang dengan pesat hingga ke pasar internasional.
Tingginya permintaan teh Melayu berkualitas membuat para penjual chai tidak mampu lagi membeli daun teh berkualitas tinggi dari perkebulanan terdekat. Berawal dari sinilah para penjual chai beralih ke sarabat, debu, dan serpihan kualitas terendah yang tersisa dari pemrosesan.
Namun ini berbeda dengan daun teh pada umumnya karena ia memiliki rasa astringen yang kuat, wajar saja mengingat kualitas dan harganya yang jauh lebih murah. Untuk menyamarkan rasa pahitnya, mereka mengadopsi budaya Inggris, yakni menambahkan susu dan gula ke minuman chai. Atas kreativitas inilah teh tarik tercipta.
Menurut masyarakat Malaysia, kota tepi laut George Town, kota terbesar di Pulau Penang yang juga menjadi pelabuhan perdagangan menjadi jantung kepopuleran teh tarik. Karena tempat itu adalah tempat awal mulanya teh tarik pasca Perang Dunia II.
Berangkat dari latar belakang historis teh tarik yang dapat untuk menyatukan berbagai kelompok etnis, seluruh organisasi di Malaysia mulai menyelenggarakan “Sesi Teh Tarik”, sebuah pertemuan di mana para pesertanya dapat mengidentifikasi kesamaan dan merangkul keragaman budaya guna membahas isu-isu penting.
Isu inilah yang pada akhirnya bermanfaat bagi berbagai organisasi nirlaba dan sekolah untuk memfasilitasi percakapan di antara siswa. Bahkan, jadi salah satu cara pemerintah untuk menyelesaikan kebuntuan politik.
BBC/Reporter: Intan Nadhira Safitri