Blues, Cara Orang Afrika-Amerika Lahirkan Musik Industri

Baca Juga

MATA INDONESIA, LOS ANGELES – Lebih dari satu abad yang lalu di hari Valentine tepatnya 14 Februari 1900, ada seorang penyanyi kulit hitam berumur 28 tahun memasuki studio. Hari itu dia mencetak sejarah. Enam bulan kemudian, ia melakukan hal itu lagi.

Nama penyanyi itu Perry Bradfor. Awalnya ia adalah penulis dan pembuat lagu Blues. Ia datang ke studio rekaman, bertemu dengan produser dan menawarkan lagunya.

Ia yakin bahwa keputusannya masuk studio rekaman karena jumlah warga kulit hitam di Amerika cukup besar.  ”Di Amerika ada 14 juta orang kulit hitam. Dan mereka pasti beli kalau ada penyanyi dari kalangan mereka.” katanya.

Bradfor beruntung sebenarnya. Produser rekaman awalnya menggunakan sejumlah penyanyi kulit putih untuk menyanyikan lagu karya Bradfor, Crazy Blues. Namun ternyata gagal. Alih-alih si produser kemudian menawarkan kepada Bradfor untuk menyanyikan lagunya sendiri. Akhirnya, lahirlah penyanyi kulit hitam pertama yang bisa rekaman dan juga merekam lagu Blues.

Crazy Blues seperti membuka peluang. Sejak itu, bermunculan para penyanyi kulit hitam. ”Sebuah perusahaan bahkan untung lebih dari 4 juta dollar dari Blues.” tulis Koran The Metronome tahun 1922. “Sekarang semua perusahaan punya rekaman orang kulit berwarna. Blues akan tinggal disini.”

Musik Blues Klasik menjadi awal terobosan budaya orang Afrika-Amerika dan menjadi sebuah seni untuk para wanita.

Musik Blues lahir dari etnis Afrika Amerika di Semenanjung Delta Mississipi di akhir abad 19, sekitar tahun 1890 ( ada juga yang menyebutnya sekitar tahun 1895 ).

Blues lahir dari penderitaan kehidupan para budak Afrika – Amerika, pekerja buruh tani di Amerika. Pada saat istirahat sore hari mereka melantunkan lagu-lagu sedih ( blues ) atas kondisi mereka, dengan lirik-lirik lagu yang menggambarkan penderitaan sebagai budak yang tertindas.

Pada awalnya blues dinyanyikan tanpa menggunakan alat musik, kemudian menggunakan alat petik gitar sebagai iringan lagu. Musisi dan pencipta blues, rata-rata dari kalangan kaum kulit hitam Amerika. Selain Bradfor, muncul nama WC Handy. Ia kelak menjadi bapak blues.

Handy seorang musisi blues yang berpendidikan musik secara formal, dia seorang komposer juga seorang arranger ( peñata musik ). Dia merekam dan memainkan musik blues hampir seperti memainkan musik dalam symphoni, dengan band dan penyanyi.

Blues berkembang dari pertunjukan informal menuju ke gedung pertunjukan formal (teater ) dan nightclub, seperti Cotton club, jug joint dan bar-bar sepanjang Beale Street ( jalan Beale ), Memphis.

Perusahaan rekaman mulai merekam musik blues saat itu, seperti American Records Corporation, Paramount Recods dan Oke Recods. Semakin tumbuhnya pabrik rekaman, blues semakin dikenal dan melahirkan banyak artis blues seperti Bo Carter, Blind Lemon Jefferson, Lonnie Johnson, Tampa Red dan Blind Blake.

Dokumentasi sejarah musik blues sangat minim. Hal ini karena terjadinya rasialis dan diskriminasi di masarakat Amerika waktu itu. Termasuk di lingkaran para akademisi. Penulisan dokumentasi musik blues baru dimulai di Southern Texas dan Deep South sekitar awal abad 20 an.

Tahun 1900 an, gaya pertunjukan blues yang biasa bermain secara group sudah mulai menuju ke penampilan individu. Walaupun saat ini pemain blues individu juga mempunyai band pengiring, tapi fokus pertunjukan sebenarnya ada pada pemain individu tersebut. Biasanya memainkan alat musik gitar atau sebagai penyanyi. Gitar sangat dominan dalam permainan musik blues, di samping tentunya harmonika.

Dari blues inilah pada akhirnya lahir berbagai aliran musik, seperti, jazz, rock & roll, funk, R&B dan sebagainya. Blues telah mengalir ke seluruh dunia. Yang pada akhirnya lahir berbagai macam permainan musik blues dengan style daerah masing-masing.

Penulis: Deandra Alika Hefandia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini