MATA INDONESIA, JAKARTA – Saat Jan Pieterszoon Coen meruntuhkan semua bangunan rumah dan masjid di Jayakarta dan kemudian mendirikan Kota Batavia pada 30 Mei 1619, ia ingin membangun konsep kota Belanda di Nusantara dengan mendirikan bangunan gaya Belanda.
Ia membangun kanal dan sungai dengan meniru kota-kota di Belanda termasuk menerapkan standard arsitektur gaya campuran Belanda dan Portugis.
Nah, berikut ini lima bangunan gaya Belanda yang masih berdiri kokoh di Jakarta
1. Museum Sejarah Jakarta
Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahillah dibangun pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johan Van Hoorn pada 1707. Pembangunan selesai 3 tahun kemudian pada 1710. Bangunan ini dulunya merupakan Balai Kota Batavia tempat Gubernur Jenderal bertugas. Museum Sejarah Jakarta ternyata memiliki kembaran. Kembarannya adalah Istana Dam yang ada di Belanda. Arsitektur dan desainnya juga sengaja dibuat menyerupai Istana Dam.
2. Gereja Katedral
Kalau bangunan ini relatif dibangun di tahun 1900 an. Gereja Katedral diresmikan pada 1901. Dibangun dengan menggunakan gaya arsitektur neogotik dari Eropa. Gereja ini diarsiteki oleh Pastor Antonius Dijkmans. Namun baru 7 bulan pembangunan sempat terhenti. Marius J. Hulswit akhirnya melanjutkan pembangunannya tanpa mengubah blue print dari Pastor Antonius.
Gereja yang bernama resmi ‘Santa Maria Pelindung Diangkat ke Surga’ ini walaupun memiliki gaya arsitektur khas Eropa, berbeda dengan gereja di Eropa. Jika gereja Katedral pada umumnya menggunakan batuan alam, Katedral Jakarta justru menggunakan batu bata. Walaupun sudah berusia lebih dari 100 tahun, sudah terbukti bahwa bangunan Gereja ini sangat kokoh.
3. Istana Merdeka Jakarta
Istana Merdeka yang terletak di Jakarta Pusat ini dibangun pada 1796 di masa pemerintahan Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Oversraten.
Awalnya gedung ini merupakan rumah peristirahatan milik pengusaha Belanda J.A van Braam. Pada 1821, pemerintah kolonial menggunakan bangunan ini sebagai pusat kegiatan pemerintahan serta tempat tinggal para Gubernur Jenderal.
Kini, bangunan peninggalan kolonial yang memiliki gaya arsitektur Yunani Kuno ini masih difungsikan sebagai tempat kegiatan kenegaraan.
4. Museum Seni Rupa dan Keramik
Bangunan museum ini didirikan pada tahun 1870 sebagai kantor Pengadilan Hindia Belanda atau Rad van Justitie. Setelah mengalami beberapa peralihan fungsi bangunan tersebut akhirnya dialihfungsikan sebagai Balai Seni Rupa Indonesia yang diresmikan Presiden Soehartio pada 1970.
Akhirnya pada 1990, pengelolaan gedung ini diserahkan ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai Museum Seni Rupa dan Keramik.
5. Museum Tekstil
Museum Tekstil Jakarta merupakan museum tekstil terbesar di Indonesia. Bangunan Museum Tekstil Jakarta dibangun di atas tanah seluas 16.410 meter persegi. Awalnya, bangunan ini merupakan rumah pribadi warga keturunan Prancis pada abad ke-19. Setelah beberapa kali berganti kepemilikan dan alih fungsi, pada 1975 bangunan ini diserahkan ke Pemda DKI Jakarta untuk dijadikan museum.
Reporter : Mala Komala