Kontroversi YouTuber Adhiguna dan Sabrina yang Dianggap Promosikan Perkawinan Anak

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Belum lama ini pasangan YouTuber Adhiguna dan Sabrina Sosiawan menuai kontroversi. Konten mereka yang bertajuk ‘Adhiguna dan Sabrina: Dilema Menikah Saat SMA’ dianggap mempromosikan perkawinan usia anak.

Beragam kritikan pun ditujukan kepada pasangan beda usia 9 tahun itu. Pernikahan keduanya terjadi saat Adhiguna yang berusia 25 tahun, sementara Sabrina masih 16 tahun.

Dalam video yang dibagi menjadi tiga episode tersebut, pasangan ini membagikan kisah cinta mereka serta alasan menikah di usia yang sangat muda. Disebutkan mereka berkenalan berkat kedua ibu yang saling bersahabat.

Beberapa seri video yang diunggah seputar pernikahan mereka itu telah mendulang ratusan ribu tayangan. Di balik banyaknya orang yang menonton video keduanya, konten tersebut gianggap mengglorifikasi dan mendukung perkawinan anak.

Menanggapi ramainya kritikan, Adhiguna dan Sabrina pun memberikan penjelasan di seri video mereka yang keempat. Video itu berisikan klarifikasi tentang pernikahan mereka dan diberi judul ‘7 Pertimbangan Sebelum Berani Nikah Muda’.

Di video tersebut Sabrina mengatakan bahwa ia mengambil keputusan untuk menikah dengan Adhiguna secara sadar dan bertanggungjawab. Bahwa dia sudah cukup mengenal sang suami, bukannya menikahi orang yang sama sekali asing.

“I don’t marry a stranger. Orangtua kami mendukung dan memberi izin pada pernikahan kami. Alasannya keluarga kami adalah kerabat dekat dan sudah saling kenal hampir lebih dari 30 tahun. Artinya dalam pernikahan kami aku tahu betul siapa orang yang akan aku nikahi dan siapa keluarga baruku,” kata Sabrina di awal video.

BACA JUGA: Sepelekan Corona, YouTuber Indira Kalistha Dikecam Warganet dan Dokter

Sabrina pun mengimbau kepada para penonton videonya yang termotivasi ingin menikah muda untuk benar-benar memikirkan secara matang sebelum mengambil keputusan.

Sebab tidak semua pasangan akan memiliki kehidupan pernikahan yang sama. Dia pun mengaku kisah pernikahan bersama Adhiguna mungkin hanya dialami olehnya.

“Jika setelah menonton ini kalian kepikiran untuk nikah muda, aku sangat menyarankan ada baiknya kalian merenung dan berpikir sejenak tentang mimpi yang ada di benak kalian. Tujuan video ini adalah mengembalikan angan dan mimpi yang mungkin sudah melayang ke angkasa, Untuk kembali berpijak ke Bumi,” jelas wanita yang sebelum menikah, menjalani bisnis jastip ke luar negeri ini.

“Kami beropini bahwa kisah kami hanya terjadi satu kali dalam 10.000 pernikahan. Di mana pasangan suami-istri berumur 25 dan 16 tahun dapat menikah tanpa paksaan, dengan izin orangtua, kesadaran akan edukasi yang cukup memadai, kesehatan medis, kemampuan finansial, dan tentunya cinta,” lanjutnya.

Keduanya pun menekankan ada sedikitnya tujuh poin yang harus benar-benar diperhatikan ketika memutuskan untuk menikah muda. Pertama, adalah selektif dalam memilih pasangan. Kedua, menikah sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Tiga, mementingkan pendidikan dan cita-cita.

Keempat, memastikan mental sudah cukup siap untuk mengarungi bahtera rumah tangga. Lima, punya kesiapan dan rencana finansial yang sudah pasti dan solid. Keenam, memeriksakan kesehatan fisik dan memastikan organ reproduksi dalam kondisi sehat dan siap untuk menjadi istri serta ibu. Terakhir yang ketujuh, adalah menikah atas dasar cinta.

“Ini bukan masalah nikah tepat waktu, tapi menikah di waktu yang tepat. Jangan meniah dengan orang yang kalian anggap, ‘oh gue bisa hidup dengan dia’ tapi nikahi orang dengan mikir, ‘oh tanpa dia gue nggak bisa hidup,'” pungkas Adhiguna.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pencegahan TPPO di Jogja Diperkuat, Gugus Tugas Dibentuk Kurangi Kasus

Mata Indonesia, Yogyakarta - Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) semakin menjadi perhatian serius di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta. Korban TPPO seringkali berasal dari kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang terjerat dalam kasus perdagangan manusia akibat berbagai faktor risiko.
- Advertisement -

Baca berita yang ini