MATA INDONESIA, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar AS diramalkan akan melanjutkan pelemahan pada perdagangan Kamis, 19 Maret 2020.
Kemarin, rupiah ditutup pada posisi Rp 15.218 per dolar AS atau melemah 0,32 persen.
Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka Ibrahim memprediksi rupiah akan bergerak melemah di kisaran Rp 15.190 hingga Rp 15.320 per dolar AS.
Ia mengatakan, sentimen utama yang masih membuat mata uang garuda tetap bercokol di zona merah adalah soal wabah corona (COVID-19) yang kian menggerogoti ekonomi dunia. Hal ini merujuk pada hasil penilaian dari Lembaga pemeringkat global Standard & Poor’s (S&P).
“Corona mengganggu aktivitas ekonomi jauh lebih drastis dari perkiraan sebelumnya. Buruknya aktivitas ekonomi akibat corona ini juga akan dirasakan Amerika Serikat dan Eropa. Bahkan S&P Global juga memperkirakan, AS sedang dalam proses memasuki resesi,” ujar Ibrahim Rabu sore.
Sementara dari dalam negeri, laju rupiah juga dipengaruhi oleh kinerja pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) 2020 yang masih relatif lambat.
Per akhir Februari 2020, penerimaan negara sebesar Rp 216,2 triliun atau 9,7 persen dari target. Pencapaian ini turun 0,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dengan demikian, APBN sudah membukukan defisit Rp 62,8 triliun pada akhir Februari. Besaran itu setara dengan 0,37 persen dari PDB.
Selain itu, Indonesia saat ini sedang berjuang melawan virus corona, sedangkan negara-negara lain telah berhasil menahan lajunya. Ini membuktikan bahwa kesiapan pemerintah saat ini sedang di uji karena virus corona sekarang sudah menyebar di 34 provinsi
“Dan yang terpenting rumah sakit Pemerintah untuk menampung pasien virus corona belum memadai, apalagi rumah sakit swasta sehingga wajar kalau banyak vasien yang meninggal dan belum bisa terindikasi positif corona,” kata Ibrahim.
Hal ini yang membuat pelaku pasar kembali apatis terhadap kinerja pemerintah dalam menangani kasus virus tersebut. Imbasnya gelombang arus modal asing kembali keluar dari pasar baik saham maupun obligasi dan rupiah pun masih tertekan.