MATA INDONESIA, JAKARTA – Sebuah studi pendahuluan dari para ilmuwan School of Life Science and Institut Pasteur Shanghai menyebutkan fakta baru tentang virus corona yang diduga sudah bermutasi.
Mereka menyebut covid-19 ini yang sudah menyebar hampir ke 73 negara memiliki dua jenis. Pertama, jenis yang lebih agresif terdapat sekitar 70 persen dan jenis yang kurang agresif sebanyak 30 persen di seluruh dunia.
Jenis virus yang agresif banyak ditemukan saat penyebaran awal yang terjadi di Wuhan, Cina. Penyebaran virus tipe ganas ini telah menurun sejak awal Januari lalu.
Para peneliti menyebutkan hasil penelitian ini menunjukkan perkembangan variasi baru pada virus corona.
“Temuan ini sangat mendukung kebutuhan mendesak untuk segera, studi komprehensif yang menggabungkan data genomik, epideologis, dan grafik catatan gejala klinis pasien dengan penyakit coronavirus 2019 (covid-19),” keterangan studi yang diterbitkan pada Selasa, 3 Maret 2020.
Covid-19 dianggap ringan jika pasien juga tidak pneumonia, penyakit infeksi pada paru-paru atau ada komplikasi pneumonia ringan.
Kasus yang tidak berat memiliki gejala sejak napas, saturasi oksigen rendah, dan gangguan paru-paru. Sementara, kasus yang kritis ditandai dengan gagal napas, shock septik, dan disfungsi organ.
Menurut Dr Jin Dongyang, orang yang mengalami gejala virus Corona ringan secara umum sulit dibedakan dengan orang yang sakit flu biasa.
“Setelah dua hari sembuh, bahkan pasien yang sudah ke dokter, gejalanya tidak dikenali karena sangat ringan,” katanya.
Dalam penelitian yang ia sampaikan, beberapa serangan yang ringan bahkan seperti orang lelah dan demam tidak telalu tinggi.
Dari fenomena tersebut, para ahli memperkirakan aka nada dua kemungkinan terkait wabah virus corona. Pertama, virusnya akan hilang begitu saja karena sudah mencapai batas umur atau kedua, virusnya lama-lama tidak akan menular lagi.
“Seiurung waktu, para ilmuan juga bisa mengembangkan vaksinnya,” katanya.
Seperti yang diketahui, per 5 Maret 2020 jumlah yang terinveksi virus corona mencapai 95. 481 orang di seluruh dunia dengan angka kematian hingga 3.286 orang di seluruh dunia. (Maropindra Bagas/R)