MATA INDONESIA, JAKARTA – Banyak masyarakat yang bertanya, daerah seperti apa yang rawan terkena sambaran petir dan perlu dihindari oleh masyarakat saat cuaca buruk atau hujan. Jawabannya adalah tempat yang terbuka.
Yaps, petir ternyata cenderung “memilih” tempat yang terbuka sebagai obyek sambarannya. Sebabnya, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi El Tari Agung Sudiono Abadi meminta masyarakat perlu waspada saat beraktivitas di sana.
“Petir cenderung memilih tempat terbuka, obyek yang tinggi, dan tonjolan di permukaan bumi. Obyek tinggi bisa berupa tiang ataupun pohon, dan tonjolan bisa berupa bukit atau gunung maupun manusia, hewan, dan bangunan yang berada di tempat terbuka,” katanya di Kupang, Minggu 8 Desember 2019.
Artinya, jika ada orang yang berada di tengah sawah, bermain bola di lapangan, maupun berlayar di atas kapal di lautan terbuka, maka dapat berpotensi menjadi obyek yang rawan disambar petir.
Petir, kata dia, akan menyambar semuanya tanpa memilih-milih dan dapat menyambar beberapa objek sekaligus. Karenanya, masyarakat harus selalu waspada pada kilatan-kilatan petir.
“Terutama saat berada dibawa pohon, tempat terbuka yang bisa menimbulkan potensi terjadinya petir,” katanya.
Petir, kilat atau halilintar merupakan gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan saat langit memunculkan kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan. Beberapa saat kemudian disusul dengan suara menggelegar yang disebut guruh.
Perbedaan waktu kemunculan petir dan guruh disebabkan perbedaan antara kecepatan suara dan cahaya. Pekan ini, belasan ekor ternak sapi milik warga Desa Bolok, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mati menggenaskan karena terserang petir.
Selain itu, salah seorang warga di Kabupaten Timor Tengah Selatan dilaporkan meninggal dunia karena tersambar petir.