Kelangkaan Gas Subsidi 3 Kg Terjadi di Jawa, Begini Kata Disdagin Kulon Progo

Baca Juga

Mata Indonesia, Kulon Progo – Baru-baru ini, gas subsidi 3 kilogram atau gas melon di sejumlah wilayah dikabarkan terjadi kelangkaan. Seperti di Purworejo Jawa Tengah dan juga di Blitar, Jawa Timur, warga harus mengantre dari subuh untuk bisa mendapatkannya.

Lantas bagaimana keadaan yang terjadi di DIY sendiri?, termasuk di Kulon Progo, wilayah kecil yang berada di paling selatan provinsi tersebut?.

Sampai awal September ini, tidak terjadi kelangkaan sembako di Kulon Progo, termasuk gas melon yang di beberapa daerah lain mengalami kekurangan pasokan.

Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kulon Progo secara rutin memantau pasar untuk memastikan kelancaran distribusi sembako dan stabilitas harga.

Menurut Kepala Disdagin Kulon Progo, Sudarna, belum ada rencana operasi pasar karena stok dan harga komoditas masih terjaga. Operasi pasar baru akan dilakukan jika terjadi kenaikan harga sembako sebesar lima persen dalam satu bulan.

Sudarna juga menyebutkan bahwa pihaknya rutin berkoordinasi dengan penyedia komoditas sembako, termasuk Pertamina, untuk memastikan ketersediaan gas melon.

“Hasilnya masih positif, tidak ada indikasi kelangkaan gas melon di pasar,” Rabu 11 September 2024.

Pantauan di beberapa toko sembako di Kulon Progo menunjukkan pasokan gas melon masih mencukupi, dan tidak ada antrian akibat kelangkaan. Sebagian besar toko yang menjual sembako juga memiliki stok gas melon yang cukup.

Berdasarkan data dari Disdagin Kulonprogo, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga sejak awal September hingga Selasa kemairn adalah bawang merah dari Rp20.333 per kilogram menjadi Rp21.000, dan bawang putih dari Rp41.667 menjadi Rp42.167 per kilogram.

Harga komoditas lainnya, seperti beras, gula pasir, dan minyak goreng, tetap stabil.

Kondisi stabilnya harga sembako juga dikonfirmasi oleh Nurul Pratiwi, pemilik toko kelontong di Jalan Wates, Kapanewon Pengasih. Namun, ia mengakui ada penurunan daya beli konsumen.

“Harga tetap stabil, stok melimpah, tapi pembeli menurun sejak awal September,” ungkapnya.

Penurunan daya beli ini terlihat dari omzet toko. Nurul pun menjelaskan terjadinya penurunan daya beli masyarakat tersebut.

“Pada Agustus, seminggu bisa mencapai Rp5 juta, tapi sekarang hanya sekitar Rp3 juta,” jelas Nurul, yang merasa khawatir karena beberapa komoditas memiliki masa kadaluarsa.

“Saya mengurangi pembelian stok karena khawatir barang menumpuk akibat penurunan permintaan,” tambahnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Masyarakat Papua Tegas Menolak Keberadaan OPM

Oleh: Petir Dominggus )* Masyarakat Papua secara tegas menolak keberadaan Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang selama ini dianggap sebagai ancaman...
- Advertisement -

Baca berita yang ini