Mata Indonesia, Jakarta – Presiden RI, Joko Widodo dan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden melakukan pertemuan bilateral di Gedung Putih pada Senin (13/11). Pertemuan tersebut menandakan momen bersejarah, khususnya untuk peningkatan kemitraan strategis di bidang pendidikan dan kebudayaan.
Didampingi Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim, kedua presiden membahas komitmen AS bekerja sama dengan the Smithsonian’s National Museum of Asian Art guna mendukung upaya pemulihan Museum Nasional Indonesia (MNI) pasca kebakaran pada September lalu. Program pemulihan MNI direncanakan untuk turut melibatkan ahli konservasi asal AS yang akan berkolaborasi dengan tim ahli di Indonesia.
Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI, Hilmar Farid, mengungkapkan, perwakilan dari Tracing Patterns Foundation AS telah mengunjungi Museum Nasional Indonesia dan akan melakukan diskusi serta koordinasi bersama dengan Tim Penanganan Unit Museum Nasional, khususnya mengenai manajemen koleksi pasca-bencana. Kunjungan tersebut merupakan survei singkat, membuka jalan bagi kerja sama dan kolaborasi yang lebih luas oleh antara tim ahli Indonesia bersama dengan tim Tracing Patterns Foundation pada tahun mendatang.
Tracing Patterns Foundation adalah sebuah komunitas akademisi dan para ahli internasional yang berkontribusi dalam membangun sebuah kumpulan penelitian tentang praktik tradisional yang terkait dengan serat dan tekstil di seluruh dunia.
Kunjungan dan perencanaan kerja sama tersebut sejalan dengan nota kesepahaman (MoU) dengan National Museum of Asian Art, Smithsonian Institution, pada awal bulan November ini. MoU dengan lembaga permuseuman ternama dunia tersebut akan banyak memfasilitasi peningkatan kapasitas SDM dan pertukaran pengetahuan.
“Kedua program kolaborasi ini turut dibahas pada pertemuan antara presiden. Tujuannya adalah untuk peningkatan SDM permuseuman dan pertukaran pengetahuan atau knowledge transfer. Indonesia dapat meningkatkan pemahaman dan keahlian dalam praktik-praktik pengelolaan museum, seperti peningkatan kapasitas dan kualitas praktik museum serta kolaborasi penelitian dan pameran. Di sisi lain, AS juga akan meningkatkan pemahamannya terhadap wawasan sejarah dan budaya Indo-Pasifik, khususnya Indonesia,” jelas Hilmar Farid.
Komitmen antara Indonesia dan AS ini diharapkan dapat berkontribusi untuk mewujudkan Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya yang lebih berkelanjutan.
(Humas Kemendikbudristek)