Mata Indonesia, Yogyakarta – Sebuah unggahan tentang penampakan cahaya misterius yang mencuat di beberapa wilayah Yogyakarta pada malam Kamis, 14 September 2023, menjadi viral di media sosial.
Informasi ini tersebar melalui akun @merapi_uncover pada pukul 11.26 WIB pada malam yang sama.
Dalam postingan tersebut, terungkap bahwa langit memperlihatkan sebuah cahaya misterius berwarna merah kekuningan mirip seperti bola api yang bergerak dari selatan ke utara, disertai dengan semburat cahaya.
Beberapa penduduk di berbagai daerah di Yogyakarta berhasil mendokumentasikan momen ini, karena penampakan cahaya tersebut terlihat dari Sleman hingga Kulon Progo.
Ketika ditanya mengenai fenomena ini, Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Yogyakarta, Warjono, mengakui bahwa pihaknya belum melakukan pengamatan langsung terkait peristiwa ini. Namun, ia menduga bahwa cahaya tersebut mungkin merupakan meteor atau yang sering disebut sebagai bintang jatuh.
“Kami belum melakukan pengamatan langsung dari BMKG, tetapi dari laporan media sosial yang kami lihat, cahaya tersebut adalah objek luar angkasa yang jatuh, bisa jadi meteor atau bintang jatuh. Biasanya, objek semacam ini sudah habis sebelum mencapai permukaan bumi,” ujarna, Selasa 19 September 2023.
Selain itu, Warjono menyatakan bahwa lokasi pasti jatuhnya objek luar angkasa tersebut tidak dapat dipastikan. Namun, biasanya objek semacam meteor ini telah terbakar dan habis sebelum mencapai bumi.
“Ini adalah fenomena yang umum terjadi, meskipun tidak semua orang memiliki kesempatan untuk melihatnya secara langsung karena kejadiannya yang cepat. Hal seperti ini adalah hal yang biasa terjadi, khususnya dalam peristiwa bintang jatuh,” ujarnya.
Berbeda dengan BMKG, Jogja Astro Club (JAC) menyebutkan bahwa benda mirip bola api yang diduga meteor tersebut adalah sampah antaraiksa.
“Kalau dilihat, sementara saya menyimpulkan bahwa itu bukan meteor. Melihat dari jatuhnya itu seperti buatan manusia, atau sering disebut space debris itu semacam sampah antariksa,” ujar Pendiri JAC, Mutoha Arkanuddin.
Kesimpulan sementara yang dianggap sebagai sampah antariksa, Mutoha menjelaskan bahwa kecepatan jatuh terbilang lambat.
Di sisi lain, warna dari cahaya tersebut tak terlalu terang. Mutoha menyebutkan benda seperti bola api ini lebih redup.
“Fenomena semalam itu cahayanya tidak seterang meteor atu bola api. Biasanya kalau meteor itu terang sekali, tapi ini tidak,” ujar dia.