Misi Kemanusiaan Muhammadiyah Berangkat Membantu Korban Gempa Turki

Baca Juga

Mata Indonesia, Jakarta – Jumlah korban meninggal pada gempa Turki, Senin (6/2/2023),  memang masih simpang siur. Ada yang mengatakan jumlahnya sudah tembus 10 ribuan, tapi ada juga yang menyebut korban tewas sekitar 3700 an.

Namun lepas dari hitungan jumlah, masalah yang akan muncul post terjadinya gempa dahsyat juga tak kalah pentingnya untuk dijadikan perhatian.

WHO sendiri menyebut bahwa pasca gempa besar, bukan hanya masalah rumah tinggal yang roboh saja yang harus menjadi perhatian, tapi masalah kesehatan fisik dan psikis masyarakat juga harus menjadi perhatian serius.  

Post bencana alam seperti gempa, ancaman terhadap kesehatan masyarakat bisa menjadi demikian kompleks. Penyebab utamanya, antara lain, berasal dari kondisi lingkungan yang porak poranda – ini bagaimana pun  pengaruhnya yang tidak kecil bagi kesehatan lingkungan.

Lingkungan permukiman yang tidak lagi ramah, ditambah dengan berbagai jenis trauma, akan membuat kesehatan masyarakat menjadi begitu rentan adanya.  Berbagai pihak yang berwenang dalam bidang kesehatan, WHO di antaranya, mengemukakan bahwa pasca gempa, masyarakat sering mengalami berbagai gangguan kesehatan yang perlu penanganan serius.

Di antaranya,  yang berkaitan dengan infeksi lanjutan pada luka yang tak tertangani, risiko komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan balita, kemungkinan berkembangnya penyakit menular, serta meningkatnya kebutuhan psikososial

Dan sebagaimana pengalaman selama ini, negara yang tertimpa musibah, bisa dipastikan tidak sanggup sendirian  menangani post gempa yang dialaminya. Sehebat apapun negara tersebut. Itu sebabnya, sejak awal pemerintah Turki membuka tangan atas uluran bantuan, yang ditawarkan negara  sahabat, maupun institusi kemanusiaan dari negara lain.

Merespon panggilan kemanusiaaan dari gempa Turki, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), memberangkatkan puluhan relawan medis darurat untuk penanganan korban gempa di Turki.

“Sebanyak 29 relawan dalam keadaan siaga dan siap berangkat,” kata Ketua MDMC Budi Setiawan dikutip dari Antara, Selasa (7/2/2023).

Tim yang akan diberangkatkan ke Turki meliputi lima dokter emergensi, dua dokter bedah ortopedi, tujuh perawat, dua apoteker, satu bidan, satu psikolog, satu petugas keamanan, tujuh petugas logistik, satu administratur medis, satu petugas dokumentasi, dan satu petugas penghubung.

Pemberangkatan tim relawan medis Muhammadiyah ke Turki dilakukan lewat koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) RI, Pusat Krisis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Budi menyampaikan anggota tim medis darurat Muhammadiyah yang dikirim, sebelumnya telah memiliki pengalaman kerja bidang kesehatan di beberapa lokasi bencana.

Di antaranya pernah membantu penanganan korban gempa bumi di Nepal, misi penanganan penyintas banjir di Pakistan bersama Tim Kesehatan Republik Indonesia.

“Atas musibah gempa yang menimpa Turki dan Suriah, MDMC mengajak masyarakat, terutama warga persyarikatan, untuk ikut meringankan beban para penyintas dengan berdonasi melalui LazisMu,” kata Budi.

Gempa bumi dengan magnitudo 7,8 yang mengguncang bagian wilayah Turki dan Suriah pada Senin (6/2/2023), telah menelan jumlah korban yang tidak sedikit. Ada yang memprediksi jumlah korban meninggal telah mencapai sekitaran 4000 an orang. Tapi sebuah lembaga survey dari Amerika memprediksi, jumlahnya bisa menembus 10.000an. Jumlah yang mengetuk hati nurani.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini