Begini Upaya Dinkes Jogja Kurangi Jumlah Kasus Stunting di Daerahnya

Baca Juga

Mata Indonesia, Yogyakarta – Pemkot Jogja terus berupaya menurunkan angka prevalensi stunting meskipun pada akhir tahun 2022 telah menyentuh 10,8 persen yang artinya sudah di bawah target nasional pada 2024 yang ditetapkan 14 persen.

Kepala Dinkes Kota Jogja, Emma Rahmi Aryani menegaskan bahwa penurunan prevalensi stunting menjadi salah satu program strategis yang digarap oleh pihaknya.

“Penurunan angka prevalensi stunting tetap menjadi salah satu program yang kami lakukan di tahun ini bersama instansi lain yang terkait dalam penanganan stunting,” ujarnya, Selasa 24 Januari 2023.

Kepala Dinkes Kota Jogja, Emma Rahmi Aryani saat ditemui wartawan.

Berdasarkan data Dinkes Kota Jogja, angka prevalensi stunting pada akhir 2022 mengalami penurunan cukup signifikan dibanding pada 2021. Pada tahun 2022 angka prevalensi mampu ditekan sampai 10,8 persen sementara pada 2021 hanya mampu menekan sampai 12,08 persen.

Angka prevalensi stunting pada 2022 didasarkan pada hasil pantauan hingga akhir Agustus tahun lalu, yaitu tercatat 1.225 kasus stunting dari 14.277 anak yang menjadi sasaran pemantauan di wilayah tersebut.

Menurut Emma, Dinkes Kota Jogja akan menjalankan sejumlah program untuk mendukung upaya penanganan stunting, di antaranya peningkatan pelayanan kesehatan untuk berbagai kelompok masyarakat.

“Kami mulai dengan program untuk memastikan kesehatan bagi remaja putri agar mereka memiliki persiapan yang lebih baik, karena nantinya mereka menjadi ibu dan melahirkan anak. Kondisi tubuh yang sehat menjadi salah satu faktor untuk mencegah stunting,” katanya.

Selain itu, sasaran lainnya adalah calon pengantin, pemantauan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.

Di Kota Jogja saat ini sudah memiliki tim percepatan penurunan stunting, minimal dua tim per kelurahan yang terdiri atas berbagai unsur, seperti tenaga kesehatan, PKK, dan kader KB.

Tim memiliki tugas melakukan pemantauan terhadap remaja putri untuk menjaga kesehatan, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita, sehingga potensi stunting bisa dicegah sejak awal.

“Datang ke posyandu secara rutin untuk memantau tumbuh kembang balita juga sangat penting,” ujarnya.

Dinkes Kota Jogja juga memiliki Program 8.000 hari pertama kehidupan yang dimulai sejak bayi dalam kandungan hingga usia 19 bulan. Program itu, ditujukan untuk memastikan asupan gizi seimbang guna mencegah stunting dan menyiapkan generasi unggul.

“Penanganan stunting didukung pula oleh sejumlah instansi terkait lainnya agar upaya yang dilakukan membuahkan hasil yang optimal,” ujar dia.(Abrar)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Respon Cepat Pemerintah Kunci Keberhasilan Hadapi Karhutla

Oleh: Ricky Rinaldi Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) merupakan salah satu bencana ekologis yang kerapmenjadi ancaman serius di Indonesia, terutama saat musim kemarau tiba. Namun, tahun 2025 ini, Indonesia menunjukkan kemajuan signifikan dalam mengendalikan karhutla berkat respon cepatdari pemerintah, khususnya pemerintah daerah. Keberhasilan ini bukan hanya hasil kebetulan, melainkan buah dari sinergi lintas sektor, kesiapsiagaan, serta kerja kolaboratif antara berbagaielemen seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI, Polri, Manggala Agni, damkar, dan masyarakat. Kepala BNPB, Letjen TNI Dr. Suharyanto, menyampaikan bahwa langkah cepat dan sigapmenjadi kunci utama dalam mengendalikan karhutla sebelum api meluas dan sulit dikendalikan. Ia menekankan pentingnya pemadaman sejak api masih kecil agar tidak berkembang menjadikebakaran besar. Ia juga mengingatkan semua pihak agar tetap waspada menghadapi musimkemarau dan tidak lengah dalam menjaga kesiapsiagaan. Sikap proaktif ini terbukti efektif, seperti yang terjadi di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Karhutla yang melanda kawasan perbukitan Harau berhasil dikendalikan meskipunmenghadapi medan geografis yang sulit, yakni bukit terjal berbatu. Hanya sekitar dua hektarelahan yang terbakar berkat kerja cepat tim gabungan. Hal serupa terjadi di Kabupaten Toba, Sumatera Utara, di mana karhutla seluas 10 hektare berhasil ditangani tanpa meluas lebih jauh. Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran aktif pemerintah daerah dan tim tanggap darurat di lapangan. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini