MATA INDONESIA, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani menganalogikan ketidaktepatan penyaluran BBM subsidi dengan kendaraan bermotor yang dimiliki masyarakat.
Makin banyak masyarakat memiliki kendaraan bermotor, maka akan makin banyak pula konsumsi BBM subsidi. Oleh karenanya, ia menyebut subsidi BBM banyak dinikmati pemilik kendaraan berkategori mampu.
“Yang tidak punya motor tidak dapat subsidi. Kalau yang punya mobil 1, minum (mengonsumsi) subsidi lebih banyak, (kalau) mobilnya ada 2 sampai 4 berarti menikmati subsidi lebih banyak,” ujar Sri Mulyani.
Dari contoh tersebut, Menkeu mengamini bahwa pemberian subsidi energi saat ini belum tepat sasaran.
“Subsidi tidak tepat sasaran, karena yang makin kaya makin menikmati. Kalau harga dibiarkan terus dengan harga pasar, ini berarti ekonomi berat, inflasi naik rakyat miskin kena. Gara-gara BBM, semua harga jadi mahal,”katanya.
Ia lantas menyebut kondisi ekonomi global sedang dihadapkan dengan tantangan yang sama, termasuk Indonesia.
“Setiap negara punya pilihan kebijakan dan setiap negara kondisi APBN berbeda-beda,” demikian Sri Mulyani.
Sebagaimana Peraturan Presiden 98/2022, anggaran subsidi dan kompensasi tahun 2022 meningkat dari APBN awal sebesar Rp 152,5 triliun menjadi Rp 502,4 triliun.
Pemerintah juga sudah melakukan penyesuaian harga BBM dan menyalurkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) BBM sebesar Rp 12,4 triliun kepada 20,65 juta keluarga kurang mampu.
Anggaran Rp 9,6 triliun dari pemerintah untuk 16 juta pekerja dengan gaji maksimal Rp 3,5 juta. Dalam bentuk bantuan subsidi upah sebesar Rp 600.000.